Sebelas

7.9K 551 10
                                    

Matahari terasa sangat silau ketika sinarnya yang hangat menerpa wajah David dan membuatnya langsung terbangun dari tidurnya.

Tapi ketika tubuhnya mulai bergerak, David sadar ia tengah berada di sebuah kamar yang bukan kamarnya, bertelanjang bulat dan terbaring memeluk seseorang yang juga sedang bertelanjang, sama seperti David.

David mengangkat kepalanya dari dada bidang orang itu dan mendongak untuk melihat wajahnya. David tersenyum kemudian setelah tahu kalau itu adalah tubuh Nathan yang tengah tertidur pulas dengan kedua tangan melingkar pada tubuh David. Ia sekarang berada di kamar Nathan.

Tiba-tiba saja tanpa di komando, kemaluan David tegang begitu saja. Padahal ia tidak sedang ingin melakukan hal itu pagi ini.

Haduh!

Tak lama, David mencoba untuk melepaskan pelukan Nathan dan ingin beranjak dari tempat tidur.

Tapi baru saja 5 detik tangan Nathan terlepas, tiba-tiba saja tangannya dengan cepat meraih kembali tubuh David hingga David sedikit terjerembab ke dada Nathan.

"Aduh! Nathan! Lepas dong! Udah pagi nih." David menggerutu.

"Emang kenapa kalau udah pagi? Mumpung udah pagi, kita kan bisa bermain cinta lagi." ujar Nathan bercanda sambil tertawa kecil.

"Emang kamu hari ini nggak kuliah?" tanya David.

Akhirnya Nathan pun menyerah dan melepaskan kedua tangannya dari tubuh David.

David pun segera berdiri di samping tempat tidur sambil berkacak pinggang memandang Nathan.

Nathan berusaha mendudukkan badannya di tepi tempat tidur sambil memandang David yang berdiri di depannya.

"Kamu seksi sekali." ucap Nathan sambil memandang kedua mata David. Terlihat pipi David yang bersemu merah, tapi ia berusaha menyembunyikan hal itu.

Tiba-tiba Nathan pun bangkit dan berdiri tepat di depan David. Mungkin jarak mereka tidak lebih dari 5 cm sekarang. David merasa jantungnya bergetar hebat jika Nathan memandangnya seperti ini.

Nathan meraih tangan kanan David dan meletakkannya ke dada Nathan sendiri.

"Kamu merasakannya?" tanya Nathan.

Otak David seperti membutuhkan waktu yang lama untuk mencerna kata-kata Nathan barusan. Tapi ia sadar yang dimaksud Nathan adalah detak jantung Nathan. Detakannya cukup kuat. Lebih cepat dari degup jantungnya sendiri.

David mengangguk tanda mengerti.

Tapi kemudian Nathan malah mendekatkan kepalanya lalu mencium mesra bibir David. David juga membalas ciuman Nathan.

Lama sekali mereka berciuman sambil sesekali menggoyang-goyangkan pinggul mereka ke depan.

Tapi akhirnya David mengakhiri ciuman itu.

"Sudah cukup, Nathan. Lihat sudah jam berapa ini. Kita harus pergi kuliah. Ingat?" David mengingatkan Nathan.

"Iya... iya...," balas Nathan agak kecewa sambil menggaruki tengkuknya yang tidak gatal.



Sadar dengan nada bicara Nathan yang menyiratkan kekecewaan, David langsung mengecup bibir Nathan secepat kilat.

"Kamu tahu kan kalau masih ada banyak waktu untuk kita?" David mencoba memberi sedikit semangat.

Nathan hanya tersenyum kecil.

"Ya udah. Aku mandi dulu." ucap David sambil berjalan ke arah kamar mandi.

"Aku ikut!" Nathan mengekor di belakang David.

"Nggak ah. Pasti nanti ada maunya." kata David.

"Nggak kok. Cuman pengen nawarin, mau di mandiin atau enggak. Siapa tau nanti di kamar mandi kita bisa...," kata-kata Nathan menggantung dan ia tersenyum jail sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

"Nathaaaan!" David memukuli bahu kiri Nathan sambil tertawa kecil.

* * *

Hari ini adalah hari pertama ospek untuk para mahasiswa baru.

Semua mahasiswa baru yang mengikuti ospek harus mengenakan atribut yang telah ditentukan oleh para senior. Tak lain halnya dengan Nathan. Ia memasuki halaman kampus dengan kemeja putih lengan panjang, celana panjang hitam, topi kerucut yang dihiasi dengan gambar bintang sebanyak 2 angka terakhir dari tahun lahirnya, serta sebuah tulisan di kertas lebar yang tergantung di lehernya yang bertuliskan "BUNGLON".

Begitu ia masuk ke area kampus, ia baru bisa membaur dengan teman-teman lainnya yang juga berdandanan sama dengannya.

Sekitar 10 menit kemudian, upacara pembukaan ospek pun dimulai. Para mahasiswa baru berbaris membentuk 10 barisan yang memanjang ke belakang. Sedang para senior yang mengenakan jas warna oranye berdiri didepan. Termasuk David dan Billius.

Mas Edgar, sang ketua panitia pun mengumumkan sesuatu ketika upacara hampir berakhir.

"Kalian sekarang akan di pandu oleh Wakil Senior kalian menuju kelas kalian. Wakil Senior kalian sama halnya dengan senior pendamping untuk kalian. Wakil Senior akan mendampingi kalian hingga lusa setelah periode ospek berakhir. Mengerti?!"

"SIAP! MENGERTI!" teriak para mahasiswa serentak.



Mas Edgar pun mengambil secarik kertas dan mulai membaca.

"Untuk senior Fefey dan Lucky, kalian memandu barisan pertama." kata Mas Edgar pada seorang cewek berkacamata dengan rambut dikucir dan seorang cowok yang berbulu mata lentik namun hampir tidak punya rambut.

"Untuk senior Billius dan senior David, kalian mendampingi barisan kedua."

Nathan langsung menatap para mahasiswa baru pada barisan kedua. Terlihat Nathan yang tersenyum menang memandang David.

Dalam hati David dipenuhi dilema.

Kenapa harus ada Nathan? Haduh! Bagaimana ini? Aku takut nanti bersikap kurang tegas pada Nathan dan dianggap pilih kasih...., omel David dalam hati.



"Tenang aja, ada aku yang bisa selalu kau andalkan," ujar Billius yang berdiri disamping kanannya.



Nah loh! Apa Billius baru saja membaca pikiran David? Tapi tidak mungkin sekali Billius bisa melakukan hal seperti itu.



"Aku tahu. Terimakasih, Bill." balas David sambil menyunggingkan senyum.



Billius balas tersenyum. Namun kali ini senyumnya terlihat aneh. Tidak mencerminkan senyuman pada seorang sahabat.



[Bersambung...]

Cinta Di Musim Hujan (boyxboy)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ