BAB 12

1.8K 89 1
                                    

Mohon vote dan comment yahh

dan maaf kalau banyak Typo.

Aku meruntuki diriku sendiri kenapa aku harus bangun kesiangan, untung hari ini aku tidak harus mengantar Satria sekolah.Dan aku baru tahu jika Dimas telah menyewa pengasuh untuk Satria,jadi aku sedikit lega meninggalkan Satria.

Setelah sampai diruangan kerjaku,aku langsung melesat kearah kursi kerjaku dan mulai menyalakan komputer.

"Lo telat, May" kudengar suara dari sampingku.

"Gue tahu, Mir. Gak usah diingetin"

"Dan doa kita selalu menyertaimu,  May. Semoga hari ini lo bakal tetep baik-baik aja" Kini giliran Nadia yang berbicara tak jelas kepadaku.Aku sontak menengok kearah Nadia "Apa maksudnya?" tanyaku.

Tak ada yang menjawab pertanyaanku, semua diam. Ada apa dengan mereka, tidak biasanya mereka sekalem ini.

"Hmmmmm...Mari ikut keruangan saya Amanda Mayang sari" Aku menengok kearah belakang, itu Bu Nataline. Aku tidak bisa menyebunyikan rasa kagetku. Aku lihat Bu Nataline tidak lagi menampakan wajah ramah seperti biasanya.

Aku hanya mengangguk dan ikut berjalan dibelakangnya.Tak butuh waktu lama aku sudah sampai di ruangan Bu Nataline. Dia duduk dikursinya dan mempersilakan aku duduk.

"Kamu tahu saya bukan tipe atasan yang kejam." Bu Nataline mulai mengeluarkan suaranya.

"Tapi jujur saya sedikit tidak suka dengan tindakan kamu. Menghilang begitu saja diwaktu kerja." Lanjutnya dengan tatapan mengitimidasi kearahku.

"Saya benar-benar minta maaf, Bu.  Tapi memang kemarin saya ada masalah yang tidak bisa saya tinggalkan, tapi bukannya kemarin saya sudah menitipkan laporannya pada Nadia." jawabku. Aku tidak bermaksud membela diri.

"Ini bukan masalah laporan, tapi ini mengenai sikap disiplin Maya." Aku tahu Bu Nataline sedikit meninggikan nada suaranya. Apa dia sedang marah. Aku hanya dapat menunduk pasrah.

"Saya akui laporanmu kemarin memang tidak mengecewakan mengingat kamu yang masih baru diperusahaan ini. Tapi perlu saya tegaskan, saya tidak hanya butuh karyawan yang padai saja, tetapi juga disiplin, baik mengenai pekerjaan maupun waktu." Aku masih menunduk diam tak tahu harus menjawab apa. Aku juga sendiri heran, jika dulu aku selalu mampu menangkis semua omongan atasanku, sekarang aku bagaikan orang bisu.

"Saya jadi penasaran, sebenarnya apa yang dilihat Dimas darimu.Saya rasa pekerjaan Mariska cukup oke, dan yang paling penting dia cukup disiplin. Kenapa Dimas harus merekomendasikan kamu untuk mengganti posisinya." Aku reflek mengangkat kepalaku dan memandang kearah Bu Nataline, apa aku tidak salah dengar. Dia baru saja membandingkanku dengan Mariska.

"Jika itu pertanyaan untuk saya, maka saya akan jawab tidak tahu.Tidak tahu kenapa pak Dimas merekomendasikannya saya untuk menggantikan salah satu karyawan yang notabennya lebih dari saya." Entah mengapa sekarang aku sedikit merasa tidak suka dengan Bu Nataline. Dan jelas Bu Nataline juga sebenarnya tidak suka terhadapku.

"Saya rasa cukup. Saya harap kamu bisa bekerja lebih baik lagi. Dan sekarang kamu bisa kembali bekerja,"

Aku segera beranjak dari tempat duduk dan pergi meninggalkan Bu Nataline dengan perasaan yang sedikit gondok. Entah kenapa aku ini. Wajar saja dong jika seorang atasan memperingatkan bawahanya, tapi aku tak mengerti kenapa aku tidak suka Bu Nataline menyebut nama Dimas begitu ringan seolah mereka memang begitu dekat. Bodohh. Mereka memang pernah dekat ,bahkan pernah menjalin suatu hubungan.Bahkan mungkin masih ada Cinta diantara mereka. Satria. Apa benar dia juga ibu kandung Satria.Memikirkan ini membuat kepalaku sedikit pening.

****

Ini benar-benar menyebalkan tega sekali Bu Nataline memberikan tugas sebanyak ini,sudah hampir jam 9 malam,aku belum juga selesai menyelesaikan pekerjaanku.Sebenarnya Bu Nataline punya pikiran tidak sihh??? Jelas aku masih baru disini kondisi keuangan seluruhnya tentu saja aku belum begitu paham,alhasilnya aku harus berusaha mengecek laporan keuangan bulan-bulan lalu yang dibuat Mariska untuk aku pelajari,jujur kerja Mariska itu bagus dilihat dari hasilnya menurutku cukup rapi.Pantas saja Bu Nataline memuji-mujinya.

Mataku sudah mulai pedas,bokongku sudah panas duduk dikursi ini berjam-jam dan lagi cacing diperutku ikut berdemo minta diisi makan.Kulirik sekitarku,Mira dan kawan-kawan sudah lama pulang dan kini aku benar-benar sendiri.Baru kusadari ruanganku cukup gelap karena hanya satu lampu yang menyala.

Ini membuat nyaliku cukup ciut,aku memuruskan untuk membereskan meja kerjaku dan segera pulang.Takut.Aku sedikit mempercepat jalanku,kantor ini sudah benar-benar sepi.Apa tak ada satu orangpun disini?.Akhirnya aku sampai juga diluar kantor.Sial.Kenapa jarang sekali taxsi yang lewat.

"Pa,taxsi sekitar sini kira-kira dateng jam berapa yah?"Tanyaku pada sapam yang bertugas dikantorku.

"Aduh neng,kalo jam segini mah gak bakal ada yang lewat."jawabnya dengan sedikit logat sundanya.

"Kalo ojeg ada gak pak?"

"Kalau ojeg aya neng,tapi neng teh harus jalan dulu kepangkalan ojeg"

"Jauh gak pak?"

"Lumayan neng,neng tinggal jalan lurus ajah dari sini".Aku sedikit bimbang,mengingat jalan sudah begitu sepi dikawasan ini.Tapi aku sudah ingin pulang.Aku memutuskan untuk berjalan mengikuti arahan pak sappam.

Udara di Kota Bandung memang cukup dingin,tubuhku sudah sedikit menggigil,tapi pangkalan ojeg belum juga terlihat.Apa masih jauh yahh?.

"Ehh ada cwe cantik nih,sendirian ajah neng".Aku menegang melihat laki-laki bertubuh kekar dengan tato yang memenuhi badanya berdiri menghalangi jalanku.

"Maaf saya sedang buru-buru,bisa tolong minggir sebentar".Aku mencoba berbicara setenang mungkin,padahal jantungku sudah berdetak tak karuan karena ketakutan.

Laki-laki itu tak bergerak sedikitpun dari tempatnya.Ya Tuhan tolong aku."Aduh buru-buru amat sih neng,mending temenin abang dulu."katanya sambil menyolek daguku yang dengan cepat kutepis.

"Jangan coba macem-macem yah mas,saya bisa teriak nih".

Laki-laki itu hanya tersenyum mengejek"Silakan teriak sekerasnya,gak bakal ada yang nolong juga".

Dan benar aku sudah mulai ketakutan akut "Tolonhmmmmmptttttt...."Laki –laki itu sudah membekap mulutku dengan tangan kuatnya.

"hmm aku ingin segera menikmati tubuhmu cantik."katanya yang sekarang sudah memeluku dari belakang dengan tangan yang masih membekap mulutku.Haaaa Tuhan tolong aku.Aku berusaha melepasakan dari dekapannya tapi tenaganya begitu kuat.Cairan bening lolos dari mataku,tangan laki-laki itu sudah mulai membuka kancing kemajaku bagian atas dan sekita aku ingin menjerit sekencang-kencangnya.

"Kau nikmati saja sayang"suaranya tepat ditelingaku.Entah sudah berapa banyak air mata yang keluar dari mataku.Dan dai mulai mencium leherku,aku merasa jijik dengan ini.

Bugghhhhh......

tubuhku sudah terasa ringan,terlepas dari jeratan yang begitu kuat.Bughhhhh.Aku menoleh keasal suara.Dan jelas aku melihat Dimas yang sedang memukul berkali-kali kewajah laki-laki itu.

"Pergi,atau saya seret kepolisi"Kata Dimas sambil menarik kerah laki-laki brengsek itu.Tanpa berkata apa-apa laki-laki itu segera pergi berlari menjauh dari Dimas.Aku yang sudah ketakutan dari tadi segera berlari kerah Dimas dan memeluknya erat"Aku takut"Kataku disela-sela tangisku.

"Sudah kamu aman sekarang"kurasakan tangan kekar Dimas mengusap punggungku,dan ini menyiptakan rasa nyaman tersendiri untukku.

"Ayo pulang sekarang".Aku melonggarkan pelukanku dan mengangguk patuh.Dan kulihat Dimas tersenyum lembut kepadaku yang membuat jantungku berdetak dua kali lipat.Ya Tuhan semoga ini tidak akan menyusahkanku.

****

Cinta sejatiWhere stories live. Discover now