"jadi tante Eva belum pensiun?" Scarla tersenyum geli, bisa membayangkan wajah Eva yang menyeramkan.

"aku masih membutuhkan Eva untuk menjadi penjaga pintuku."

Pintu diketuk, dan membuka beberapa menit kemudian. dan itu benar-benar Syna. Dimitri menyembunyikan kegembiraan, ia menunjukkan wajah tanpa emosi. tapi matanya tidak berbohong. Scarla bisa melihat tatapan takjub di mata kakaknya.

Scarla loncat dari tempat duduknya mendekati Syna. ia mengulurkan tangannya. "aku Scarla, adik Dimitri."

"Syrina." Syna menerima sambutan hangat dari Scarla, ia belum berani melirik ke arah Dimitri.

"dan kau pasti calon istri kakakku." Scarla myeringai.

"Mungkin saja." Jawaban pelan yang terdengar jelas di telinga dimitri. Mungkinkah Syna mengubah pikirannya?

"Scarla, bisa kau tinggalkan kami." Dimitri menyela. Scarla mengangguk senang kemudian pergi. Syna tidak percaya, Scarla dan Dimitri begitu berbeda. Dimitri pria dengan penampilan yang sempurna. Tapi Scarla, dia tidak terlihat seperti anak-anak dari kaum sosialita, Scarla sangat sederhana dan penampilan boleh dikatakan tidak terurus.

"Scarla tidak pernah mementingkan penampilan." Dimitri menjawab pertanyaan di kepala Syna." Scarla terbiasa dengan kehidupan sederhana sejak kecil. Begitu juga denganku hanya tuntutan pekerjaan yang membuatku harus mengikuti arus."

Dimitri bangkit dari tempatnya, mendekati Syna yang masih berdiri. Syna terlihat gugup tapi ia juga terlihat lelah. "aku rasa kau datang bukan untuk membicarkan Scarla." Dimitri melaimbaikan tangannya mempersilahkan Syna untuk duduk. "jadi katakan untuk apa kau menemuiku." Dimitri menumpu satu kakinya. Tangannya dilipat dan matanya memandang Syna penuh tanda tanya.

Syna menghela nafas. ia harus tenang. Hanya ini satu-satunya jalan. Tidak ada waktu untuk memikirkan perasaan malu dan harga diri yang terinjak-injak.

"Penawaranmu."ucapnya gugup."penawaranmu..." ulangnya lagi.

"ada apa dengan penawaranku."Tanya Dimitri tidak sabar.

"penawaranmu apakah masih berlaku."

Dimitri mengernyit, tingkah Syna membingungkan.

"apakah kau masih menginginkanku menjadi istrimu?" Tanya Syna, ia menunduk, tidak berani melihat raut wajah Dimitri. Dimitri menganga, tangannya terangkat, tapi ia bingung untuk menjawab.

"kau benar, aku perempuan murahan. Kau bisa membeliku untuk menjadi istrimu."

"jangan katakan itu, aku menyesal menghinamu pagi tadi Syna. tapi apa yang membuatmu menerima ajakanku." Dimitri tidak bisa menggambarkan betapa senangnya ia membayangkan Syna akan menjadi istrinya.

"Aku membutuhkan uang sepuluh milyar, aku harus membayar sejumlah tas dan baju yang kupakai saat ini." Syna menunjukkan tas kulit mewah yang tengah ia pakai. "jika aku tidak membayarnya sampai jam tiga sore ini, dia akan merusak namaku di media."

Kegembiraan Dimitri mendadak surut. Ia memang menawarkan kemewahan untuk Syna, tapi ketika Syna memang mengakui, Dimitri tiba-tiba menjadi muak. Memang tidak ada perempuan tulus di jaman sekarang. Dimitri menggeram, rahangnya mengeras. Ia ingin mengguncang tubuh Syna dengan harapan membuang semua ketamakan Syna.

"bagaimana jika sekarang aku menolakmu."

"maka aku akan hancur. Tapi aku tidak akan memaksamu." Syna merasa tulang-tulangnya lepas dari tubuhnya. Hancur sudah hidup dan karirnya. Mungkin ia akan kembali ke desa, menemani ayahnya dan mengurus kebun anggur kecil yang mereka punya.

"Maaf aku sudah menganggumu." Ucap Syna seraya berdiri. Bermaksud untuk segera pergi.

Dimitri mengumpat, tidak bisakah Syna lebih berusaha, setidaknya memaksanya seperti apa yang ia lakukan tadi pagi.

Stupid WeddingWhere stories live. Discover now