[🍌] jealousy without a relationship?

Comenzar desde el principio
                                        

Dengan panik Putih langsung membolak-balikkan smartphone-nya, namun sepertinya tidak ada yang aneh. Atau mungkin ini hanya perasaannya saja? Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Biru. Memang dasar Putihnya saja yang tidak pandai berbohong, bahkan hanya bermodalkan bohong di chat saja Putih tidak bisa.

Akhirnya Putih pun memilih untuk menaruh smartphone miliknya di atas mejanya. Dia pun menidurkan kepalanya di atas meja dengan bibir yang dimajukan hingga sekian derajat, hari ini sangat menyebalkan!

“Put!” suara yang sangat familiar ditelinga Putih membuat sang empu mengangkat kepala dan melihat siapa yang baru saja memanggilnya, dan tepat pada saat itu juga Putih langsung berdecak karena tebakannya barusan benar, kalau yang baru saja memanggilnya adalah Teo.

“Kenapa, Teo?”

“Pulang sekolah nanti lo free, nggak?” tanya Teo yang langsung meluncurkan pantatnya ke atas meja Putih.

“Eng—” belum sempat dirinya melanjutkan ucapannya, Putih langsung teringat kalau nanti pulang sekolah dia sudah ada janji kalau akan pulang bersama dengan Biru. “Enggak tau, ya. Kenapa emangnya? Kamu mau ngajak aku jalan-jalan yaaa?” goda Putih sembari jari telunjuknya memutar-mutar di depan wajah Teo.

Teo yang melihat hal itupun sontak saja langsung menepis jari mungil Putih yang mana langsung membuat Putih mendengus pelan.

“Kepedean! Siapa juga yang mau ngajakin lo jalan-jalan? Tapi emang sih gue mau ngajak lo pergi pas balik dari sekolah nanti kalau emang nggak sibuk.”

“Oh yaaa???” Putih penasaran. “Pergi kemana tuh? Mau dong!” bodoamat lah sama ajakan Biru. Putih akan menghiraukan cowok itu kali ini. Sepertinya pergi dengan Teo akan lebih seru ketimbang kalau dirinya pergi dengan Biru yang ada akan membuatnya naik pitam terus sepanjang jalan karena tingkah cowok itu.

“Gue pengen beli sesuatu buat Mama gue. Intinya pengen beli perlengkapan Mama gue. Kan lo sebagai cewek pasti lebih paham apa yang dibutuhin Mama gue daripada gue yang anaknya ini.” Teo menjelaskan.

“Boleh banget sih, kamu mau beli baju gitu ya buat Mama kamu?” tanya Putih mulai tertarik dengan sosok Teo yang selalu meratukan Mamanya.

“Nggak cuma baju sih, intinya kebutuhan cewek yang lebih spesifik gitu...” ujar Teo sedikit canggung membahas hal seperti ini dengan Putih.

Putih yang melihat kecanggungan Teo itu sontak terkekeh dan mengacungkan kedua jempolnya, menandakan kalau dia setuju dan tidak masalah kalau harus membantu Teo membelikan keperluan untuk Nadine.

“Iya aku ngerti kok, aman aja.”

“Yaudah nanti pulang langsung ikut gue ke parkiran ya..”

“Nggak bisa!” tiada angin dan tiada hujan, tiba-tiba ada suara yang juga familiar ditelinga Putih yang ikut nimbrung di tengah-tengah obrolannya dengan Teo.

Saat keduanya mengarahkan pandangan ke sumber suara, maupun Teo atau Putih bisa melihat siapa yang baru saja menyela obrolan mereka berdua, Biru.. Tentu saja cowok itu yang selalu ikut campur diantara urusan Putih dan Teo. Cowok yang sudah dari lama mengagumi Putih dan tidak pernah ada niatan untuk menyerah mengejar Putih.

Prinsip Biru begini; bahkan janur kuning nggak akan bisa ngehalangin gue buat dapetin Kak Putih. Kecuali gue mati, baru gue bakalan berhenti ngejar dia. Itu adalah semboyan yang dia ucapkan di hadapan geng pentol koreknya itu.

Biru & Putih | JaesooDonde viven las historias. Descúbrelo ahora