Prolog

8 3 2
                                        

Matahari mulai naik hingga sepenggalahan meninggalkan gelapnya malam, membawa kehangatan dari setiap pancarannya. Sang langit juga ikut andil didalamnya, memberikan warna biru yang indah dan di temani beberapa awan bak gundukan kapas. Dhuha hari ini tak banyak awan yang menghiasi, sehingga langit biru itu nampak seperti lautan yang perlahan menelan samar-samar bulan.

Seorang gadis nampak sedang menyeka air matanya karena dari semalaman ia menangis. Hari ini adalah hari di mana Anjani akan pulang ke rumahnya dan telah selesai menuntut ilmu di pondok pesantren Al- fajr. Semua barangnya sudah ia kemas dalam koper, ia hanya tinggal menunggu mobil jemputan keluarganya saja.

" Jan, sering-sering main ke sini ya " Kata Zahra teman sekamarnya dengan mata yang berkaca-kaca. Gadis itu tampak paling sedih diantara gadis-gadis lain yang mengantar kepergian Anjani
" Tenang aja Ra,aku bakal sering main ke sini kok " ucap Anjani sambil memeluk Zahra. Dari kejauhan Pak kiyai Munir dan Bu nyai Masitoh berjalan ke arah Anjani. Sontak Anjani dan semua santriwati yang berada disana sedikit menundukkan kepalanya tanda takjim.
" Assalamualaikum " Ucap Kiyai Munir dan umi Masitoh bersamaan.
" Waalaikumsalam pak kiyai, umi"
Jawab semua santriwati.
" Anjani, kalau kamu kangen sama pesantren ini dan teman-teman kamu yang lain, kamu bisa kok kesini. Walau bagaimanapun kita ini adalah keluarga, keluarga besar pesantren Al - Fajr. Umi dan Abi sangat senang sekali kalau kamu sering berkunjung kesini. Ya, kan Abi? " Tutur Umi Masitoh lalu seraya mengelus kepala Anjani.
" Iya, jadi jangan sungkan. Pintu Pesantren ini terbuka lebar buat kamu. Abi cuma mau pesan, jaga prilaku dan tata krama,jaga nama baik kamu, guru-guru dan juga pesantren ini. Amalkan apa yang sudah kamu pelajari di sini. Kalau kamu belum bisa bermanfaat bagi orang lain, maka kamu jangan sampai merepotkan mereka ya, nak. Oh iya satu lagi, Sholat nya jangan lalai ya, apalagi di tinggalkan. "Tambah Kyai Munir. Anjani mengangguk paham.

" Terima kasih banyak pak kyai,umi. Atas semua ilmu yang sudah pak kyai dan umi berikan buat Anjani. Anjani sangat senang bisa menjadi bagian dari keluarga pesantren ini. " Kata Anjani. Air matanya sedikit demi sedikit mulai berjatuhan. Sebenarnya Anjani masih berat untuk meninggalkan pesantren ini, tapi orang tuanya meminta ia untuk membantu usaha warung makan mereka yang sekarang mempunyai cabang baru dan Anjani yang akan memimpin nya.

Tak lama kemudian, sebuah mobil Avanza berwarna putih memasuki areal pesantren dan berhenti di halamannya. Itu adalah mobil jemputan Anjani yang sudah dipesan oleh orang tuanya.
" Kalau begitu Anjani pamit pulang ya. Assalamualaikum" ucap Anjani sambil membawa koper dan beberapa tas kecil.
" Waalaikumsalam, hati-hati nak " ucap kyai Munir sambil tersenyum tipis. Semua teman Anjani membantu membawakan semua barangnya ke mobil termasuk Zahra, gadis itu tampak masih menangis.
" Ra, jangan nangis ah. Aku janji bakalan ke sini lagi kok " ucap Anjani sambil mengelus dada Zahra.
" Janji ya "
" Iya Zahratu sitta "

Merekapun kembali berpelukan dan perlahan Zahra bisa melepas kepergian Anjani. Setelah semua sudah siap, mobil pun mulai bergerak pergi meninggalkan areal pesantren. Di dalam mobil Anjani, terus melambaikan tangannya kepada semua orang yang berada di pesantren sampai perlahan mulai menghilang dari pandangannya.

Вы достигли последней опубликованной части.

⏰ Последнее обновление: Aug 16 ⏰

Добавьте историю в свою библиотеку, чтобы получать уведомления о новых частях!

Langit Dhuha Место, где живут истории. Откройте их для себя