Begitu hari berikutnya tiba, udara Harbin sedikit lebih hangat dari kemarin, matahari muncul sebentar, memantul lembut di atas permukaan salju. Tapi tetap saja, tiap kali orang bicara, napas mereka berubah jadi uap putih yang tipis.
Shooting variety show sudah selesai. Kamera dimatikan, mic dilepas, kru mulai sibuk beres beres kabel, tripod, dan kotak-kotak peralatan. Suasana camp jadi lebih tenang, cuma terdengar suara salju yang berderak di bawah sepatu.
Zhan, masih pakai jaket tebal dengan kerah yang menutup setengah lehernya, jongkok di samping van. Pipinya merah karena dingin, tapi dia tetap tekun ngebuletin salju pelan-pelan. Dia bikin boneka kecil— kecil banget, bahkan nggak sampai dua genggam tangan.
Kepala dibentuk, badan disusun pelan, sampai akhirnya dia pasang dua batu kecil buat mata dan sepotong ranting kecil untuk tangan. Zhan fokus total hingga dunia sekitar hilang.
"Zhan ge..."
Tidak ada reaksi.
"Zhan ge..."
Masih juga.
Yibo akhirnya jongkok di sampingnya, tanpa suara, posisi tubuhnya persis. Ia mengambil segumpal salju dan mulai bikin bonekanya sendiri.
Zhan baru sadar waktu lihat tangan lain bergerak di sudut pandangnya. Dia langsung noleh cepat. "Dari kapan kamu di sini?"
"Dari tadi" jawab Yibo santai, tetap sibuk membentuk salju.
Zhan menahan tawa. Ada sesuatu yang hampir lucu melihat Yibo begitu serius, padahal bonekanya kelihatan seperti buah pear terbalik.
Yibo akhirnya merasa ditatap. Ia menoleh pelan.
Mereka tatap-tatapan sebentar— dua detik yang sunyi dan canggung. Lalu keduanya tersenyum tanpa suara.
Seorang staff yang lewat ngeliatin mereka bingung.
"...Mereka bikin apa sih?" bisiknya pelan ke staff lain. Yang satu lagi cuma ngangkat bahu.
Setelah boneka salju mini versinya jadi, Zhan berdiri dan menepuk-nepuk salju yang nempel di celana dan jaketnya. Hidungnya masih merah, tapi ekspresinya lebih segar.
"Hati-hati ya pulangnya" kata Zhan sambil ngerapiin topinya.
Yibo berdiri juga, menyampirkan sarung tangan ke kantong jaket. "Gege juga. Jangan main air lama-lama lagi."
Zhan melirik pelan dengan ekspresi seolah mau protes, tapi ujung bibirnya tetap naik. Dia mau buka pintu mobil ketika tiba-tiba lengan bajunya disentuh ringan. Nggak ditarik, hanya sentuhan pendek.
"Zhan ge."
"Hm?"
Yibo terlihat sedikit ragu. Napas uap putihnya melayang sebentar sebelum hilang.
"Aku... mau Wechat kamu."
Zhan refleks ngedip dua kali.
Alisnya naik sedikit. Lalu, sangat pelan, senyum muncul— bukan yang besar, tapi jenis senyum yang susah disembunyikan.
"Oh... iya. Boleh."
Dia buka aplikasinya, nunjukin QR code.
Yibo langsung scan, dan suara ding kecil terdengar.
Zhan menatap layar sebentar lalu mengangguk kecil, masih tersenyum malu. "Kalau gitu... aku pergi dulu."
Yibo tadinya mau ngomong sesuatu, tapi berhenti. "Mm. Hati-hati di jalan."
Zhan masuk ke mobil. Pintu menutup pelan.
Dari luar, Yibo berdiri di tempat itu sebentar, kedua tangannya masuk ke kantong jaket, menatap kaca mobil yang berembun.
—
Hari-hari berlalu seperti biasa atau setidaknya, Zhan berusaha membuatnya terasa biasa.
Rutinitasnya tak berubah, kerja, istirahat sebentar, kerja lagi. Drama historikal barunya sedang dalam masa syuting paling padat, kostumnya berat, wignya panjang dan tebal, jubahnya ribet, dan makin lama, punggungnya menjerit minta pensiun.
Tapi ya begitulah hidup aktor, senyum di depan kamera, rebahan jadi fosil di belakang layar.
Hari itu, Zhan sedang break syuting. Rambut panjang karakternya setengah diikat dan dicepit klip-klip perak supaya nggak acak-acakan tiap kali angin lewat. Dia duduk di bawah payung besar yang dipasang tim untuk shading, sambil mengipasi diri pakai kipas kayu properti, padahal udah masuk musim dingin tapi panas, ya.. sepertinya salju di daerah ini datang terlambat.
Di tengah suasana panas yang bikin makeup gampang meleleh, asisten nya, Zhou Hao, datang sambil mendorong troli berisi kotak-kotak minuman energi. Jumlahnya banyak. Terlalu banyak untuk ukuran tim kecil Zhan.
"Ge! Ini minumannya udah dateng!" seru Zhou Hao sambil menaruh satu dus di meja dekat Zhan.
Beberapa staff produksi langsung nengok.
"Wah... banyak banget?"
"Ini buat siapa semua?"
"Aktor xiao mau buka toko?"
Zhan cuma menoleh santai. "Bagi-bagi aja. Kasih ke tim lighting, kamera, semuanya boleh."
Zhou Hao mengangguk patuh, lalu mulai membagikan botol-botol itu. Labelnya mencolok sekali, minuman energi— brand yang diambasadorin Yibo.
Beberapa aktor dan staff langsung komentar sambil minum.
"Eh, ini kan brandnya Wang–"
"Rasa lemonnya enak."
"Zhan ge dermawan banget hari ini~"
"Zhan ge sering sering ya~ hehe"
Zhan tersenyum kecil. Tapi matanya jelas-jelas berusaha menghindari logo di botol.
Kelihatan seperti kebetulan.
Padahal aslinya... sama sekali bukan.
Pagi itu, sebelum berangkat ke set, Zhan sedang siap-siap di ruang makeup. Staff lagi styling wig dan ikatan kostum.
Di meja, ponselnya berbunyi. Notifikasi WeChat.
Nama itu— nama yang masih baru di kontaknya muncul jelas.
Yibo: Lagi di lokasi? Panas nggak ge? Jangan lupa minum isotonik.
Zhan refleks tersenyum. Senyum yang langsung dia tahan karena staff di sekitarnya mulai curiga kalau dia terlalu bahagia di pagi hari.
Dia mengetik cepat.
Zhan: Iya. Panas banget. Aku bawa air kok.
Belum sempat dia letakkan ponsel, balasan masuk lagi.
Yibo: Kamu suka minuman energi rasa lemon, kan? Yang kamu bilang 'aku ga terlalu suka soda tapi ini sodanya ga terlalu nyelekit' itu
Zhan langsung membeku.
Dia pernah bilang itu??
KAPAN?
Pas main ski?
Pas break?
Dia sendiri lupa.
Tapi Yibo inget?
Belum sempat dia menyusun kalimat, chat baru masuk.
Yibo: Boleh aku kirim? Buat tim kamu.
Biar mereka nggak kecapean.
Zhan bengong.
Terharu lima persen.
Bingung dua puluh persen.
Dan malu tujuh puluh lima persen.
Zhan: ...kirim berapa?
Yibo: Tim kamu berapa orang? 20?
Yaudah aku kirim 10 box aja, soalnya gege kan lahir di bulan ke 10.
Zhan hampir tersedak udara.
Sepuluh?!
Dia buru-buru mengetik, tapi Yibo selalu selangkah lebih cepat.
Yibo: Gak usah mikir banyak.
Zhan menutup wajah dengan tangan.
Tersenyum.
Lebar.
Gawat.
Dia balas cepat.
Zhan: Jangan kirim banyak-banyak, nanti staff curiga
Yibo: Bilang aja sponsor kirim. Kan teknisnya memang begitu.
Dan bener saja.
Beberapa jam kemudian, kotak-kotak minuman energi berdatangan ke lokasi syuting, dikirim langsung lewat kontak brand Yibo.
Zhou Hao mengangkat paket tanpa curiga sedikit pun. Bahkan terlihat senang.
"Ge! Brandnya baik banget ya, kirim sebanyak ini!"
Sementara itu, Zhan cuma duduk dan nonton semua orang minum brand Yibo dengan puas.
Dia ikut minum satu botol, tapi gerakannya hati-hati, seolah takut senyumnya tumpah.
Sambil menatap botol itu, dia bergumam pelan "...hahaha... otakku miring."
Tentu saja Zhou Hao dengar. "Ge? Apa?"
Zhan cepat-cepat geleng. "Nggak. Minumnya enak, ya?"
