TWITC - Istri

227 35 5
                                        

Sebenarnya Xiao Zhan sudah berniat menutup ponsel. Sudah cukup baginya membaca 'kisah cinta fiksi' yang bahkan dia sendiri tidak pernah jalani.

Tapi rasa penasaran itu, seperti kucing yang selalu kembali ke dapur meski sudah diusir, membuat jarinya kembali membuka komunitas cp fans lagi.

Satu klik, dan layar kembali dipenuhi warna hijau merah— warna fandom.
Thread panjang dari akun besar yang tadi ia baca ternyata belum selesai. Setelah bagian putus cinta dan senyuman manis di Produce 101, mereka kini menulis fase berikutnya, hubungan yang katanya berkembang beberapa bulan setelah acara itu berakhir.

Zhan menghela napas kecil, menegakkan tubuhnya di tempat tidur. Matanya menatap kalimat pertama dengan waspada, seperti orang yang tahu dia bakal nyesel tapi tetap lanjut baca.

seekorkurakura: Setelah P101, mereka mulai diam-diam pacaran. Semua berawal ketika Zhan sakit di lokasi syuting...

Mata Zhan membesar. Ia menggeser layar perlahan, baris demi baris. Menurut fandom, waktu itu dirinya jatuh sakit cukup parah hingga harus dibawa ke rumah sakit dan, kebetulan sekali— atau mungkin takdir, Yibo pulang kerja lebih cepat hari itu.

Komentar-komentar di bawah thread penuh emotikon terharu dan kata-kata lembut.

mamanyayb: Aku bisa kebayang Yibo duduk di samping ranjang, pegang tangan Zhan, bilang 'jangan takut' 🥺
perikecilayah: Dia pasti nyuapin bubur, terus gege nangis pelan dan bilang makasih 😭

Zhan terdiam lama. Lalu menarik napas panjang, memandang langit-langit kamar hotel yang putih pucat.
Ia memang pernah sakit waktu syuting, demam tinggi, lemas, sampai hampir pingsan. Tapi Yibo? Mana mungkin Yibo tiba-tiba nongol di rumah sakit tengah malam bawa bubur?

Dia mengetik pelan, mencoba hati-hati.

xaiusio: Eh... tapi bukannya Yibo sibuk banget ya waktu itu? Gimana dia bisa ketemu Zhan?

Tak sampai semenit, balasan berdatangan secepat tembakan meriam.

handukboxiao: Karena Yibo selalu sempatin waktu untuk gege!
aliskananzhan: Kalau Zhan pulang cepat, Yibo juga pulang cepat. Kalau Zhan telat kerja, biasanya karena malam sebelumnya mereka... you know 😉

Xiao Zhan membeku.
Jari telunjuknya berhenti di atas layar, matanya berkedip beberapa kali, mencoba memproses kalimat itu.

"You know?"
Apa maksudnya you know?

Dengan perasaan aneh dia menggulir layar. Dan di situ— ia menemukan kalimat yang membuat wajahnya langsung memanas sampai ke telinga.

yibaobao: Zhan telat kerja karena malam sebelumnya pasti mereka papapa. Besoknya gege nggak bisa jalan.

Zhan refleks hampir menjatuhkan ponsel.
"APA?!" suaranya pecah di kamar hotel yang untung kedap suara.

Tangannya langsung menutup wajahnya sendiri, pipinya panas luar biasa. Antara malu, kesal, dan tidak percaya. "Serius...?" gumamnya pelan, separuh tercekik tawa sendiri.

Ia menenggelamkan wajahnya ke bantal, ingin lenyap dari muka bumi. Dunia fandom ternyata tidak hanya punya hukum sendiri— tapi juga imajinasi tanpa batas.

Namun, inilah bagian paling menyebalkan. Tulisan mereka begitu detail dan meyakinkan.
Kalimatnya mengalir seperti adegan drama romantis, deskripsi cahaya lampu malam, napas tersengal, suara lembut Yibo yang katanya 'berbisik penuh cinta.' Begitu rinci sampai ada sepersekian detik di mana otaknya, sialnya, mulai bertanya.
Apa iya aku pernah...?
Apa iya ada momen yang kelewat dari ingatanku?

Zhan menggeleng cepat, menepuk pipinya sendiri.
"Enggak, nggak. Itu nggak mungkin"katanya keras-keras, seolah perlu menegaskan ke udara kosong.

Tapi pikirannya tetap berisik. Bayangan samar-samar yang seharusnya tidak ada malah berkelebat makin jelas— Yibo di ruang rumah sakit, Yibo yang menatap dengan mata dingin tapi lembut. "ASTAGA!" Zhan menepis udara di depannya, seolah bisa mengusir pikiran itu secara fisik.

Di layar, komentar-komentar baru terus berdatangan

kakakyibo: Yibo kalau cinta, pasti kasih segalanya buat gege 🥹💚
anjingkecil: Shou atau gong nggak penting, yang penting mereka bahagia bareng 😭

Xiao Zhan menutup ponselnya dengan kasar, lalu melemparkannya ke ujung kasur. Antara ingin tertawa, ingin marah, dan ingin menggali lubang di lantai buat sembunyi.

Kalau Yibo baca ini... aku habis diketawain seumur hidup.

Van melaju pelan di tengah malam, menembus dinginnya udara Beijing yang mulai berkabut. Lampu-lampu jalan berbaris di kejauhan, menari di kaca jendela seperti kilatan kuning keemasan yang patah-patah. Dari kursi belakang, Wang Yibo bersandar dengan satu kaki disilangkan, hoodienya menutupi sebagian rambut. Di tangan kirinya tersisa sepotong burger isi daging yang udah tinggal separuh.

"Aneh banget" gumamnya pelan sambil mengunyah malas. "Aku jelas-jelas nggak mungkin sama Mei Qi. Aku bukan tipenya, bukan nya dia suka aktor ***?"

Asistennya, Yanyan, yang duduk di kursi depan cuma ketawa kecil sambil tetap fokus nyetir. "Kalau soal gosip, jangan dipikirin, Bo. Nanti juga hilang sendiri"

Dari sebelah sopir, Lele yang udah kayak teman nongkrong sendiri ikut nimbrung. Dia masih sibuk ngunyah french fries. "Tenang aja. Fans kalian yang bakal ngurusin. Anak fandom geraknya lebih cepat dari agensi"

Yibo mendengus kecil, alisnya mengkerut. "Kadang aku heran, mereka bisa punya imajinasi sebanyak itu dari mana. Cuma liat foto kita bareng aja udah bisa bikin fiksi 20 bab."

Yanyan tertawa pendek, nadanya menggoda tapi santai. "Ya dari kamu sama istrimu, lah."

Lele ikut menimpali tanpa ekspresi, seolah cuma nyebutin fakta yang udah jelas. "Kayak makan ayam tanpa nasi, rasanya kurang"

Kalau orang luar dengar, mungkin bakal langsung melongo. Tapi buat mereka bertiga, nyebut 'istri' ke Xiao Zhan udah kayak bahasa sehari-hari— bukan rahasia, bukan lelucon yang harus disensor.

Yibo menoleh ke luar jendela, memperhatikan pantulan lampu kota di kaca. "Minggu depan award kan?" suaranya pelan tapi jelas.

"Iya." Yanyan menatap sekilas ke spion. "Kamu nggak ada jadwal tampil, jadi kalau mau gak dateng juga gapapa"

"Istriku dateng?" nada suara Yibo berubah, masih datar, tapi ada sesuatu di ujungnya, semacam percikan kecil yang nggak bisa disembunyikan.

Lele menelan sisa kentangnya dulu sebelum menjawab. "Dateng. Tiketnya udah diambil. Dia masuk nominasi juga"

Burger di tangan Yibo berhenti setengah jalan. Bibirnya melengkung sedikit— senyum kecil yang muncul sesaat tapi cukup buat ngerubah suasana. "Kalau bisa, atur kursinya deket aku."

Lele nyaris tersedak. "Kursi award nggak kayak kursi bioskop" katanya cepat-cepat sambil ngelap sisa remah di tangan.

Yanyan tetap tenang, seolah udah hafal pola pikir aktor satu itu. "Kalau bisa, iya. Tapi jangan berharap banyak. Mereka udah atur posisi duduk dari sponsor sampe kamera angle."

"Ya udah, coba aja dulu." Yibo kembali menggigit burgernya, tenang banget seolah baru minta hal sepele kayak nambah saus tomat.

Buat Yibo, percakapan barusan cuma rutinitas, nggak ada yang istimewa. Buat Yanyan dan Lele, udah kayak dialog wajib tiap minggu. Tapi kalau Xiao Zhan tahu betapa sering dan ringannya namanya disebut di dalam van ini— betapa kata 'istri' itu udah jadi kebiasaan di antara mereka, mungkin dia bakal benar-benar kehilangan kata-kata.... atau bahkan kejang-kejang.

This Wasn't In The Script ( On Going )Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon