Malam di kampus Haneul terasa hangat, tapi bukan karena cuaca. Di sudut bangunan fakultas informatika yang masih menyala, cahaya lampu dari kafe kampus “Crescent Brew” menyoroti dua sosok yang sibuk di depan laptop.
Juun mengetik cepat sambil menggigit sedotan minuman es lattenya yang sudah mencair separuh. Di depannya, Tae-min Han mahasiswa jurusan manajemen event sedang menatap layar laptopnya dengan ekspresi antara serius dan frustrasi.
“Kalau bug ini gak hilang juga, aku bakal yakin laptopku dikutuk,” kata Tae-min sambil menepuk dahi.
Juun mendengus pelan. “Laptop gak dikutuk, Tae-min. Kamu aja yang lupa tanda titik koma.”
Tae-min mendekat, menunjuk ke layar. “Ini bukan masalah titik koma. Ini masalah cinta sepihak antara HTML dan CSS.”
Juun tertawa kecil. “Aku ngerti kenapa kamu masuk manajemen event, bukan coding.”
“Eh, aku bisa kok! Cuma kadang ya, logika kode itu terlalu jujur. Gak kayak manusia.”
“Manusia juga jujur, asal kamu ngerti cara bacanya,” balas Juun sambil mengetik cepat. Tangannya lincah seperti mesin. “Tuh, aku fix bug-nya.”
Tae-min melotot. “Kamu ngapain aja barusan?”
“Ngubah baris script jadi efisien. Dan ya, nambah titik koma yang kamu bilang gak penting tadi.”
“Jadi kamu yang benar?”
“Seperti biasa,” jawab Juun datar tapi dengan senyum tipis.
Di pojok kafe, barista menatap mereka sambil meracik kopi baru. “Kalian ini udah tiga jam di sini, ya?” katanya sambil menyerahkan dua gelas kopi baru. “Yang latte-nya udah basi, nih. Ganti aja.”
“Wah, makasih, kak!” Tae-min menerima dengan semangat. “Kalo bukan karena kamu, mungkin aku udah tidur di keyboard.”
Barista tertawa kecil. “Udah kayak pasangan aja, kerja lembur bareng tiap malam.”
Juun yang baru menyesap kopinya langsung tersedak. “Hah? Bukan, bukan pasangan!”
Tae-min menahan tawa. “Belum,” katanya pelan tapi cukup jelas untuk membuat wajah Juun memerah.
“Ya ampun, kamu tuh ya”
“Tapi bener kan? Kita udah kayak partner kerja beneran. Aku ngatur desain web-nya, kamu bagian sistem. Perfect combo.”
Juun memutar matanya. “Partner kerja iya, partner hidup gak.”
“Belum tentu.”
“Serius deh, kamu ini kalau gak bisa ngoding, jangan bawa-bawa flirting segala.”
“Flirting? Aku? Enggak kok. Aku cuma jujur.”
Ian datang dari arah pintu, masih memakai jaket fakultasnya. “Kalian belum pulang juga? Festival tinggal dua hari lagi, loh. Kalo kalian tumbang, siapa yang urus server pendaftaran?”
“Tanya Juun,” jawab Tae-min cepat. “Dia penguasa bug malam ini.”
Juun mengangkat tangan. “Udah kelar, kok. Cuma mau pastiin semua data peserta aman.”
Ian duduk di kursi sebelah. “Keren. Tapi jujur, aku iri. Departemen Broadcasting and Media gak punya vibe kayak gini. Kerja lembur sambil ngopi, lampu redup, ambience tenang”
“Ambience tenang? Kamu gak liat muka Tae-min waktu kodenya error tadi?” kata Carmen yang baru datang membawa sketchbook. “Tadi aku lewat jendela, mukanya kayak mau makan monitor.”
“Carmen!” protes Tae-min. “Kamu kan tahu aku panik kalo error.”
“Makanya jangan panik, belajar logika. Jangan cuma drama.”
YOU ARE READING
Autumn Notes at Haneul University 2: Divide
FanfictionSemester baru dimulai di Haneul University, tapi suasananya tak lagi sama. Setelah masa-masa tawa dan hangat di tahun pertama, kehidupan kampus berubah menjadi babak yang jauh lebih kelam dan penuh ketegangan. Di tengah musim panas yang terasa menye...
