Tujuh

8K 627 5
                                    

"Kau mencintainya?"



Degg!



David langsung terdiam. Menatap wajan dengan tatapan yang sulit ditebak. David mematikan kompor lalu menoleh pada Nathan.



"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya David.



"Ah! Sudahlah, lupakan saja. Tidak usah dibahas lagi." ujar Nathan lalu mendekat.



"Kamu masak apa? Boleh aku bantuin gak?" tanya Nathan dengan sikap wajar seolah-olah tidak pernah terjadi apapun. Namun David yang hatinya masih sedikit terguncang lebih memilih untuk berusaha menghindari percakapan dengan sedikit bicara.



"Tumis." jawab David.



"Wah! Enak nih! Jadi lapar."



Nathan menoleh pada David lalu tersenyum. Tapi David malah berusaha membuang muka. Sulit sekali bersikap wajar jika sudah begini.



***



Sejak kejadian itu, David mulai menghindar dari Nathan. Sebenarnya tidak sungguh-sungguh menghindar. Hanya mengurangi intensitas pertemuan dengan Nathan.



Kadang jika di sekolah ketika David berpapasan dengan Nathan dan Nathan mengucap salam, David hanya tersenyum tipis lalu segera pergi. Bahkan mungkin senyum tipisnya tidak terlihat sama sekali.



Kadang jika Nathan mencari David untuk bertanya sesuatu, David hanya menjawab singkat dan seperlunya lalu menyelonong pergi dengan alasan buru-buru. Buru-buru ke perpus lah, ke toilet lah, ke ruang guru lah. Intinya David hanya ingin menghindarinya saja.



Namun David sendiri tidak mengerti kenapa ia harus menghindari Nathan. Nathan juga tidak salah apa-apa. Mungkin pertanyaannya waktu itu sedikit menyinggung orientasi seksual. Bahkan David tidak tahu apakah Nathan tahu kalau David itu memang berbeda dari cowok-cowok lain yang masih menyukai gadis cantik.



Sungguh keadaan yang sangat dilematis.



Suatu siang, seperti biasanya, Jordan menjemput David disekolah. Namun kali ini Jordan mengajak David untuk makan siang dulu di sebuah warung makan kecil langganan Jordan. Tempatnya tidak jauh dari sekolah.



Setelah makanan yang dipesan datang dan ketika mereka mulai makan, David mengajukan pertanyaan pada Jordan.



"Kak."



"Hm." Jordan menjawab dengan mulut yang penuh.



"Kenapa Kak Jordan selalu antar jemput aku?" tanya David. Jordan segera mengunyah dan menelan makanan didalam mulutnya.



"Emang gak boleh? Ya udah kalau nggak boleh. Mulai besok Kak Jordan gak usah antar jemput kamu lagi deh."



"Bukannya gitu. Rasanya aneh aja Kak Jordan bersikap kayak gitu. Kesannya kita kayak...."



"Pacaran?" potong Jordan. David terdiam.



"Emang ada yang ngomong kayak gitu?" tanya Jordan



"Ehm..... Enggak ada..." ujar David ragu-ragu ketika ia mengingat kata-kata Nathan.


Ah! Kenapa harus di ingat-ingat lagi sih?



"Ya udah. Kalau gitu nggak ada masalah kan?"



David terdiam merenungi kata-kata Jordan sebelum akhirnya ia sadar kalau handphone di saku celananya bergetar 3 kali.



David segera mengeluarkan dengan agak tergesa. Ternyata ada sms masuk.



From: Nathan Monyet



Met siang,,,, Lg ngapain?



.



David tiba-tiba tersenyum kecil tanpa sadar. Sudah lama sekali ia tidak sms-an dengan Nathan. Walaupun ia harus memakai nama samaran.


To: Nathan Monyet



Lg makan. Tumben sms. Ada apa gerangan???



SENT!



Tak lama, sms balasan masuk.


From: Nathan Monyet



Lagi galau nih, Ram. Udah hampir seminggu ini dicuekin ama someone...



David agak terkesiap. Apa mungkin Nathan sedang membicarakan tentang dirinya?


To: Nathan Monyet



Kok bisaa?!! Kamu jahatin dia?



SENT!



2 menit kemudian, hanphone David bergetar lagi. David segera membuka sms. Tidak sadar kalau Jordan tengah memperhatikannya dengan tatapan ingin tahu sedari tadi.


From: Nathan Monyet



Aku aja gak tau. Mungkin aku pernah salah ngomong.. Aku gak pengen jauhan terus sama dia. Gak tahan rasanya. Dia gak tahu perasaanku sama dia gimana selama ini. Gimana nih?



Degh!



Perasaan? Apa maksudnya? Dia sedang membicarakan orang lainkah?


Langsung saja David membalas.


To: Nathan Monyet

Coba kamu bicara baik-baik. Pasti dia mau.


SENT!



Semenit kemudian, sms balasan dari Nathan masuk.


From: Nathan Monyet



Oke deh. Aku coba saranmu. Thx ya.



David menghembuskan napasnya.



"Sms-an sama siapa sih?" tanya Jordan disampingnya secara tiba-tiba.



"Eh, bukan siapa-siapa kok Kak. Cuman dari temen."



David memasukkan handphone-nya kembali ke dalam saku celananya. Entah mengapa rasanya lega sekali dalam hati David bisa berkomunikasi dengan Nathan secara tidak langsung. Seperti rindu. Apakah David benar-benar rindu? Tidak mungkin! Tapi David tidak bisa berbohong pada hatinya sendiri. Ia memang merindu.



***



Pukul 3 sore. David sedang menyirami tanaman dipekarangan rumahnya ketika sebuah motor berhenti tepat di depan rumahnya.



Orang itu turun dari motor lalu melepas helmnya.



"Nathan?" bisik David.



Nathan dengan mantap memasuki pekarangan rumah dan berjalan mendekati David. Hari ini Nathan berpakaian rapi. Tapi masih tergolong keren. Rasanya sudah lama sekali ia tidak melihat Nathan. Padahal ia bisa kapan saja bertemu Nathan di sekolah. Dan David baru percaya kalau selama ini ia merindukan Nathan.



"Hai David!" sapa Nathan.



"Hai. Ada apa kemari?"



"Aku pengen ngomong sesuatu." jawab Nathan singkat.



"Mau ngomong apa?"



"Tidak disini. Kita cari tempat lebih nyaman buat ngobrol. Tapi sebaiknya kamu ganti baju dulu." ujar Nathan sambil tersenyum.



[Bersambung...]

Cinta Di Musim Hujan (boyxboy)Where stories live. Discover now