Empat Belas

10.5K 633 68
                                    

Bill langsung berdiri ketika David datang.

"David!" ucap Billius sedikit keras.

"Duduklah," pinta David. Billius pun duduk.

David berjalan mendekati kursi yang dekat dengan Billius dan duduk disana.

"Ada apa malam-malam kesini?"

Billius agak bimbang ketika akan menjawab.

"Aku ingin bicara soal Nathan."

David sedikit terbelalak ketika Billius mengucapkan nama Nathan.

"Kenapa? Ada apa dengan Nathan?"

Billius menunduk sejenak. Mengambil napas dalam-dalam lalu memandang David lagi.

"Nathan.... dia itu.... biseks. Bahkan dia bisa saja... gay."

David tidak terkejut mendengarnya.

"Aku sudah tahu hal itu." kata David yang kali ini membuat Billius terbelalak kaget.

"Kamu sudah tahu?" Billius masih belum percaya dengan apa yang di dengarnya. David mengangguk.

"Kamu tidak masalah tentang hal itu?" tanya Billius.

"Tidak." jawab David santai.

"Aku mau tanya sama kamu." Billius membasahi bibirnya. "Apa benar kamu sama dia.... pacaran?" tanya Billius ragu.

David mengernyitkan dahi. Ia heran darimana Billius tahu hal ini.

"Nathan yang memberitahu hal ini padaku." ucap Billius seperti bisa membaca pikiran David.

David mengangguk pelan.

"Pasti ada alasan khusus jika Nathan memberitahumu hal serahasia ini." ucap David yang kali ini membuat raut wajah Billius memucat.

"Jadi benar kamu pacaran sama Nathan?" tanya Billius agak kecewa. David menghembuskan napas dan mengangguk cepat.

"Jadi, bagaimana kamu bisa tahu hal ini?" tanya David.



"Aku sudah bilang kan kalau Nathan yang mengatakannya?" Billius agak jengkel di tambah kecewa membuat kalimatnya tadi terdengar ketus.

"Iya. Aku tahu. Tapi gak mungkin kalau Nathan mengatakannya tanpa alasan tertentu. Memang kamu berkata apa kepada Nathan hingga ia berani mengatakannya padamu?"

Billius memucat lagi.

"Aku... aku cuma bilang kalau... ummm.. aku... melarang dia untuk dekat-dekat denganmu." ujar Billius agak sedikit bimbang.

"Melarang? Apa hakmu melarang Nathan?"

Billius merasa seperti kehilangan napas.

"Kamu sadar gak sih? Semenjak kamu kenal Nathan kita jadi jarang punya waktu? Kamu itu baru kenal dia sebentar, kamu tahu? Belum ada satu bulan! Dan kamu sudah menerimanya sebagai pacarmu?" Billius agak emosi.

"Kata siapa baru satu bulan? Aku sudah mengenal Nathan sejak SMA! Dia sudah menyukaiku sejak SMA! Dan soal kita yang jarang punya waktu bersama, kamu sudah tahu kan kalau aku pacaran sama dia. Jadi tentu saja aku lebih sering menghabiskan waktu bersama Nathan."

"Aku rindu kita yang dulu." kata Billius.

"Kita tetap jadi sahabat kan? Meskipun kamu sudah tahu kalau aku dan Nathan pacaran?"

"Aku tidak tahu." jawab Billius menggantung.

"Sepertinya... sepertinya aku ingin lebih sekedar bersahabat denganmu." ucapan Billius kali ini membuat David kaget.

"Maksudmu?" tanya David sambil mengernyitkan dahi.

"Kurasa, aku menyukaimu."

David memandang Billius. Apakah Billius hanya bercanda? Apakah mungkin Billius akan tertawa? Sepertinya tidak. Sepertinya Billius serius dengan hal ini.

"Maaf. Kamu tahu sendiri kan kalau...."

"Ya sudah kalau begitu. Tidak apa-apa. Tidak usah dipikirkan." Billius memotong kalimat David yang belum selesai sambil berdiri. David ikutan berdiri.

"Aku pulang saja. Sudah malam." ucap Billius dengan senyum yang dipaksakan.

"Tapi ini masih hujan." ujar David ketika telinganya seperti terbuka lagi dan mendengar rintik hujan diluar. Obrolan tadi benar-benar membuatnya melupakan hal sekitar.

"Nggak masalah. Aku bawa jas hujan."

***

Tadi malam David sulit tidur karena memikirkan hal Billius. Benar-benar menguras pikiran. Lelah rasanya. Khawatir jika nanti Billius mengubah sikapnya pada David. Khawatir jika nanti Billius akan menjauhi David.

Tapi hari ini, David menjadi merasa sama sekali tidak canggung saat berdekatan dengan Billius. Karena Billius tidak mengubah sikapnya sedikitpun. David juga tidak tahu bagaimana Billius bisa dengan mudah melupakan hal kemarin.

"Kamu kenapa kok dari tadi pagi kok sering melamun gitu?" tanya Nathan kepada David ketika mereka makan siang bersama di dalam kelas ketika kelas sedang sepi.

"Billius...."

"Billius? Kenapa Billius?"

"Dia nembak aku kemarin malam."

Nathan terbatuk mendengarnya.

"Jadi akhirnya dia mengaku juga? Berarti dia juga sudah tahu hubungan kita kan?" tanya Nathan melanjutkan makan. David menjawabnya dengan anggukan.

"Kamu jawab apa?" tanya Nathan sambil tersenyum kecil.

"Ya jelas nolak lah. Emang kamu mau aku jawab iya? Tapi aku ngerasa sedikit canggung jika dekat dengannya. Tidak seperti dugaanku. Untungnya dia bisa bersikap biasa. Jadi nggak ada masalah lagi. Semoga nggak akan ada masalah lagi."

Nathan tertawa kecil lalu mencium pipi David cepat, membekaskan sedikit saus tomat berbentuk bibir di pipi David. David yang merasa sesuatu yang aneh di pipinya langsung mengusap pipinya.

"Iiih! Apaan nih? Saus tomat! Nathan nyebelin!"

David memukuli pundak Nathan. Nathan hanya tertawa jahil.

Tiba-tiba Nathan dengan berani memegang tengkuk David dan mendaratkan bibirnya di bibir David. Awalnya David hanya diam. Tapi akhirnya ia terbuai dengan gerakan bibir Nathan dan membalas ciumannya.

3 menit kemudian ciuman mereka terhenti tatkala mendengar seseorang mendehem agak keras.

"Ehem! Ehem!"

David dan Nathan menoleh bebarengan. Billius dengan membawa kotak bekal berdiri tidak jauh dari pintu.

David sempat menoleh sebentar ke arah Nathan lalu menoleh kembali ke Billius yang sudah mencari kursi dan duduk di satu meja bersama David dan Nathan.

"Maaf mengganggu! Tapi aku tidak punya teman sekarang untuk diajak makan siang bersama selain kalian. Aku boleh gabung kan?" tanya Billius dengan sikap ceria seperti biasa.

"Dengan senang hati." jawab David sambil tersenyum.

"Teruskan saja jika mau berciuman lagi."

David dan Nathan saling berpandangan.

"Oh, ayolah! Aku nggak akan mengganggu kalian kali ini. Kita akan makan bersama dengan tenang kalau begitu." ujar Billius sambil membuka bekalnya dan mulai makan.

Mereka pun akhirnya lanjut makan siang dengan lancar dan diselingi canda tawa. Billius sepertinya memang bisa bersikap dewasa.

David yakin semuanya pasti akan baik-baik saja. Antara dirinya dan Nathan. Dan juga Billius. Semoga saja.

TAMAT



Sebenarnya dulu aku pengen bikin yang SEASON 2-nya. Cerita pas Nathan mulai kuliah. Tapi zonk! Otakku uda karatan.


Oke, makasih udah baca :)


Bagus atau tidaknya, mohon apresiasinya :)

Cinta Di Musim Hujan (boyxboy)Where stories live. Discover now