BAB 13

1.9K 77 1
                                    

Jika harus menyebutkan malam tersulit dalam hidupku aku dengan tegas akan menjawab hari ini, ya hari ini mejadi hari yang tersulit bagiku. Aku terdiam menangis sendiri di atas kasurku, kejadian dimana laki-laki itu mencium leherku masih terekam jelas di ingatanku, aku jijik dengan diriku sendiri, entah apa yang terjadi jika Dimas tidak ada menolongku, mungkin aku tidak hanya mersa jijik pada leherku saja melainkan pada seluruh tubuhku.

Pelan aku mendengar suara pintu kamarku yang terbuka "Kamu baik-baik saja?"

Aku segera menghapus air mataku dengan cepat "Ya, terima kasih sudah menolongku"

"Itu sudah menjadi kewajibanku, kamu sudah makan?" Aku menggeleng pelan.

"Kalau gitu cepet mandi! aku tunggu kamu di meja makan, kita makan malam bersama." Aku tidak mengerti kenapa Dimas menjadi selembut ini, apa dia merasa kasihan padaku.

"Aku tidak lapar, kamu makan saja.Dan tolong jangan mengasihani aku." Aku berusaha menormalkan nada suaraku, aku sama sekali tidak mau terlihat lemah didepan Dimas.

"Aku tunggu kamu, jika kamu gadis yang tau terima kasih kamu pasti datang, aku sudah memasakan sup untukmu" Aku sudah tidak terkejut mendengar Dimas memasak,karena sebelumnya dia pernah memasakan nasi goreng untukku dan itu rasanya lezat, aku tidak meragukan sup yang dibuatnya kali ini. Aku memutuskan untuk diam. Aku dengar langkah kaki Dimas pergi meninggalkanku.

Aku mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan nafas perlahan, berusaha menenangkan hatiku yang kacau. Aku melangkahkan kakiku ke kamar mandi, menyiram tubuhku dengan air dingin yang mungkin akan menghilangkan bekas ciuman laki-laki brengsek itu.

Jika biasanya aku hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk mandi, hari ini aku hampir satu jam menghabiskan waktuku di kamar mandi. Setelah selesai memakai baju, aku bersiap untuk ke meja makan. Dimas benar, harusnya aku menghargai jerih payahnya yang sudah memasakan untukku.

"Kamu terlihat lebih baik" Kulihat Dimas sudah berganti paikan,dan aku yakin dia juga sudah mandi dilihat dari rambutnya yang masih basah.

Aku segera duduk berhadapan dengannya, tanpa berkata aku langsung menyiduk nasi dan sup kepiringku.Ternyata Supnya masih hangat. Aku langsung melahapnya.

"Aku baru tahu orang yang bilang tidak lapar bisa makan selahap itu." Sindir Dimas. Aku tidak menggubrisnya terus melanjutkan memasukan nasi kemulutku.

"Kamu tidak pernah memakai mobil yang kubelikan untukmu ya?"tanya Dimas yang membuat aku berhenti dari kegiatanku dan memandang ke rahnya. "Kenapa?" Tanyanya lagi.

Aku tidak mau masuk rumah sakit,karena tidak bisa menggunakanya.Ingin sekali aku mengatakan itu padanya, tapi gengsiku masih terlalu besar untuk mengakuinya."Tidak apa-apa," akhirnya kata itu yang keluar dari mulutku.

"Kenapa? kamu tidak suka dengan mobilnya? katakan padaku mobil seperti apa yang kamu inginkan."

"Aku tidak bilang aku tidak suka kan? lagian untuk apa kamu peduli denganku." Ini berlawan dengan hatiku, jujur aku ingin Dimas peduli padaku tidak mengacuhkan keberadaanku dan menganggapku sebagai layaknya seorang istri. Entah sejak kapan keinginan ini muncul aku sendiri tidak pernah tahu.

"Jelas saja aku peduli, jika kamu tidak pernah memakai mobilku bagaimana kau mengantar Satria?" Mendengar nama Satria aku jadi sadar satu hal, sejak tadi aku tak melihat Satria maupun pengasuh barunya, apa mereka sudah tidur?

"Yang jelas aku menjalani peranku dengan baik bukan? lalu dimana Satria sekarang aku belum melihatnya? Kataku sesantai mungkin dan dengan pelan melanjutkan menyuapkan nasi kembali kemulutku sambil berusaha mengalihkan topik pembicaraan kita.

Cinta sejatiWhere stories live. Discover now