SIMPANAN OM SAGARA | Prolog
•
Plak
Arghh..
"Dasar tidak tahu diuntung! Mendapat peringkat satu saja tidak becus. Apa saja yang kamu lakukan selama ini, hah?" marah seorang pria dewasa pada putri semata wayangnya.
Sedangkan di depannya, kini terduduk gadis cantik berseragam putih abu yang tengah memegangi pipinya yang memerah karena baru saja mendapatkan tamparan dari sang papa.
Namanya Sherina Kalila Sugiono, putri semata wayang dari Ardio Sugiono dan mendiang istrinya Ghiana Dewi. Gadis cantik itu masih duduk di bangku kelas 11 di salah satu sekolah elit yang ada di kotanya. Dan saat ini tengah dimarahi habis-habisan oleh sang papa karena gagal mendapat peringkat pertama di sekolahnya.
"Selama ini Papa sudah membiayai semua kebutuhan kamu. Mencarikan tempat les yang bagus supaya kamu mendapat peringkat satu. Tapi apa sekarang? Lagi-lagi kamu hanya mendapat peringkat dua." Ardio kembali meluapkan amarahnya dengan menuding Sherina dengan telunjuknya.
Jika biasanya gadis itu akan menangis ketika mendapat amukan dari sang papa, kali ini dia memilih untuk diam saja. Namun di balik keterdiamannya, terselip amarah yang sejak dulu dia pendam.
Sang papa selalu menuntutnya untuk mendapat peringkat pertama di sekolahnya. Dia akan selalu marah ketika Sherina tidak mendapat nilai sempurna saat ujian.
Ardio memang pria yang kolot dan ambisius. Sejak Sherina masih sekolah dasar, dia selalu menuntut putrinya untuk menjadi bintang kelas. Dan dia akan dengan bangga menceritakan pencapaian Sherina pada kolega bisnisnya.
"Sebagai hukumannya, mobil dan kartu debit kamu Papa sita selama satu bulan." ujar Ardio dengan tegas.
Sherina yang tadinya diam saja dengan raut wajah datar sontak tercengang. Kenapa sang papa begitu tega melakukan hal itu padanya? Lalu bagaimana nasib dirinya selama satu bulan ke depan?
"Tapi, Pa.." Sherina dengan suara tercekat hanya bisa menelan ucapannya ketika sang papa telah berlalu meninggalkannya.
Gadis itu meremas kedua tangannya dengan ekspresi keruh. Buku-buku jarinya tampak memutih saking kuatnya kepalan tangannya. Sherina benar-benar merasa marah dengan apa yang papanya lakukan.
"Dari dulu, aku selalu nurutin semua perintah Papa. Semua waktuku aku habisin buat belajar dan belajar. Tapi Papa nggak pernah ngehargain kerja keras aku." gumam Sherina dengan rahang mengeras.
Netra coklatnya menatap kepergian Ardio dengan kilat tajam. Wajah datarnya menambah kesan dingin dalam dirinya. Sherina benar-benar telah berada di ambang batasnya. Gadis itu sudah benar-benar muak dengan sikap papanya yang semena-mena.
"Jangan salahin aku kalau kali ini aku membangkang, Pah. Ini semua karena salah Papa sendiri yang tidak nggak ngehargain aku." desis Sherina.
Dengan pipi yang masih memerah bekas tamparan sang papa, Sherina bangkit dari posisinya. Gadis itu lantas berjalan menuju kamarnya. Lalu keluar selang beberapa menit kemudian dengan penampilan yang berbeda.
Dengan pakaian yang cukup terbuka untuk usianya yang masih remaja, Sherina berjalan penuh tekad keluar dari rumahnya. Rambutnya yang tergerai indah, beberapa kali beterbangan tertiup angin hingga menutupi wajah cantiknya.
Sherina dengan cerdik memanfaatkan waktu istirahat satpam rumahnya untuk menyelinap keluar. Gadis itu lantas dengan cepat menyetop taksi yang kebetulan lewat di depan rumahnya.
"Hotel Belmond, Pak." ujar gadis itu tanpa ragu. Netranya begitu fokus menatap layar ponselnya. Sepertinya Sherina tengah berbalas pesan dengan seseorang.
Setengah jam kemudian, Sherina akhirnya sampai di tempat tujuan. Dengan penuh percaya diri gadis itu berhenti di depan meja resepsionis. Lalu menyebutkan nama seseorang yang telah memesan salah satu kamar di hotel tersebut.
Langkah jenjang Sherina membawa dirinya ke depan pintu kamar bernomor 203. Setelah mengetuknya dua kali, gadis itu lantas tanpa ragu masuk ke dalam kamar tersebut.
"Om Sagara.." panggil Sherina dengan suara mendayu.
Gadis itu melangkah dengan tenang menuju seorang pria matang yang tengah duduk di atas sofa. Jantungnya berdegup kencang saat iris coklatnya bersitatap dengan netra jelaga milik pria tersebut.
"Sherina.." suara itu terdengar berat namun seksi.
Sherina mengulum senyum gugup sembari menyelipkan helaian rambutnya ke balik telinga dengan gerakan anggun. Langkahnya berubah pelan saat jarak di antara dirinya dengan pria yang dipanggil Sagara itu kian terkikis.
"Apa tawaran waktu itu masih berlaku, Om?" tanya Sherina sembari meremas ujung dress pendek yang dia kenakan.
Pria matang bernama Erliano Sagara itu menaikkan sebelah alisnya. Ujung bibirnya tertarik, membentuk senyuman miring yang semakin menambah ketampanannya.
"Kamu berubah pikiran?" bukannya menjawab pertanyaan Sherina, pria itu justru balik bertanya.
Sherina mengangguk kecil dengan jantung yang masih bertalu kencang. Apa yang dia lakukan saat ini benar-benar keputusan yang tidak pernah terlintas di pikirannya. Namun karena Sherina merasa sudah muak dengan tuntutan papanya, dia akhirnya nekat melakukan semua ini. Memutuskan suatu kesepakatan yang nanti akan mengubah hidupnya 180 derajat.
"Iya, Om. Sherina setuju jadi simpanan Om Sagara." balas Sherina dengan tekad bulat.
Sagara tampak tersenyum lebar mendengar jawaban Sherina. Pria matang itu kemudian meminta Sherina untuk mendekat. Lalu menarik tubuh gadis itu dengan mudah hingga jatuh ke atas pangkuannya.
"Pilihan yang tepat, Sherina. Tapi ingat, sekali kamu memutuskan, saya tidak akan melepaskan kamu sampai kapanpun." ujar Sagara dengan suara tenang namun mengancam. Lalu menarik dagu Sherina untuk dia kecup bibirnya.
•
•
Tbc.
____________
Halo semuanyaaa..
Long time no see gaiss!!
Gimana nih kabar kalian semuanya??
Maaf yahh Valerie udah lama banget nggak upload cerita baru huhu..
Tapi nggak papa gais, hari ini Valerie mau mulai aktif lagi nih upload cerita baru di sini
Doain yahh semoga Valerie makin rajin makin banyak ide²nyaaa
Semoga suka sama cerita barunya ya gaiss
Kalo ada yang kurang sreg boleh banget komen atau kasih saran yaaaa..
See you..
Salam
Valerie💕
YOU ARE READING
Simpanan Om Sagara
RomanceSherina selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk papanya. Giat belajar dan mengikuti banyak les tambahan agar selalu mendapat peringkat pertama di kelasnya. Tapi semua yang Sherina lakukan nyatanya masih belum cukup di mata Ardhio, papanya. Awalny...
