Jalan yang Dipilih
Pyrus berdiri sejenak di ambang gua, menatap tirai air yang kembali menutup mulutnya. Pantulan merah itu sudah hilang, tenggelam bersama cahaya yang berubah sudut.
Ia menggeleng kecil-bukan penolakan, melainkan penundaan.
"Tidak sekarang," katanya pelan, lebih pada dirinya sendiri. Lalu ia menoleh ke Mochi. "Kita pulang dulu."
Mochi menatapnya, lalu menoleh sekali ke arah air terjun, seolah mengingat. Setelah itu ia berdiri di sisi Pyrus, siap.
"Kita kembali besok pagi," lanjut Pyrus sambil melangkah menjauh dari gua. "Dengan peralatan yang lebih baik. Hari ini cukup sampai di sini."
Mochi mengibaskan ekor pendek-setuju.
Pyrus memilih jalur lain untuk turun. Tidak melawan arus lagi, melainkan menyusuri sisi yang lebih landai-jalan yang ia kenal dari kebiasaan lama: punggung bukit yang melebar, tanah lebih padat, akar-akar yang memberi pegangan.
Siang bergerak menuju sore.
Cahaya berubah warna, dari terang bersih menjadi hangat keemasan. Bayangan memanjang di antara batang pohon. Angin sore membawa aroma daun kering dan air mengalir-lebih lembut, lebih panjang.
Mereka turun perlahan. Ada bagian yang sempit, ada yang terbuka. Pyrus berhenti sesekali, memastikan pijakan aman. Mochi bergerak lebih dulu, lalu menunggu-ritme yang sudah lama mereka bagi.
Di satu turunan licin, Pyrus menancapkan tongkat kayu ke tanah, menahan beratnya. Kerikil jatuh, memantul, lalu lenyap di bawah. Ia menunggu satu detik ekstra sebelum melangkah lagi.
"Tenang," katanya pada Mochi. "Kita tidak diburu."
Suara sungai kembali terdengar-mula-mula jauh, lalu semakin dekat. Riaknya menyambut, konsisten, seperti penanda pulang.
---
Mereka tiba di tepi sungai saat cahaya sore menyentuh air dengan sudut rendah. Pyrus langsung menuju titik jebakan, membuka simpul dengan hati-hati.
Ia tersenyum tipis.
"Tiga," katanya.
Tiga ikan yang cukup besar terperangkap-sisik berkilau, tubuh kuat. Bukan hasil berlebihan. Tepat.
"Cukup untuk kita berdua," Pyrus menambahkan.
Mochi mendekat, mengendus, lalu duduk rapi-menunggu.
Pyrus melepas ikan dengan cepat dan bersih, mengikatnya rapi. Air sungai kembali tenang, seolah tak pernah diganggu.
"Besok kita kembali ke sumber itu," kata Pyrus sambil menyampirkan hasil tangkapan. "Tapi hari ini... kita isi perut dulu."
---
Hutan berada di ambang sore-cahaya turun rendah, lembut, dan tidak mendesak. Udara terasa tenang, seolah seluruh kawasan menahan napas bersama.
Pyrus berhenti ketika suara kepakan kecil mulai mengisi ruang di atas mereka.
Blackbird.
Bukan satu dua-melainkan berkelompok, berpindah dari dahan ke dahan dengan pola yang tidak tergesa. Tidak gaduh. Tidak panik. Mereka berputar, turun, lalu naik lagi, seakan menjaga sesuatu yang telah lama mereka kenal.
Mochi mengangkat kepala. Telinganya tegak, tapi tubuhnya tetap tenang.
Pyrus mengikuti arah pandang Mochi-dan di sanalah ia melihatnya kembali.
Pohon Nocturnis Umbra.
Batangnya gelap, lebih menyerap cahaya daripada memantulkannya. Daun-daunnya lebar dan tebal, berwarna hijau tua dengan kilap dingin. Di antara dedaunan itu, buah-buah hitam keunguan menggantung diam-pekat, matang, dan sunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rootless
Fiksi IlmiahDi kota kecil Valeria Pines-tempat empat musim berubah pelan dan senja jatuh lembut di bawah pohon sucupira-hidup dua jiwa yang seharusnya ditakdirkan bersama, tetapi dunia memilih memisahkan mereka: Pyrus, lelaki yang dihantui ketakutan tak mampu m...
