prolog

54 4 0
                                        

Suasana kacau. Teriakan provokasi bercampur histeris membuat lapangan berumput itu terasa sempit. Orang-orang berkerumun membentuk lingkaran, menonton dua lelaki yang saling menjatuhkan dengan brutal.

Theron mendorong tubuh Sylus hingga terhempas ke tanah, lalu naik ke atasnya. Satu tangan mencekik leher Sylus, tangan lainnya menekan mulut dan hidungnya sekaligus. Gerakannya teratur, dingin—seolah ini bukan pertama kalinya ia mencoba membunuh seseorang.

Pupil Theron membesar saat melihat bagaimana wajah Sylus mulai membiru karena kehabisan oksigen. Teriakan histeris kini mulai mendominasi saat Sylus hampir mati di tangan Theron.

Theron tidak peduli.

Namun sudut matanya menangkap sesuatu.
Seseorang.

Di balik kerumunan, ada gadis berseragam navy berdiri tenang, seperti tidak sedang menonton percobaan pembunuhan. Ekspresinya datar, bahkan sedikit bosan. Gagang permen menjulur dari bibirnya. Ia tidak berusaha menolong. Tidak berusaha lari. Tidak juga tampak takut.

Aneh.
Sangat aneh hingga cukup untuk membuat Theron berhenti bernapas sejenak.

Dan itu cukup memberi Sylus kesempatan. Dalam satu hentakan panik, posisi mereka berbalik. Kini Sylus duduk di atas perut Theron dan memukul wajahnya membabi buta.

Namun meski wajahnya dihantam berkali-kali, Tatapan Theron tidak berubah: dingin, fokus… dan tertuju pada gadis itu.

Beberapa orang akhirnya melerai keduanya. Sylus diseret pergi, masih memaki. Kerumunan mulai bubar.

Theron bangkit perlahan. Napasnya berat, darah menetes dari sudut bibir. Tapi langkahnya tetap stabil saat ia mengarahkan diri menuju gadis berseragam itu.

Tatapan gadis itu sinis ke arah Sylus lalu beralih menatap dirinya. Gadis itu menatap Theron tanpa rasa bersalah sedikit pun. Tanpa ragu, ia menarik permen gagang dari mulutnya.

"Kau meremehkanku."

Gadis dengan seragam berwarna navy dan rok abu-abunya itu terlihat kebingungan sembari menunjuk dirinya sendiri.

Gadis dengan seragam berwarna navy dan rok abu-abunya itu terlihat kebingungan sembari menunjuk dirinya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Siapa? Aku?" tanyanya.

Theron maju selangkah mendekati gadis kecil yang tingginya hanya sebatas bahu Theron. "Tidak perlu menyembunyikan karakter aslimu, aku sudah melihatnya."

Gadis itu terkekeh lalu mengeluarkan permen gagang dari mulutnya. Ia menunjuk Sylus yang sedang dibawa menjauh oleh beberapa siswa.

"Aku cuma kecewa kau tidak menyelesaikannya," gumamnya santai. "Kupikir kau lebih cerdas dari itu."

Theron diam, sengaja menunggu kelanjutan kalimat gadis itu.

'Ternyata kau mudah terdistraksi," lanjut gadis itu. "Padahal tinggal satu menit lagi dia pasti mati."

Gadis itu memperhatikan ekspresi Theron yang masih sama sejak berbicara dengannya.

"Kau bahkan belum tahu di mana kau berdiri." Theron masih mempertahankan ekspresi tak berartinya.

Tatapan gadis itu naik ke atas menatap lurus pada pupil Theron. Seketika ekpresinya berubah datar. "Kau payah, seharusnya kau bisa menghabisinya tadi."

Gadis itu menggaruk pelipis dengan jari kelingking sebelum melanjutkan ucapannya. "Yah, tak heran. Kalian  sama-sama hanya mengandalkan otot untuk saling menyerang. Dasar bodoh!"

Ia pergi tanpa menunggu reaksi. Gagang permen kembali masuk ke mulutnya.

Theron berdiri diam, napasnya kembali teratur meski wajahnya masih berdarah. Ada sesuatu di dadanya yang terasa… lain. Bukan marah. Bukan tersinggung.

Theron... tidak tahu bagaimana mendeskripsikannya.

Dan untuk pertama kalinya, Theron merasa ingin membuktikan sesuatu—bukan pada Sylus atau dunia, tapi pada gadis kecil kurang ajar itu.

Ia akan menunjukkan betapa jauh lebih bodohnya gadis itu. Karena mulai detik itu… gadis itu telah menarik perhatian orang yang tidak seharusnya

🔕🔕🔕🔕🔕

BUMI COME BACKK
😗😗😗

Bumi ngga pinter cuap-cuap sebenarnya, jadi kalo ada saran, kritik, dan typo tolong komen yaa readers kuuu...

MARKEDWhere stories live. Discover now