Pukulan Irene udah berhenti sekarang. Tangannya cuma ngegantung di sisi tubuh Seulgi, lemes, gemeter. Air matanya masih ngalir.
Seulgi nunduk, matanya ngeliatin pucuk kepala Irene. Napasnya berat, tapi dia tetep nggak ninggalin tempat itu. Butuh waktu beberapa detik sebelum akhirnya dia buka suara, pelan banget, nyaris kayak bisikan.
"Izinin saya di sini..." lirih Seulgi akhirnya. Suaranya gemetar, seolah berusaha nahan semuanya biar nggak runtuh.
Irene diem beberapa detik. Tapi saat dia buka mulut, nada suaranya tajam.
"Lo masih belum puas, ya?" tanya Irene. Ketawanya keluar, tapi getir banget dan sakit. "Suka, ya, liat fans-fans lo ngerusak hidup gue?"
deg
Lo... gue...
Irene mundurin badannya. Mata Irene udah merah banget, tapi bukan cuma karena nangis. Ada marah, kecewa, dan luka yang nyampur jadi satu.
"Personal branding yang udah gue bangun dari dulu... sekarang hancur," lanjut Irene, suaranya mulai pecah. "Hancur cuma karena gue kenal sama lo, Seulgi!."
Irene makin ngebentak Seulgi.
"Tante..." Seulgi akhirnya buka suara pelan, tapi..
"Apalagi?!" Lagi-lagi Irene ngebentak. "Lo mau apa lagi?!"
Seulgi langsung nunduk. Kata-kata Irene berasa langsung nusuk ke dadanya.
"Maafin saya..." lirihnya akhirnya.
Irene melotot. "Jangan bilang lo udah tau juga, ya? Tentang gue yang dihujat di menfess kampus lo?"
Seulgi masih diem. Tapi matanya... mulai berkaca.
"Ngga bisa jawab? Jadi... iya?" Irene senyum pahit. "Lo diem tuh udah cukup jawab semuanya, Seulgi."
"Shit," gumam Irene lagi. "Lo sama gilanya kayak Karina. Sok sok an diem mau nyembunyiin semuanya?"
Seulgi akhirnya ngangkat kepalanya. Suaranya berat, tapi akhirnya dia bisa bersuara.
"Saya diem bukan karena saya setuju. Saya diem karena saya nggak mau tante terluka sekarang."
Irene ketawa pelan, masih getir. "Dan lo pikir, lo diem itu gak bikin gue lebih luka?"
Hening. Seulgi nggak bisa jawab lagi.
"Lo pengen tau rasanya berdiri di depan ratusan komentar kayak orang-orang itu? Dibilang haus validasi, murahan, pengen terkenal, manfaatin cowok lebih muda?"
Seulgi akhirnya ngeletakkin tangannya di sisi, ngepal kuat.
"Enggak, Irene." Seulgi agak naikin nada bicaranya tapi ga sampe ngebentak Irene. Tapi..
plak!
Irene langsung nampar pipi kirinya Seulgi.
"Tutup mulut lo!" bentak Irene lagi. Suaranya udah mulai gemeter lagi. "Jangan pernah kamu nyebut nama saya lagi."
Lo..
Gue..
Saya..
Kamu..
Irene udah nggak peduli sama itu.
Seulgi langsung matung. Tangannya megangin pipi kirinya yang baru aja ditampar keras sama Irene.
"Pergi, Seulgi," ucap Irene lirih. Tapi kali ini... nggak marah. Dia cuma.. capek.
Seulgi tetep di tempatnya, matanya nggak lepas dari Irene.
YOU ARE READING
sound bites •seulrene [END]
FanfictionSeulgi, si anak band dengan segala ke green flag annya bertemu dengan Irene, si independent woman pemilik restoran terkenal. genben lokal bahasa non baku
XIV. broken
Start from the beginning
![sound bites •seulrene [END]](https://img.wattpad.com/cover/397955617-64-k538902.jpg)