...

Keesokan harinya

Irene hari ini harus nganterin Karina ke kampusnya. Karena katanya Winter nggak bisa buat jemput Karina. Meskipun ini hari Minggu, adeknya Irene ini kayaknya suka banget sama kampusnya, jadi beberapa organisasi dia ikutin, dan hari ini dia harus rapat.

"Karin, nanti pulangnya gue jemput apa gimana?" tanya Irene yang kali ini masih jalan sama Karina. Nggak tahu kenapa, pagi ini Irene pengen jalan-jalan bentar di kampusnya Karina, soalnya hawanya enak katanya.

"Nggak usah Kak, nanti Winter jemput kayaknya," jawab Karina sambil meluk lengen Irene. Nggak lama dari situ, sebuah bayangan, yang Irene nggak asing. Bahkan Karina yang ada di sebelahnya itu langsung agak histeris.

"Ehh, Kak Seulgi," sapa Karina pada Seulgi yang udah berentiin langkah larinya. Iya, cowok itu lagi jogging di kampusnya. Irene yang liat itu pun langsung nunduk dan pura-pura noleh ke arah sekeliling.

"Iyaa," jawab Seulgi seperti biasa, soft spoken, kata Irene.

Seulgi yang ngeliat Irene nggak mau natap dia pun cuma senyum.

"Pagi, tante."

Karina yang denger itupun langsung nutup mulutnya. Dia nahan ketawa. Sedangkan Irene, cewe itu rasanya udah pengen banget jewer telinganya Seulgi lagi.

"Setua itu ya Kak?" si Karina malah negesin sambil ketawa. Ngebuat Seulgi ikut terkekeh pelan.

Jangan tanya Irene, kalo bisa ini bumi mau dibalikin sama dia.

"Karina..." akhirnya Irene buka suara sambil nekenin nama adeknya itu.

Dengan cepat, Karina pun langsung agak ngejauh dari Irene, dan kayaknya dia mau pergi aja biar nggak diamuk sama kakaknya itu.

"Bercanda Kak Irene sayang, gue kumpul dulu yaa," Karina pun langsung ninggalin Irene dan Seulgi yang masih hadep-hadepan di sana.

"Kurang ajar banget, Karin!" teriak Irene akhirnya.

"Nama tante... Irene, ya?" tanya Seulgi. Dia masih setiap natap Irene yang keliatan mulai salah tingkah, dikit.

"Iya," jawab Irene singkat.

Seulgi pun cuma ngangguk, "Saya permisi dulu, tante," dia pun juga langsung ninggalin Irene gitu aja. Irene yang awalnya kesel, kali ini jadi penasaran.

Dia pun balik badan, dan ngeliat Seulgi yang kali ini jalan dan bukan lari lagi. Ke arah parkiran, yang disana juga ada mobilnya Irene.

Irene pun akhir mulai ngelangkahin kakinya agak cepet, bukan nyusul Seulgi sih. Dia cuma pengen tau aja itu cowok mau ngapain.

Pas sampe di parkiran, Irene bisa liat Seulgi ke arah satu motor, yang pas banget parkir di seberang mobilnya Irene.

"Te.. mau pulang?" sapa Seulgi lagi. Dia sama sekali nggak keliatan curiga kenapa Irene tiba-tiba udah ada di sana.

Irene ngehela nafasnya pelan, seakan sudah muak dengan panggilan Seulgi yang ta te ta te itu.

"Saya mohon sama kamu, jangan panggil saya tante.. " lirih Irene yang udah gak ada tenaga lagi buat marah.

Seulgi cuma senyum di sela-sela ia lagi meneguk minumannya.

"Terus saya panggil apa?"

Irene pun keliatan mikir. Dia juga nggak tau mau dipanggil apa. Tapi akhirnya, ia buka suara.

"Emang saya se tua itu, ya?" jawab Irene akhirnya. Ngebuat Seulgi yang masih megang botol minumnya itu pun langsung jalan ke arah Irene.

Seulgi nge geleng. "Nggak, sama sekali. Tapi pas saya manggil tante, rasanya buat saya makin tertarik sama tante."

sound bites •seulrene [END]Where stories live. Discover now