TWITC - Dingin

Magsimula sa umpisa
                                        

Zhan membalasnya dengan anggukan kecil, bibirnya menegang menahan sesuatu— refleks untuk tersenyum dan usaha keras agar tak kelihatan terlalu senang. "Ah.. iya haha... Lama nggak ketemu" katanya pendek.

"Hmm" sahut Yibo ringan, duduk di kursi sebelah.

Syuting dimulai resmi. Tantangan pertama, mencari dan mengumpulkan kayu bakar di area sekitar basecamp.

"Kalau kalian berdua menang, hadiahnya adalah bermalam di tempat hangat! Kalau kalah... siap siap aja" ujar produser dari belakang kamera.

Zhan berdiri, menarik sarung tangannya lebih rapat. "Aku nggak pernah kalah kalau soal cari kayu."

"Emang sering nyari?" goda Yibo, nada suaranya tenang tapi matanya jelas menantang.

Zhan melirik sekilas, tersenyum. "Dulu. Waktu masih syuting drama di pegunungan."

Yibo mengangguk kecil. "Oke, berarti aku biarin kamu menang kali ini."

"Enggak perlu" balas Zhan cepat. "Kamu bakal kalah kok."

Kru tertawa di belakang kamera. Dan anehnya walau udara tetap dingin menusuk, kamera seolah menangkap sesuatu yang berbeda— kehangatan samar di antara dua sosok yang selama ini cuma bisa dilihat bersama lewat editan fans.

Zhan jalan duluan, langkahnya berat di atas salju yang menumpuk. Nafasnya berembun, tapi dia sempat menoleh sekilas ke arah Yibo yang masih berdiri di tempat. "Lama banget, kamu mau cari kayu atau mau jadi patung es disana?" serunya.

Yibo akhirnya jalan juga, menunduk sedikit sambil tersenyum kecil. "Aku cuma kasih kamu waktu buat curi start."

"Alasan klasik" balas Zhan tanpa menoleh.

Mereka menyebar di antara pohon-pohon kecil yang diselimuti salju. Suara langkah dan bisik kru terdengar samar di belakang, sementara dua orang itu sibuk memungut ranting-ranting beku.

"Kayunya basah, gak ada yang bisa diambil" keluh Zhan.

"Bilang aja kalah" jawab Yibo datar.

"Enggak. Aku cuma—" Zhan berhenti, menatap potongan kayu di tangannya yang patah dua "diprank alam."

Yibo tertawa pelan, suara rendahnya terdengar jelas. "Alam nggak ngeprank ge, kamu yang gak bisa cari kayu"

Zhan menatapnya tajam, senyum kecil timbul. "Nanti liat aja siapa yang dapet paling banyak."

Malam turun pelan-pelan, langit Harbin berubah jadi gelap kebiruan, dan dingin mulai terasa sampai ke tulang. Hembusan napas Zhan udah berubah jadi uap putih sejak beberapa jam lalu, dan hidungnya makin merah. Dia narik resleting jaketnya sampai mentok, tapi angin tetap aja berhasil nyelip dari celah kecil di kerahnya.

"Gila, dingin banget" gumamnya, suaranya benar benar serak karena udara beku. Dia melirik Yibo yang masih santai ngaduk sisa sup di panci, kayak suhu ekstrim cuma angka di layar termometer.

Yibo ngelirik, bibirnya terangkat tipis. "Kamu kayaknya bakal kedinginan di tenda nanti."

"Makanya aku bilang, tadi tuh harusnya kita menang" Zhan nyaut cepat, nada ngeluhnya malah bikin produser di belakang kamera ketawa kecil. "Aku udah nggak ngerasain jari"

Produser dari jauh melambaikan tangan "Zhan, Yibo, tenda kalian di pojok sana ya, deket sungai. Selamat malam!"

Zhan cuma mendengus pelan, benerin scarfnya. "Dekat sungai katanya... bagus, tambah beku."

Yibo berdiri duluan, bantu bawa peralatan. Lampu kecil di kepala mereka jadi satu-satunya sumber cahaya, redup tapi cukup buat liat jalan setapak di salju. Setiap langkah mereka bunyinya krek-krek, pelan tapi berirama.

"Harusnya kamu pakai sarung tangan tebel" kata Yibo tanpa nengok.

"Udah, tadi basah waktu nyalain api."

Yibo berhenti sebentar, ngebalik badan, matanya sempat turun ke tangan Zhan yang merah dan gemetar kecil. Tanpa ngomong banyak, dia ngelepas satu sarung tangannya dan nyodorin. "Pakai ini."

Zhan berkedip, agak kaget. "Terus kamu?"

"Aku masih ada sebelahnya. Lagian kamu lebih butuh." Jawab Yibo datar.

Zhan sempat mau nolak, tapi Yibo udah lanjut jalan ke arah tenda. Akhirnya, Zhan cuma ngikutin dari belakang sambil megang sarung tangan itu erat-erat.

Tenda mereka kecil, cuma muat dua orang dan peralatan seadanya. Sleeping bag disusun berdampingan, lampu gantung kecil di atas kepala nyala redup, bikin bayangan lembut di wajah Yibo yang lagi ngecek kamera di pojok tenda.

Zhan duduk, lepas sepatu tebalnya sambil nyelipin tangan ke dalam sarung tangan Yibo. Bahan wolnya udah agak lembap, tapi rasanya jauh lebih hangat dari yang dia kira.

"Masih dingin?" tanya Yibo tanpa ngangkat kepala.

Zhan geleng pelan, bibirnya naik perlahan. "Nggak, udah mendingan."

Yibo cuma ketawa kecil "Makanya, kalau dibilangin jangan sambil kayu yang basah dengerin"

Zhan melempar pandangan malas, agak malu. "Besok aku balas, aku yang masak sup."

"Deal" jawab Yibo santai, nyandarin diri ke sleeping bagnya.

Beberapa menit kemudian, hening. Suara angin di luar kayak bisikan lembut, kadang diselingi bunyi ranting kecil yang jatuh di atas tenda. Zhan tiduran, matanya liat atap tenda yang goyang pelan. Dalam hati dia ketawa, liat apa yang udah dia lakuin. Baca fiksi tentang Yibo, nonton video edit tiap malam, dan sekarang... dia tidur satu tenda bareng orangnya.

Lucu. Gila juga.

Matanya hampir menutup waktu denger Yibo berbisik pelan, suaranya samar banget. "Malam, Zhan ge."

Zhan senyum kecil, mata masih terpejam. "Mn malam juga"

Beberapa detik hening, Zhan ngerasa sleeping bag nya pelan-pelan ditarik sedikit lebih deket kearah Yibo— sangat cukup biar udara dingin nggak nyelip di sela-sela. Dia nggak buka mata, pura-pura nggak sadar, tapi senyum di bibirnya nggak hilang sampai akhirnya dia ketiduran.

This Wasn't In The Script ( On Going )Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon