Arc 4 — “March ke Gerbang Suci”
---
Langit senja di atas Kota Sadera, ibukota Kekaisaran, dipenuhi oleh siluet burung-burung hitam yang beterbangan di antara menara-menara batu. Cahaya matahari keemasan menembus jendela kaca besar istana, menyinari lantai marmer yang dingin dan licin. Di ujung ruangan besar yang megah, Kaisar Valerius IV duduk di atas singgasananya yang tinggi, memegang segulung laporan yang baru saja diserahkan oleh utusan istana.
Di hadapannya, berdiri Jenderal Flavius Cornelius, pria tua berambut perak dengan mata yang keras, membungkuk dengan satu lutut menempel di lantai.
“Paduka Kaisar,” katanya dengan suara berat, “sesuai perintah Anda, negara-negara bawahan telah mulai mengerahkan pasukan mereka. Raja Altran, Duvras, dan Yulder telah mengirimkan perwakilan untuk melapor langsung ke istana.”
Kaisar Valerius membuka gulungan itu perlahan. Di sana tertulis jumlah pasukan gabungan yang kini tengah menuju Sadera.
> “Kerajaan Altran: 50.000 infanteri dan 2.000 penunggang kuda.”
“Republik Duvras: 30.000 pemanah dan 3.000 unit zeni.”
“Provinsi Yulder: 20.000 prajurit garis depan, 1.000 pengendara wyvern.”
Kaisar mengangguk pelan. “Baik sekali... pasukan dari seluruh penjuru benua kini berada di bawah panji Kekaisaran Sadera.”
Ia berdiri perlahan, mengenakan jubah hitam bertepi emas, dan berjalan menuju balkon istana. Dari sana, ia bisa melihat hamparan lapangan parade luas tempat ribuan tentara berbaris membentuk formasi rapi, dengan bendera masing-masing negara bawahan berkibar berdampingan dengan panji merah kekaisaran.
Suara dentuman genderang perang menggema, disusul tiupan terompet panjang. Pasukan yang datang dari berbagai negeri terlihat mengenakan zirah berbeda-beda—ada yang berbaju baja penuh, ada yang berseragam kulit, namun semuanya memiliki tujuan yang sama: merebut kembali Gerbang Suci.
---
Ruang Takhta — Pertemuan Para Raja
Pintu besar ruang singgasana terbuka. Tiga orang masuk dengan iring-iringan kecil. Mereka adalah para pemimpin dari negeri bawahan Kekaisaran.
Yang pertama, Raja Altran, pria bertubuh besar dengan janggut panjang, membawa tongkat emas di tangannya. Di belakangnya, Raja Yulder, lebih muda namun bermata tajam penuh perhitungan. Dan yang terakhir, Konsul Duvras, pemimpin Republik yang terkenal licik dalam diplomasi namun lemah dalam militer.
Ketiganya membungkuk hormat di depan Valerius IV.
> “Paduka Kaisar, kehormatan besar bagi kami bisa hadir memenuhi panggilan Anda,” kata Raja Altran dengan suara lantang.
Valerius hanya mengangguk pelan, lalu mempersilakan mereka duduk di kursi melingkar di depan takhtanya. Di atas meja, terbentang peta besar yang menggambarkan wilayah sekitar Gerbang Suci dan area musuh yang mereka sebut sebagai “tanah barbar”.
Jenderal Flavius menunjuk satu titik di peta. “Pasukan gabungan akan berangkat melalui Jalur Utara, menuju dataran tinggi Gerbang. Laporan terakhir menunjukkan musuh memperkuat pertahanan di sekitar perbukitan dan kanal. Namun dengan jumlah pasukan kita sekarang, mereka akan ditelan badai perang.”
Raja Yulder tersenyum sinis. “Bahkan tanpa penyihir pun, musuh itu tak akan bertahan lama. Mereka hanyalah manusia biasa yang kebetulan memiliki senjata asing.”
Konsul Duvras menimpali, “Dan dengan kekuatan magis dari pasukan wyvern kami, kemenangan sudah di tangan.”
Semua tertawa kecil mendengar itu. Tapi di antara tawa mereka, Valerius IV hanya diam, menatap peta dengan mata penuh pertimbangan. Ia tahu, musuh yang mereka hadapi bukan musuh biasa. Namun di hadapan para raja bawahannya, ia tak boleh menunjukkan keraguan sedikit pun.
YOU ARE READING
GATE: Thus Red Army Fought There [Prototipe]
General FictionFanfic Gate Jieitai --- Setelah berhasil bangkit dari krisis ekonomi 1998, Uni Soviet menjelma menjadi negara superpower paling dominan di dunia. Dengan kekuatan militer terbesar, teknologi termutakhir, dan pengaruh politik yang menembus setiap ben...
![GATE: Thus Red Army Fought There [Prototipe]](https://img.wattpad.com/cover/402724836-64-k495040.jpg)