Karin pov
Sip kami seperti orang bodoh dengan duduk diluar bandara seperti ini. Entah apa yang membuat kami menunggu. Padahal kan kita bisa menunggu diruang tunggu bandara didalam!
Sepertinya hanya aku saja yang tidak nyaman menunggu disini. Denisa sedang mengobrol cantik dengan kak Aldo. Aku diacuhkan!
"Bro! Kita nunggu apa sih?" Tanyaku kesal.
"Tiketmu." Jawab kak Aldo santai.
"A-apa? Kak Aldo lupa bawa tiket buat aku?" Aku menatap kak Aldo tidak percaya. Bisa-bisanya dia melupakan adiknya tapi membawa tiket pacarnya?! Ck, kakak yang jahat! Aku jadi cemburu sama Denis. Huhuhu.
"Bukan begitu. Tiketmu memang tidak ada pada kakak." Heh? Maksudnya apa sih? "Ah itu dia tiketmu." Aku menoleh pada arah yang kak Aldo tunjuk.
Dan tubuhku seketika menegang.
"Maaf aku terlambat." Vion menghampiri kami dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.
Kenapa Vion ikut? Kenapa dia muncul didepanku? Kenapa pada saat aku sedang berusaha melupakannya? Padahal aku yakin sebentar lagi aku melupakannya! Tapi dengan dia yang muncul sekarang, hancur sudah Rencanaku!
"Kau lama sekali!" Sindir kak Aldo.
"Maaf. Jalanan sangat macet tadi." Vion tersenyum manis.
Lihat dia sekarang! Kacamata hitam, baju lois jeans tangan panjang yang digulung sampai siku, jeans hitam, dan topi kupluk yang senada dengan bajunya.
Astaga! Itu membuatku ingin berlari dan memeluknya! Aku sangat rindu padanya! Sangat!
"Aku juga merindukanmu, manis." Bisik Vion yang ternyata sudah ada didepanku. Aku hanya membeku ditempatku. Apa dia bisa baca pikiran? Sial! Dia kan temannya Bima! Apa kemampuan membaca pikiran bisa menular?
"Aku tidak merindukanmu." Jawabku setelah menemukan dimana suaraku berada. Vion terkekeh.
"Tapi wajahmu seakan berteriak 'aku rindu padamu Vion, boleh aku memelukmu?' Padaku." Pipiku memanas.
"Jangan GR!" Aku mundur selangkah karena dia semakin mendekat. Tapi kurasa percuma karena kakinya lebih panjang! Sial!
"Bagaimana kabar gadis manisku ini?" Vion mengelus pipiku lembut.
Hatiku menyuruh mataku tertutup untuk menikmati sentuhannya. Tapi egoku memaksaku mundur kenghindarinya. Sialnya egoku lah yang menang.
Aku mundur mendekati kakakku.
"Jangan lakukan hal aneh. Ini bandara." Tegur kak Aldo. "Sudah lengkap. Ayo kita masuk jika tidak mau ketinggalan pesawat." Kak Aldo mulai berjalan. Aku langsung menggandeng kakakku supaya Vion tidak mendekatiku. Tapi kak Aldo langsung berhenti.
"Kau bilang kakak harus PDKT sama Denisa?" Aku mengangguk. Memang aku yang menyuruh kakakku begitu. Kan kasian Denisa kalau Kakakku yang tampan ini ga peka! "Trus bagaimana cara kakak PDKT kalau kamu nempel sama kakak?"
Benar juga! Tapi aku juga butuh perlindungan disini!
Akhirnya dengan berat hati aku melepas tangan kak Aldo. Setelah aku melepas tangan kakakku, kak Aldo langsung menggenggam tangan Denisa yang kosong. Huhhh. Aku benar-benar iri dengan Denisa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Bro! (Cetak!)
RomanceSeperti kakak pada umumnya. Dia melarangku dekat dengan laki-laki. Tapi larangannya sangat berlebihan! Sedangkan aku? Aku hanya remaja yang punya rasa penasaran yang berlebihan juga! Apa lagi tentang sesuatu yg erotis! Demi Tuhan ini salah Audy! ...
