41. malam pertama (1)

Start from the beginning
                                        

"Gak bisa!!!" Pekikku cepat lalu mengedarkan pandangan.

Padahal tidak ada pekerja yang berkeliaran, Bebi memutuskan pulang ke rumah orang tuanya, mpok Ayu kan memang tidak bekerja di malam hari, bang Dodi juga pulang ke rumah saudaranya, tinggal aki Arip dan para penghuni guest house saja yang tertinggal.

Para penghuni guest house tidak mungkin berkeliaran di sekitar garasi juga.
Tetapi tetap saja, masa acara malam pertama kami di dalam mobil sih? Yang benar saja.

"Gak bisa? Karena mobil ini memang terlalu kecil, gimana kalau di pick up itu? Sepertinya akan lebih leluasa dan..."

"Felix! Masa acara perenggutan keperawanan saya di dalam garasi sih?" Tanyaku memotong perkataannya karena sepertinya Felix benar-benar ingin melakukannya saat ini juga.

Felix terkekeh.

"Saya bercanda" Jawabnya lalu kembali mengecupku dengan penekanan bibirnya meraup keseluruhan bibirku.

Felix segera menarik tubuhku keluar setelah mengecupku.

"Ayo buruan ke kamar" Katanya sambil menegakkan tubuh.

"Kamu bisa jalan pakai heels itu? Jalanan menuju ke kamar kan berumput"

"Atau mau saya gendong?" Tanyanya dengan menunjuk dagunya ke arah bawah.

"Gak perlu gendong, memang susah jalan pakai heels, kayanya saya simpan sendal di pickup, bisa kamu ambilin?"

Felix mengerang sesaat kemudian aku merasakan tubuhku melayang, dengan mudahnya Felix mengendongku lalu berjalan dengan langkah cepat.

Aku terkekeh melihatnya yang sudah tidak dapat menahan hasratnya.

Rahangnya mengetat, aku mengusapnya dari arah telinga dan berakhir di dagunya.

"Jangan menggoda saya Vi, saya bisa nekat nurunin kamu di sini dan merobek gaun kamu sekarang juga untuk menyatukan diri" Felix berkata tanpa menatap tetapi fokus berjalan.

Kedua tanganku melingkari lehernya.

"Terlalu berbahaya sayang" Bisikku lalu menciumi rahangnya.

"Vivi" Felix mengeram lalu berhenti melangkah dan tangannya bergerak seperti mau menurunkan tubuhku.

"Felix, jangan coba-coba" Kataku ngeri dan kedua tanganku semakin mengerat melingkar di lehernya.

Gak bisa aku bayangkan kalau Felix beneran nekat, sudah pasti besok pagi aku harus bangun pagi untuk menghapus rekaman CCTV.

Felix menurunkan aku lalu membuka pintu, lampu di dalam ruangan sudah menyala.

Aku melangkah masuk di ikuti Felix, kedua mataku melebar ketika memasuki ruangan lebih dalam dan melihat begitu banyak kelopak bunga mawar di atas bed cover berwarna putih.

"Bebi memang bisa di andalkan" Suara Felix terdengar di belakang dan tubuhnya menempel di punggungku.

Tangannya bergerak mengusap perut dan turun ke bawah, kain yang aku kenakan tertarik sedikit ke atas begitu Felix menekan telapak tangannya mengusap pusatku.

Aku menelan ludah dengan tubuh kaku.

"Kenapa jadi patung gini? Kemana Vivi yang tadi menggoda saya di luar?" Felix berbisik lalu menciumi leher belakangku.

Aku bergidik dengan punggung melengkung.

"Mandi dulu atau..."

"Mandi" Jawabku cepat lalu berjalan ke arah kamar mandi.

"Vi, tunggu, kita mandi bareng" Terdengar suara Felix mengejar di belakang, tanganku sibuk mengusap dada yang berdetak tidak karuan.

Kami masuk ke dalam kamar mandi berbarengan, Felix sudah membuka semua pakaian kami dengan kecepatan kilat, matanya berbinar-binar melihat tubuh telanjangku.

Karena masih risih aku berusaha menutupi apa yang masih bisa ku tutupi.

Felix terkekeh dan merapatkan tubuh kami.

Dengan cepat Felix menggiringku masuk ke dalam shower.

Aku menelan ludah, tubuh kami menempel karena sempitnya shower, tonjolan bukti hasrat Felix menempel di bokongku tanpa malu.

Kaki Felix bergerak membuka sedikit kakiku sehingga ada celah dan bukti hasratnya masuk di antara kedua pahaku.

"Hmm..." Felix mendesah setelah berkali-kali bergerak mengusap batang miliknya ke bibir pusatku.

Jujur saja perbuatannya membuat seluruh tubuh ini meremang.

"Kamu basah" Bisiknya, apa yang Felix lakukan setelahnya membuatku semakin meremang.

Satu jari, tidak, tidak, dua jari terasa mengusap pusatku di bawah sana.

Aku berjengit ketika Felix memainkan klitoris dan membuatku tanpa sadar mengerang.

Guyuran air hangat terasa membasahi tubuhku dari shower.

Felix membalikkan tubuhku menghadap dirinya.

Jemarinya semakin sibuk mengusap pusatku dan memainkan klotorisnya berkali-kali.
Felix menunduk dan melumat bibirku rakus.

Tubuhnya lalu sedikit membungkuk dan kali ini lumatan terasa di payudaraku.

Aku mengerang, payudaraku di hisap olehnya bergantian dan tangannya semakin sibuk mengusap pusatku di bawah sana.

Felix menegakkan tubuh lalu mengambil sabun cair dan mengusapnya secara asal ke seluruh tubuhku dan tubuhnya.
Gerakannya tidak terkontrol dan tahu-tahu tubuhku sudah berbalutkan handuk.

Dengan langkah cepat Felix menggiringku ke arah ranjang.
Kelopak mawar yang bertebaran di singkirkan olehnya dengan sekali gebrakan bed cover.
Felix langsung membaringkan tubuhku ke atas ranjang.

Tatapan matanya sayu, Felix kembali melumat bibirku kali ini lumatannya lembut.

Balutan handuk terlepas dari tubuhku, lagi-lagi tubuh kami menempel.

Tangan Felix meremas payudaraku bergantian dengan masih menciumku.

"Vi, sentuh saya" Ucapnya di sela-sela pertemuan bibir kami.

Aku menelan ludah, apakah aku tidak akan merasa kaget seperti kejadian tempo hari di mana menyentuh dan mengusap bukti hasratnya.

Dengan gerakan ragu tanganku turun, tidak perlu susah payah mencari alat reproduksi yang sudah tegang sedari tadi.

Felix mengerang begitu tanganku menyentuh bagian tubuhnya yang sensitif.

"Usap Vi" Pintanya sambil berbisik.

Erangan kembali terdengar ketika tanganku bergerak mengusapnya.

Bibir kami kembali bertemu, kecapan terdengar jelas di dalam ruangan ini.

Felix bergerak membuka sedikit pahaku memakai pahanya dan memposisikan tubuhnya berada di atasku.

Pria itu memundurkan wajah dan menatapku, kulihat gerakan jakunnya naik turun, aku tahu Felix sedang menelan ludah.

"Saya sudah tidak tahan lagi Vi" Katanya lalu menumpukan tubuh dengan siku, Felix memiringkan tubuhnya, tangannya bergerak memegang intinya.
Sesaat kemudian punggungku kembali melengkung ketika Felix mengusapkan kepala intinya di pusatku berkali-kali.

Kedua tanganku bergerak memegang kedua bahunya.

Apakah ini saatnya aku akan merasakan malam pertama kami?

Tbc

jawabannya blm vi, udah lebih 1200 kata wkwkwwk, lanjut chap berikutnya ya, sabar vi 🤣😅
lanjut double up malam ini cusss
hiraukan typo2 yg bertebaran ya nenggg, tante ga edit lagi, ngetik lsg up

17/8/25

don't judge a book by it's coverWhere stories live. Discover now