the truth [ending]

Start from the beginning
                                    

"bisa gitu ya?"

"bisalah. gue kan masuk kuburan kelas vvip makanya bisa. ayo mau nanya apa lagi?"

"hm, soal telfon waktu aku lagi di pub itu juga karena kamu di kuburan kelas vvip?"

"ngga, itu gue make hp kang pulsa. kebetulan waktu itu gue lagi lewat depan konter pulsa. mau nanya apaan lagi?"

"udah itu doang. pen bat aku tanya apa?" aku mendengus sedangkan luke tertawa sambil mengacak rambutku.

kami berdua berjalan beriringan menuju stan yang menjual gulali. aku membeli satu, luke kan setan mana mungkin makan gulali? setelah membeli gulali, aku dan luke duduk di bangku panjang berwarna coklat. ngomong ngomong soal warna coklat, aku memakai baju yang sama warnanya dengan baju luke. hitam. oke ga nyambung ya?

tiba tiba sekelebat kejadian dalam kurun waktu sebulan ini terputar di otakku. saat dimana pertama kali aku mendapati luke yang tengah duduk di atas lemariku, saat luke memintaku nyelesaiin urusannya di dunia yang ternyata membayar utang ke tukang kredit dan para sahabatnya (ini sih yang paling sue), saat luke menggendongku karena kakiku kram, saat luke mencoba untuk menenagkanku di depan pintu pub ketika aku menangis karena harry.

ku akui luke adalah jenis makhluk astral yang baik dan unik. jangan lupa songongnya. juga semenjak kejadian di pub itu, aku jadi sering merindukan luke. entahlah, tapi aku merasa luke itu nyata. dan aku ga mau berada pada jarak jauh darinya. aku... menginginkannya.

"woi syd, serius amat itu muka? lagi mikirin utang ya lu?" luke mengangkat dua alisnya sambil tersenyum menggoda. aih.

"luke.." panggilku.

"ape?"

"kamu ga bakal ninggalin aku kan?" tanyaku mengecilkan volume suara. aku benar benar malu sekarang.

"emangnya kenapa?" tanyaku lagi. "kalo gue pergi kan ada harry," jawabnya acuh. sungguh, mendengar nama harry bukan membuatku salah tingkah seperti dulu, melainkan siap muntah sampai bagian organ dalam tubuhku keluar.

"luke!! tau ah," aku menatapnya jengkel kemudian berlalu meninggalkannya. see, bahkan dia ga ngejar aku kayak di film film romantis atau novel yang pernah ku lihat.

aku melangkah menuju pinggir pantai. iya pantai! baru tau ya di jakarta ada pantai? hahhh itu ga penting. kadang kekonyolan luke dan sikap tidak seriusnya bisa membuatku emosiku naik. bisa bisa aku kena darah tinggi di usia dini.

aku duduk di atas pasir coklat muda. untungnya langit sedang mendukung--berawan agak mendung, jadi aku ga akan kepanasan.

jrengg.

aku membalikkan tubuhku dan mendapati seekor penguin besar tengah berdiri di belakangku dengan ukulele di dekapannya. tidak, bukan hanya satu, tapi ada tiga ekor penguin lainnya.

aku mengerutkan dahiku karena bingung. apa cara orang mengamen jaman sekarang itu seperti ini? wah, kreatif sekali.

sebuah suara mengalun indah bersamaan dengan suara ukulele. tiga penguin lainnya hanya berjoget joget di belakang penguin yang bermain ukulele--yang ku yakini penguin ini yang bernyanyi.

You see this guy,
this guy's in love with you
Yes I'm in love
who looks at you the way I do
When you smile
I can tell it know each other very well.

Luke is a Ghost [au]Where stories live. Discover now