3. Lo kenapa Gi ?

701 44 18
                                    

sebenernya gue pengin mempersembahkan chap ini buat... badumtest... @Fauzitaa

Ita-chan... moga kamu suka ya ^^


selamat membaca kakak kakak

—————————————————————————————————————————————————————


Ah lelah banget gue hari ini. Sudah minggu yang penuh kebebasan ini hilang, eh ditambah harus bertemu sama orang ter-DINGIN yang pernah gue kenal. Mana tadi gue blushing gaje lagi.

Gue mulai menyudahi lamunan gaje gue dan kembali fokus ke dunyat. Buku-buku maupun alat tulis lainnya sudah gue masukan semuanya ke dalam tas dan siap untuk melenggang pulang. Yeayy kasur... Gue datang.

Gue mulai berjalan melewati kayak koridor gitu dan sesekali juga bertemu kakak kelas atau mungkin guru juga di les-an itu.

"Misi kak"

"Oh iya, pulang Gi ?" jawab ka Fiah.

Yaelah ka Fiah, masa dari dalam mau keluar baru mau berangkat sih ?

"Iya ka"

"Sendirian ?"

"Oh iya pake motor"

"Hati-ha—-Iya bang !!" ucap ka Fiah yang kemudian langsung nylonong pergi. Dia dipanggil tadi jadi langsung pergi.

Gue mulai melangkah lagi menuju motor gue dan coba mengabaikan ka Fiah yang tadi pergi begitu aja. Gue bagaikan tak dianggap. Plak.

.

.

Cekiekiek bruumm

Gue mulai menyalakan mesin motor gue. Helm yang tadi gue gantung atau taruh di kaca spion kini gue copot lalu gue kenakan ke kepala.

Gue mulai clingak clinguk maling ke kanan lalu ke kiri. Kaki gue juga gue doal-doelin supaya nih motor bisa bergerak ke belakang.

Ah berat juga ya nih motor, tahu aja kalo yang lagi nunggangin dosanya berat juga haha. Tepi eh eh kok tiba-tiba jadi ringan gini ? Kaya ada yang narik ke belakang.

Gue penasaran jadi gue melirik ke belakang. Benar saja, disana ada seorang—kayaknya sih cowok yang kayaknya juga lagi narik motor gue. Gue tak begitu jelas melihat siapa dia karena yang gue lihat cuma punggung dan ya sebagian tubuhnya, tidak termasuk mukanya.

Ah mungkin dia tukang parkir disini jadi gue ya kudu siap-siap recehan nih. Gue mulai merogoh saku celana jeans gue mencari si tuan pahlawan pattimura.

Yeayy gue dapet nih, dan ternyata motor gue sudah berada di jalur yang tepat dan menghadap ke yang gue inginkan.

Gue mulai melirik kembali ke belakang lalu... Hey dia tidak mau dibayar ya ?

Gue lagi-lagi cuma bisa melihat punggungnya—yang kini sudah ada tas nyangklek disana—yang perlahan-lahan mulai meninggalkan gue. Tapi walaupun gue tidak melihat mukanya, gue tahu siapa dia. Dari tas yang Ia sangkutkan pada punggungnya, baju yang ia kenakan, sampai seonggok benda yang menyalip diantara daun telinga dan pelipisnya, gue tahu kalau dia itu... Dia itu guru les gue, Abdan Rashid Fathurakhim.

"Rashid, makasih" pekik gue.

Namun apa balesan yang gue dapat ? Cuma lambaian tangan kanannya yang Ia angkat.

Songong banget dia.

.

.

Motor yang gue kendarai mulai menusuri jalanan komplek perumahan gue. Sebentar lagi sampai di rumah.

Guru LesWhere stories live. Discover now