Malam itu, mobil hitam mengilap Shen Wen Lang melaju pelan menembus jalanan kota. Gao Tu duduk di kursi penumpang, wajahnya tampak lelah namun tetap tenang, seperti biasa ia menunduk sambil mengecek agenda di tabletnya.
“Alamatmu di sini?” tanya Wen Lang datar ketika GPS mobil mengarah ke sebuah kawasan lama yang jauh dari pusat kota.
Gao Tu hanya mengangguk singkat. “Iya, Tuan Shen. Gang di depan itu.”
Mobil perlahan melambat, namun begitu memasuki jalan sempit, aspal berganti bebatuan kasar. Lampu jalan redup, dinding rumah-rumah tua berjejer rapat, suara televisi dan anak-anak berlarian terdengar dari dalam lorong. Bau gorengan dari warung kaki lima menusuk hidung. Mobil mewah itu terlihat mencolok, bahkan beberapa tetangga menoleh dengan penasaran.
Alis Wen Lang berkerut. Tempat seperti ini?
Ia melirik ke arah Gao Tu, seolah memastikan ia tidak salah alamat.
“menjasi Sekretaris Shen grup… dengan gaji sepertimu, bahkan bisa menyewa apartemen mewah di pusat kota. Kenapa kau tinggal di…” tatapannya menyapu sekitar, “…tempat kumuh seperti ini?”
Nada suaranya terdengar seperti ejekan. Gao Tu menunduk, wajahnya merona malu tapi ia menahan diri. “Ini yang paling nyaman untuk saya, Tuan Shen. Dekat dengan rumah sakit tempat adik saya menjalani terapi. Lagipula… saya tidak butuh banyak.”
Wen Lang mendengus pelan, ekspresinya dingin. “Nyaman? Jangan bodoh, Gao Tu. Lihat sekelilingmu. Bahkan mobilku saja tidak bisa masuk lebih jauh.”
Kalimat itu terdengar seperti hinaan, membuat dada Gao Tu terasa sesak. Tapi Wen Lang sendiri, saat menatap lampu redup gang itu, mendapati ada sesuatu yang menusuk hatinya. Bagaimana mungkin seorang sekretaris sepertinya… harus pulang ke tempat seperti ini setiap malam?
Ia ingin berkata, Apakah uangmu habis untuk adikmu? Apakah ayahmu lagi-lagi menguras tabunganmu? Tapi semua pertanyaan itu terhalang gengsi dan kebiasaannya bersikap kaku.
Yang keluar justru kata-kata kasar, “Tidak heran kau terlihat pucat dan kelelahan. Lingkungan seperti ini bahkan bisa membuat seekor anjing sakit.”
Gao Tu tersenyum tipis, seperti biasa menelan semuanya dengan tenang. Ia membuka sabuk pengaman. “Terima kasih sudah mengantar, Tuan Shen. Hati-hati di jalan.”
Wen Lang diam, hanya menatap punggung Gao Tu yang melangkah ke dalam lorong gelap itu. Sesuatu berdesir di dadanya, rasa sesak yang tidak ia mengerti. Tangannya mengepal di atas lututnya.
Mobilnya tetap terparkir sebentar, lampu depan menerangi lorong kecil di mana sosok Gao Tu perlahan menghilang. Dan untuk pertama kalinya, Shen Wen Lang merasa… dunia Gao Tu terlalu jauh dari jangkauan dirinya.
****
Shen Wen Lang jarang sekali datang ke kantor lebih pagi dari biasanya. Namun hari itu, ketika matahari baru menembus kaca jendela gedung Sheng Corporation, ia sudah duduk di ruang kerjanya dengan mata tajam menatap layar laptop.
Di hadapannya, laporan khusus dari tim internal investigasi terletak rapi. Semua mengenai Gao Tu riwayat pendidikan, keluarga, catatan keuangan, hingga aktivitas sampingan.
Alis tebalnya semakin mengerut ketika membaca bagian terakhir:
Pekerjaan tambahan:
1. Penulis lepas untuk beberapa media daring,
2.Konsultan administrasi paruh waktu.
Alasan: menutupi biaya pengobatan adik dan menutup hutang ayah kandung.
Shen Wen Lang mengatupkan rahangnya. Tangannya mengepal di atas meja.
"Bodoh," gumamnya, meski hatinya terasa perih.
Bagaimana mungkin Gao Tu bisa memikul beban sebanyak ini sendirian? Pekerjaan di Sheng Corporation sudah menguras banyak waktu dan energi, ditambah ia selalu menuntut perfeksionisme.
YOU ARE READING
SHEN WENLANG - GAO TU : OMEGAVERSE
Fanfictionsuka banget sama second couple ini update suka-suka, just for fun 🙂↕️ Plot, karakter dan tokoh diadaptasi dari Drama ABO BXB AREA!!!!!!
