Arc I: Invasi di Moskow (Bagian 2)
Ledakan demi ledakan mengguncang pusat kota Moskow. Asap hitam membubung ke langit, menutupi sebagian pemandangan menara Kremlin yang megah. Jalan raya berubah menjadi medan perang: api, darah, dan jeritan bercampur menjadi satu simfoni kekacauan.
Pasukan asing berpakaian zirah kuno terus berlarian di sepanjang jalan, pedang mereka berlumuran darah warga sipil. Banyak orang mencoba bersembunyi di balik mobil, ada pula yang berlari panik tanpa arah.
“Purga barbarorum!” teriak salah satu prajurit berhelm bulat sambil menebas siapa pun yang mendekat.
Namun di tengah semua itu, dentuman berat logam dan gemuruh mesin diesel mulai terdengar dari arah timur. Tanah bergetar. Asap knalpot membumbung.
Sebuah tank T-90 muncul dari balik gedung—cat hijaunya berkilau di bawah sinar matahari yang terhalang asap. Meriam utamanya menoleh ke arah barisan musuh.
> BOOM!
Peluru kaliber 125mm meluncur, menghantam tanah di depan barisan prajurit asing. Ledakannya menghancurkan puluhan dari mereka dalam sekejap.
Pasukan penyerbu berhenti seketika. Mereka belum pernah melihat mesin seperti itu seumur hidup mereka. Seorang jenderal berarmor hitam di depan gerbang menatap dengan tatapan ngeri namun heran.
“Golem… besi?” gumamnya dalam bahasa mereka sendiri. “Apakah bangsa barbar ini mampu mengendalikan makhluk logam raksasa?”
Suara meriam kembali menggema, menembus pikirannya. Ledakan kedua menghancurkan panji emas yang mereka bawa. Prajurit di sekitarnya terpental, terbakar, atau terkubur di bawah puing.
Dari atas gedung, suara peluru otomatis dari pasukan Soviet mulai menggema. Para penembak dengan seragam kamuflase biru mengunci sasaran dan menembak tanpa ragu. Peluru 7.62mm menghantam helm, armor, dan daging, menumbangkan banyak pasukan musuh.
Namun pasukan penjajah itu tidak berhenti. Mereka berlari maju dengan pekikan perang, menyerbu tank dan pasukan infanteri Soviet tanpa rasa takut.
Tapi hari itu mereka menghadapi kekuatan yang belum pernah mereka bayangkan.
---
Givi berlari di antara reruntuhan dengan napas berat. Jaket hitamnya kini sobek, wajahnya kotor oleh debu dan darah. Ia menatap sekeliling, melihat warga sipil diseret oleh para prajurit asing ke arah gerbang bercahaya.
“Tidak... mereka menculik orang!” serunya marah. Ia segera mengambil senapan AK dari salah satu polisi yang tewas di dekatnya.
Dari radio yang tergeletak, suara operator militer terdengar putus-putus:
> “Semua unit cadangan dikerahkan! Pasukan asing muncul dari portal tak dikenal—lokasi: Tverskaya Street! Semua unit tempur bersiap!”
Givi mengerutkan alis.
“Portal, huh? Jadi mereka bukan dari sini…”
Tiba-tiba sebuah ledakan mengguncang jalan di belakangnya. Givi menoleh dan melihat Resimen Tank Pengawal ke-1, unit elit Soviet, mulai memasuki area pertempuran. Konvoi T-90 dan BMP-3 meluncur melewati jalan sempit, pasukan infanteri berlari di sisi kiri-kanan, mengibarkan bendera merah dengan bintang emas.
Salah satu komandan tank berteriak melalui pengeras suara:
> “Semua warga sipil segera menjauh! Pasukan infanteri, bentuk barikade di sisi timur! Ini wilayah tempur!”
Tanpa berpikir panjang, Givi mendekat. “Kapten! Aku mantan infanteri lapis baja, izinkan aku ikut bertempur!”
Kapten menatapnya cepat, mengenali wajah itu.
“Givi Toltyk?! Dari Divisi Teknologi Pertahanan? Masuk ke kru cadangan tank! Kita butuh semua orang yang bisa menembak hari ini!”
YOU ARE READING
GATE: Thus Red Army Fought There [Prototipe]
General FictionFanfic Gate Jieitai --- Setelah berhasil bangkit dari krisis ekonomi 1998, Uni Soviet menjelma menjadi negara superpower paling dominan di dunia. Dengan kekuatan militer terbesar, teknologi termutakhir, dan pengaruh politik yang menembus setiap ben...
![GATE: Thus Red Army Fought There [Prototipe]](https://img.wattpad.com/cover/402724836-64-k495040.jpg)