the truth [ending]

2.5K 315 57
                                    

"ya halo?"

"nah ini dia anaknya. mane aja lu syd?"

"to the point aja deh luke ngapain kamu nelfon aku?"

"sori sori. gue lagi otw rumah lu nih."

"otw naik apaan?"

"parasut. ya menurut lo?"

"oh pasti abis ini kamu--"

tok tok. "spadaaa!!" aku beringsut dari kasurku untuk membukakan pintu untuk luke.

"kenapa ga langsung nyelonong masuk kayak biasanya aja sih? kan bisa nembus," protesku sambil kembali duduk di atas kasur.

"ya kan gue sebagai setan yang berpendidikan harus ketuk pintu dulu. aturan tetap aturan," ujar luke ikut duduk di sebelahku.

"masih sedih?" tanya luke. aku ga bergeming dan memilih untuk beranjak dari kasur.

"syd udah dua hari lo ngurung diri sambil nangis, ga capek?" bisa ku rasakan luke mendekat ke arahku.

"lo ga kasian sama bonyok lo? mereka stress mikirin kerjaan ditambah mikirin lo. ngerepotin semuanya tau ga?" sambung luke.

"aku ga minta kalian untuk khawatir atau mikirin aku. kalo bunuh diri itu ga dosa aku udah ngelakuin hal itu dari kemarin," jawabku asal. luke berpindah posisi jadi di depanku.

"aduh!! kok nyentil sih luke?" aku mengaduh kesakitan saat luke menyentil keningku. bukan menjawab, setan ini malah mempersempit jarak di antara kami.

"itu mulut ga ada filternya ya?" luke menaikan satu alisnya. duh, kok dia jadi tambah konyol sih?

"biarin aja lah, mulut aku ini kan?"

"ck ck, anak siapa si lu? apa perlu gue yang filter itu mulut pake bibir gue?" ujar luke ditambah smirknya. ew ew, serem sih.

"apa sih luke, jauh jauh sana!" aku mendorong tubuhnya kuat kuat, tapi dua tangannya malah melingkar di pinggangku dan memeluknya posesif. aishh, jijik.

"denger ya pendek, ga guna lo tangisin si harry. emang dia mikirin lo?" ucap luke. benar juga, harry aja sekarang bersikap acuh sama aku. jadi air mataku selama dua hari ini ga bakal merubah sikap harry padaku.

aku menunduk karena malu. keningku menyentuh dada luke yang naik turun. ku akui kalau aku malu karena kebodohanku sendiri.

"maaf."

luke mendecak, "ga perlu minta maaf. tapi lo harus janji sama gue untuk ga nangisin harry, deal?"

aku mendongakkan kepalaku, menatap wajah berseri luke, "deal!"

"gitu dongg. jelek lu nangis mulu, tuh liat muka bengep udah kayak babi air disengat tawon," cibirnya. aku menghadiahkan luke cubitan panasku. ha! rasakan itu.

"sialan lu syd," luke meringis, "eh gimana kalo kita jalan jalan keluar? bagaimana pun, kita berdua ini kan udah terjerat kontrak pacaran. ya gak?"

aku meringis kecil ketika kembali mengingat soal kontrak pacaran yang luke buat. ya ampun, hanya demi harry aku rela menandatangani kontrak bodoh itu?? aku tahu sekarang kalau aku sama bodohnya dengan luke. eh...

"ya ya ya."

***

"luke aku mau nanya," ujarku ketika aku dan luke baru menginjakkan kaki di sebuah carnaval tahunan. luke mengangguk.

"kok kamu bisa di sentuh, kan setan dimana mana berbayang luke."

"karena gue setan yang anti mainstream."

Luke is a Ghost [au]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz