5. Buka Kacamata doang Juga

533 35 19
                                    

Err... Oke to the point aja deh. Chap ini yoyo persembahkan kepada... tunanganku yeaayy. Pete... moga dikau suka nyahahahahahahahah

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

--Buka kacamata doang juga--

Gue sekarang sudah berada di kelas. Sendirian? Enggak wlee, orang gue lagi sama rashid kok. Ceileh sama Rashid aja bangga.

Iya tadi hampir aja dia ke tabrak motor. Untung baru hampir. Tapi ya... Gitu, pasti ada luka-luka lah. Makanya gue di kelas ini lagi nyembuhin lukanya Rashid.

Gue ngambil satu kursi lalu gue taruh di dekat kursi yang lagi rashid duduki. Gue duduk lalu siap tempur jadi perawat gadungan. Haha.

"Siniin Shid," kata gue sambil membuka tutup obat merah.

Rashid cuma mengangguk lalu menyodorkan tangannya yang terluka. Cengiran demi cengiran terlukis di bibirnya waktu tangannya dia gerakin perlahan.

Se sakit itu kah Sid? Ah gue jadi gak enak sama lo sid.

"Pelan-pelan, Gi."

"Iya iyaa."

"Aww, aku bilang pelan-pelan," Rashid mengaduh.

"Nih, yang namanya pelan-pelan," Gue agak menekan obat merah itu ke luka dia. Lagian bawel amat nih cowok satu.

"SAKIITT EGII," Rashid agak lantang bersuara. Gue cuma bisa mendengus kesal.

"Ini kan lagi gue sembuhin Rashidddd," Gue mulai meneteskan lagi obat itu. "Letoy amat lagian. Perasaan gue gak sekeras itu ngejorogin lo sid?"

"Aw. Ya kan aku lagi gak siap, gak tau juga kamu bakal dorong aku gitu," ucap Rashid sambil niup-niup lukanya. Lucu juga ya dia kalo lagi niup-niup gitu. Plak.

Tapi emang bener lucu sih. Coba deh kalian sedeket ini sama rashid. Pasti kalian juga bakal ngerasain hal yang sama. Haha. Ternyata gak sedingin yang gue liat dari jauh. Kalo diajak ngomong juga kayaknya enak juga. Eh.

"Egi," ucap Rashid yang sukses buat mata gue kelap kelip--bahasa kerennya mengerjap--lalu bangun dari lamunan gaje gue tadi.

"O-oh iya, apa?"

Biasa aja gi, biasa aja. Jangan sampe Rashid tau gue salting.

"Kenapa kok bengong? Ada luka yang laen?"

Gue musti alesan apa ya? Gue bingung jadi gue garuk-garuk aja tengkuk gue.

Ah itu... Apaan? Kok kaya ada... Apaan sih itu? Gue lihat sesuatu di pelipis Rashid yang kayaknya menjalar sampe ke pipinya.

"Itu... Apaan Shid?" gue nunjuk benda itu. Itu apaan sih?

"Apaan?" Rashid meraba-raba pipinya. "Mana? Gak ada."

"Itu di situ."

"Dimana? Gak ada."

"Yaudah aku aja sini."

Kok gue malah nawarin diri ya? Abaikan. Gue penasaran soalnya. Ditambah gregetan Rashid gak dapet2 tuh benda.

Gue mulai menggerakkan tangan gue ke mukanya dia.

Deg.

"Gi, Egi," Rashid dadah-dadah di depan muka gue. Apaan sih dia? Yakali gue nglamun lagi tadi.

"Tangan lo gak sakit dadah-dadah gitu Sid?"

"Aishh Iya," Rashid megang tangan dia yang tadi dadah-dadah. "Aku lupa masa?!"

"KYAHAHAHAHA," Gue ngakak. Moga aja gak keliatan jelek. "Lo tuh aneh ya sid? Sakit kok sampe lupa. Hadehh."

Guru LesWhere stories live. Discover now