3 - Mine

208K 6.9K 60
                                    

Author pov

"Hey Vi. Dari mana saja kau? Aku sangat merindukanmu." Sebuah tangan ramping mengapit lengan Vion dari samping. Vion terlalu bosan untuk menanggapinya.

"Hmm?" Vion benar-benar malas menanggapinya.

"Kenapa kau?" Tanya Talita dengan suara manjanya. "Kau tau, sudah lama sekali kau tidak kesini? Masalah hm?" Tanya Talita.

"Aku sedang dalam mood yang jelek. Bisakah kau jangan menggangguku?" Ucap Vion ketus membuat Talita jadi keki sendiri.

"Huh sombong!" Talita menyentakan tangan Vion dan pergi menjauhi bartender.

Tiba-tiba Adrian datang dan duduk di sebelah Vion.

"Aku berpapasan dengan Talita. Ada apa denganmu? Kau merusak suasana." Adrian meneguk bir yang dari tadi di pegangnya.

"Pergilah Ad, kau yang merusak suasana." Vion merasa benar-benar kacau beberapa hari ini.

"Hey-hey apa yang sedang kau inginkan sekarang?" Tanya Adrian yang memang sudah mengenal semua sifat temannya ini.

Vion akan sangat sulit di dekati jika sedang menginginkan sesuatu. Dan dia akan benar-benar menakutkan. Karena dia terlalu fokus pada keinginannya. Karena itu dia sukses dan mendapatkan semua yang dia mau.

"lupakan. aku hanya..." Tiba-tiba sosok yang di kenalnya melintas. Tanpa menunggu Vion meninggalkan Adrian dan menghampiri Audy yang tadi lewat.

Audy kaget saat tangannya di tahan oleh seseorang. Dengan cepat dia menoleh.

"We need to talk." Tegas Vion.

"Tapi aku harus..."

"Cuma sebentar." Vion mulai memohon. Ingin sekali Audy menolaknya. Tapi Vion menggenggam tangannya dengan sangat kencang. Seakan tidak akan melepaskannya sampai Audy bilang ya.

Dengan pasrah Audy mengangguk.

Vion menggandeng tangan Audy menuju ruangan di lantai dua yang terlihat exclusif dari pada ruanga-ruangan lain dilantai ini. Dengan cepat Vion mengunci pintu itu.

¤¤¤¤

Audy pov

Aku keluar dari ruangan itu meninggalkan Vion sendiri di ruangan itu.

Aku sangat senang ada orang ya benar benar berniat dekat dengan Karin padahal dia sudah mendapat penolakan yang sangat kasar dari kak Aldo.

Dan sepertinya Vion pria yang baik. Dengan senang hati aku akan membantunya tentu!
Aku  berjalan mencari Arnold pacarku itu dipenjuru ruangan.

"Hey babe. Where have you been?" Tiba-tiba Arnold datang dan langsung mencium pipiku.

"Dari atas. Kau tau ruangan apa yg ada di atas?" Tanyaku sambil bergelayut manja dilengannya. "Yang paling besar."

"Diatas? Hmm kurasa itu ruangan pemilik club ini." Arnold menjelaskan.

Aku membelalakan mataku.

"Apa kau tau siapa pemilik club ini?" Tanya ku mulai tertarik.

"Hmm dia." Arnold menunjuk ke arah belakangku. Aku langsung menoleh kebelakang dan mendapati Vion baru turun dari lantai 2.
Aku langsung tertawa terbahak. Vion pemilik club ini?

Tangkapan yang bagus Karin.

¤¤¤¤

Karin pov

Aku baru saja keluar dari kelas ku hari ini. Ngantuk menerjang. Aku sudah tidak bisa berjalan cukup jauh.

Drttt.....drttt.....drttt.....

Aku mengaduk isi tas tanganku untuk mencari benda kecil itu.

Siapa yg menelfonku?

Nomer tak dikenal.

"Hallo?" Jawabku malas.

"Hallo."

"Siapa nih?" Tanyaku bingung.

"Guess who?" Suara cowo itu sepertinya familiar.

"Ga tau. Emang siapa?" Aku mulai kesal di buat penasaran. Aku benci penasaran.

"Trun around." Dengan cepat aku membalikan badanku dan menemukan sosok bayangan laki-laki yang sepertinya aku kenal.

Aku menyipitkan mataku supaya dapat melihat dengan jelas. Karena aku tidak memakai kacamataku.

Aku memang sedikit rabun jauh.

Laki-laki itu berjalan mendekat sambil melebarkan tangan hendak memelukku.
Saat merasa sudah dekat dan bisa melihat wajahnya dengan jelas, aku melebarkan senyumanku dan berlari kearahnya.

"Kak Angga!!" Aku merapatkan kepalaku pada dadanya yang terasa nyaman.

"Hey little queen." Ka Angga mengelus rambutku dan menciun pucuk kepalaku. Aku semakin nyaman di buatnya.

"I miss you so really much." Aku benar-benar  tidak mau melepaskan pelukan ini sekarang.
"Me too." Kak Angga perlahan melepaskan pelukannya. Tapi aku tidak melepaskan pelukannya.

"Like always." Kak Angga hanya tertawa dan memelukku kembali.

Lama kami berpelukan tanpa ada yang mau melepaskan pelukan ini. Rasanya sangat nyaman untuk melepaskannya.

Akhirnya aku yang melepaskannya setelah merasa cukup lama memeluknya.

Kak Angga tersenyum dan mengelus pipiku. Aku hanya tersenyum malu. Aku menyukainya. Dia adalah cinta ke-2. Tentu saja yang pertama adalah kak Aldo. (Ya, seorang adik perempuan pasti selalu mengidolakan kakak laki-lakinya.)
Tapi sayangnya kak Angga hanya menganggapku adik kecilnya saja.FYI hanya kak Angga yang boleh mendekatiku karena kak Angga adalah teman baik kak Aldo. Itu lah yang membuat kak Angga menjadi akrab denganku.

"Laper ga?" Tanya kak Angga. Aku hanya mengangguk dengan bersemangat.

"Aku mau seafood." Rengekku. Kak Angga tertawa kecil dan mengacak rambutku.

"As you wish little queen." Kak Angga menggandeng tanganku. Kami pun berjalan ke arah parkiran.

Sampai tiba-tiba mataku menemukan sosok laki-laki tampan sedang bersandar pada tembok yang tak jauh dari tempatku berdiri sekarang.

Dia sangat keren dengan baju polo hitam plus clana jeans biru. Dia memandang ke arahku dengan tajam.

¤¤¤¤

Vion pov

Aku turun dari mobil McLaren hitamku dan langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling area kampus yang luas ini.

Trimakasih untuk Audy, berkatnya aku tau di mana kampusnya dan jadwal kampusnya hari ini.

Aku memandang jam tanganku yang menunjukan pukul 13:45 hampir jam 2 siang. Yang berarti jam pelajaran terakhirnya akan berakhir sebentar lagi.

Beberapa mahasiswi mulai melirik ke arahku. Aku hanya balas tersenyum pada mereka. Haha apa yang harus aku lakukan? Aku suka mendapat perhatian dari wanita. Bukan salahku aku kaya, tampan dan mempesona.

Oke stop it.

Niatku datang ke sini adalah ingin mengejutkan Karin. Tapi sepertinya tidak semudah itu untuk mengejutkannya. Karena aku lah yang di buat kualahan dengan kampus yang besar ini. Aku hanya berkeliling dengan wajah bingung.
Oke sebaiknya aku menelfonnya dari pada aku tersesat seperti ini.

The number your calling...

Apa yang di lakukan sih? Kenapa nomernya ga bisa dihubungi?

"Kak Angga!" Suara Karin! Aku hafal jelas teriakannya. Aku langsung mencari sumber suara. Dan yang ku lihat adalah....

Karin yang sedang berpelukan dengan seorang laki-laki yang ku perkirakan seumuran denganku.

"Hey little queen." Laki-laki itu langsung mencium pucuk kepala Karin. Dan tiba-tiba rasa kesal mulai keluar. Ingin rasanya berjalan ke sana dan menarik Karin menjauh dari laki-laki itu. Tapi entah kenapa aku mengurungkan niatku. Aku mau melihat apa yang mereka lakukan sampai habis.

"I miss you so really much." Samar-samar suara Karin tertangkap di indra pendengaranku. Aku semakin kesal saat mendengar laki-laki itu membalas ungkapan rindu dari Karin.
Saat laki-laki itu ingin melepaskan pelukannya, terlihat jelas Karin lah yang enggan melepaskan pelukannya.

Aku hanya dapat melihat mereka dengan mesranya berpelukan.

"Hey Vi. What are you doing here?" Suara perempuan yang memanggilku menbuatku menoleh.

"Hey Line." Aku mendapati Caroline salah satu member VIP di clubku. Ternyata di sini dia kuliah?

Caroline mencium mesra pipiku. Membuat beberapa mahasiswi di dekat kami merasa iri.

"Hmm beberapa urusan." Jawabku cepat.

"Ah jarang sekali melihatmu sibuk seperti ini. Bagaimana kalau kita kencan? Sudah lama kau tidak mengajakku kencan! Kau sudah punya teman kencan lain ya?" Caroline mulai merajuk. Aku memaksakan senyumanku.

"Ada yang harus ku urus. Mungkin lain kali?" Aku berusaha menolak dengan halus. Mau bagaimana pun Caroline adalah teman baikku dalam hal bersenang-senang karena kesukaan kami hampir sama.

"Huh baiklah. Kapan-kapan?" Tanya Caroline manja. Aku mengangguk mengiyakan. "Baiklah, hubungi aku secepatnya!" Tuntut Caroline sebelum pamit dariku.

Aku tidak memperdulikannya dan memalingkan wajahku ke arah dua orang yang MASIH BERPELUKAN!

Hey ini sudah cukup lama. Dan mereka belum melepaskan pelukan mereka!

Terlihat mereka melepaskan pelukannya dan mengobrol sebentar berbalik ke arahku sambil bergandengan tangan dengan mesranya.
Tiba-tiba mata coklat cerah milik Karin menatap ke arahku dan menampilkan ekspresi kaget.

¤¤¤¤

Karin pov

Aku benar-benar tidak tau apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku menatap Vion dengan kikuk.

What the... kenapa aku gerogi seperti ini bertemu dengannya. Sudah satu minggu aku tidak bertemu dengannya. Dan entah kenapa aku selalu memikirkannya.

Aku memandang mata hitamnya yang sedang  memandang tajam ke satu arah. Aku mengikuti arah pandangannya dan berhenti di... tanganku yang sedang di genggam erat oleh kak Angga.
Sontak aku melepaskan tanganku dan menunduk kikuk.

Kurasakan Vion berjalan mendekatiku dan berdiri di depanku.

"Ada apa ya?" Suara kak Angga mungkin terdengar bingung karena mendapati Vion yang mendekat ke arahku.

"Hmm?" Suara Vion terdengar merdu di telingaku. "Ahh mungkin gadis manis ini belum menceritakan tentang aku pada mu." Vion tiba-tiba memeluk pinggangku.

Ku lihat kak Angga terlihat bingung. Aku harus menjelaskan ini pada kak Angga.

"Ini bukan seperti yang kakak lihat. Ini Vion. Dia..."

"Pacarnya Karin." Vion memotongnya cepat. Aku melotot pada Vion.

"Bukan ka. Maksudnya dia ini..."

"Calon suami lebih tepatnya." Aku makin membelalakan mataku menandangnya. Ada apa dengan laki-laki ini?!

Tapi Vion membalas tatapanku dengan tatapan lembut dan membuatku diam dibuatnya.

"Dan anda?" Suara vion tertuju pada kak Angga.

"Ahh saya Angga." Mereka berjabat tangan.
"Terdengar dari pembicaraan kalian tadi, ku dengar gadis manis ini lapar. Aku akan menemaninya makan. Kalau boleh aku ingin berdua saja dengannya." Vion terdengar tegas. Kak Angga terlihat berfikir dan mengangguk dengan pasrah.

Ada apa dengan suaraku! Ingin rasanya aku menentangnya dan mengajak kak Angga turut serta. Tapi tidak ada satupun kata yang dapat keluar dari mulutku.

"Baiklah. Mungkin lain kali little queen?" Tanya kak Angga dengan sambil tersenyum.
Terlihat Vion mulai jengkel.

Aku hanya mengangguk dan menatapnya menyesal. Seperti biasa kak Angga hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah berpamitan, dengan cepat Vion menuntunku ke mobilnya.

"Kenapa kau seperti itu?" Suaraku dapat terdengar sekarang.

"Aku tidak suka melihatmu dengannya." Vion berbicara dengan datar sambil menjalankan mobilnya.

"Hey ada apa denganmu?"aku mulai bingung. Dia hanya diam berfokus pada jalan didepannya. "Kau tau akibat kelakuanmu? Kak Angga bisa berfikir kalau kita benar-benar pacaran." Ku lihat Vion menatapku dengan tajam dan kembali memperhatikan jalanan di depannya.

"Apa yang akan kak Angga katakan jika..."
Tiba-tiba mobil ini di belokan ke pinggir jalan dan berhenti.

"Kak Angga, kak Angga. Kak Angga!Apa hanya orang itu yang ada di kepalamu?" Tanya Vion dingin.

"Bukan dia. Yang aku pikirkan adalah apa yang dia pikirkan tentang kita. Dia akan mengira  kalau kita..."

"Apa hanya aku yang menganggap hubungan ini serius Karin?" Suaranya mulai meninggi. "Tidakkah kau memikirkan apa yang aku pikirkan selama satu minggu ini tidak bertemu denganmu? aku berusaha mencarimu! Dan yang ku temukan adalah kau sedang berpelukan dengan orang itu!" Vion mulai tidak terkontrol. Aku menatapnya bingung.

"Hubungan apa yang kau maksud? Itu adalah percakapan yang kau lakukan dengan seorang yang mabuk!" Suaraku ikut meninggi. Ada sedikit rasa bersalah dalam hatiku karna telah mengatakannya.

Vion menatapku dengan wajah kecewanya yang langsung di tutupi dengan ekspresi datarnya.
Hening sejenak. Vion tak lagi membalas ucapanku. Aku pun bingung harus berbicara apa.

"Aku tertarik padamu Karin." Suara Vion memecah keheningan. "Kau gadis yang menarik dan aku suka itu." Suaranya terdengar datar. "Aku berani mengambil konsekuensi menghadapi kakakmu demi mengenalmu lebih jauh. Tapi kau tidak menganggap keinginanku dengan serius ya?" Mendengar itu perasaan bersalah langsung menghinggapiku. Aku tak tau apa yang harus aku katakan untuk membalas kata-katanya.

"Karin," panggilan itu membuatku menoleh menatapnya. Menatap mata hitam pekatnya yang terus mengarah padaku dengan sendu dan lembut. Mata itu membuatku tenggelam ke dalam perasaannya. "Apa aku tidak boleh mencobanya?" Mata hitam pekatnya menghipnotisku saat itu juga. Sampai tiba-tiba mulutku berbicara sendiri.

"Kau harus mencobanya." Dan saat itu aku sadar. Mata itu mengendalikanku!
Vion mendekatiku dan mengecup keningku lamat-lamat. "Trimakasih." Bisiknya lembut ditelingaku.

¤¤¤¤

Posesif Bro! (Cetak!)Where stories live. Discover now