Prolog

39 15 0
                                        

Segelas anggur di tangan wanita itu seolah memantulkan bayangan dirinya dalam gelap tanpa cahaya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Segelas anggur di tangan wanita itu seolah memantulkan bayangan dirinya dalam gelap tanpa cahaya. Bayangannya dalam pantulan kaca itu seperti sedang mengejeknya saat pikirannya sedang berkecamuk saat ini. Ini tak akan mudah berakhir saat ia masih terikat dengan potret pernikahan dari sepasang kekasih yang tergantung dingin di dinding ruangan itu. Pria yang selama setahun ini tak pernah menunjukkan wajahnya lagi pada istrinya.

Istrinya itu adalah dia sendiri.

Tenggorokannya terasa sakit saat menelan tegukan terakhir anggur itu dengan paksa. Suara gelas yang bergesekan dengan permukaan meja membuat suasana di dalam ruang remang itu terasa kian sepi.

Ia menarik nafas panjang, satu tangannya yang lain mengelus rambut seorang pria yang duduk di bawah kakinya.

“Menurutmu, apakah aku semacam mainan yang pantas ditinggalkan saat pemiliknya bosan?” Suaranya pelan, tak ada amarah dan tak ada kebencian. Hanya sisa rasa yang tadinya mencoba percaya tapi untuk kesekian kalinya malah dikecewakan.

Kepala yang tadinya bersandar di pangkuan wanita itu perlahan menengadah menatapnya. Elusan tangan itu berhenti saat tatapan mereka bertemu. Tangan kekar pria itu membawa tangan yang tadi mengelusnya kehadapan wajahnya, dan mengecupnya dalam.

“Jangan pernah berpikir begitu,” katanya. “Kau tidak bisa disamakan dengan mainan rendahan. Kau… adalah berlian, Jean.”

Hening tercipta saat Jeanne memilih untuk tak menjawab.

Gemuruh angin malam diluar menambah kengerian dalam kekosongan tatapan itu yang seakan sudah hilang hasratnya pada dunia. Hingga, debar jantungnya mulai menggema seperti ditarik ke realita. Senyumnya terbit layaknya seseorang yang kembali menemukan alasan untuk bertahan dari kejamnya dunia fana.

“Jika bagimu aku adalah berlian, maka aku lebih pantas disandingkan dengan apa, Shawn?”

Shawn Lawrence—satu-satunya pria yang selalu ada disamping Jeanne Louttie: aka kekasih gelapnya itu, tersenyum penuh arti.

“Eternal love, my dear. And your eternal love, is me.”

Pria itu setengah berdiri, dan wajah mereka begitu dekat sampai nafas hangat keduanya saling menyapu kulit. Lalu, Jeanne memejamkan matanya saat bibir mereka bertemu dalam ciuman yang begitu dalam. Ada cinta dan rasa takut kehilangan dalam ciuman itu. Shawn menarik wajahnya saat ciuman itu berakhir.

“I promise I'll never leave you, dearest. Because I can't leave… when my soul is already yours. Until I die. I will always—be yours.”

****

Jeanne LouttieBargirl—26 years oldLuxuria Bar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jeanne Louttie
Bargirl—26 years old
Luxuria Bar

She lived in shadows, weaving desire and deception with equal grace. Her marriage to a powerful businessman offered security,
yet the silence he left behind gnawed at her mind.
To keep her sanity from cracking,
she let another man cross the threshold of her home—
a living distraction from the emptiness that terrified her the most.

****

Declan OnealThe Legitimate Heir OfThe Oneal Family—34 years old

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Declan Oneal
The Legitimate Heir Of
The Oneal Family
—34 years old

He was the kind of man people called perfect—
disciplined, successful, untouchable.
Only he knew his flaw:
no woman had ever stirred anything in him.
Except Jeanne.
He married her not for love, but possession.
And still, a remnant of his past waited in a faraway land—
something he intended to take back, no matter the cost.

****

Shawn LawrenceTattoo Artist—29 years old

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shawn Lawrence
Tattoo Artist
—29 years old

He drifted through life without passion or direction.
Then he met Jeanne—already someone else’s wife—
and he offered himself to her willingly.
Because with her, he finally found something worth living for,
something stronger than the slow wait for death.
He found love.

****

WARNING⚠️
Mature, Violence, and Harsh Word.
Be a wise reader.

This entire story is purely fictional,
If there are any similarities, it is coincidental.
Story idea from the author himself.

Story idea from the author himself

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SOMEONE ELSEWhere stories live. Discover now