8 ; The Source of Happiness

Start from the beginning
                                        

"Aku cukup tau diri."
Suaranya pelan, terdengar ringkih dan hampir pecah. Jawaban paling masuk akal.





Kini gantian Jaeyi yang memicing. Sudut bibirnya perlahan turun, menjadi datar. Dia membuang nafasnya kuat.

"Mengecewakan."
"Aku berharap lebih."
"Aku ingin mendengar jawaban lain."
"Ku kira dengan memilihku kamu menaruh harapan. Seperti kamu yang merasa bahwa mungkin dengan aku, kamu akan lebih aman?"
"Atau, kamu merasa aku akan lebih bisa menjamin hidupmu kedepan?"

Jaeyi mendengus.
"Padahal kalau kamu mengucapkan alasanmu seperti itu.. aku tidak akan ragu-ragu untuk mewujudkan."

Seulgi menelan ludahnya susah payah. Jantungnya berdetak kencang. Mendengar setiap ucapan yang keluar dari bibir Jaeyi membuat Seulgi bergetar. Semua itu disebabkan karena, sedikit banyak, Seulgi sempat memikirkannya, sempat memikirkan hal yang sama seperti yang Jaeyi katakan. Sebab sebelum mengambil keputusan untuk kembali ke parkiran pusat perbelanjaan pagi kemarin, Seulgi memang sempat memikirkan itu sebagai pertimbangan.

Yoo Jaeyi, tepat sasaran.






"Mandi lah.."
"I want to take you out." Ucap Jaeyi seolah percakapan sebelumnya adalah topik yang ringan.

Seulgi mulai berani menoleh, pelan-pelan.
"Kapan kita pulang ke Seoul?"

Jaeyi menyeringai kembali,
"Aku suka bagaimana kamu menyebut 'kita' dan 'Pulang'. Benar-benar menyenangkan untuk didengar."

"Aku mengambil cuti untuk seminggu ke depan. Tapi kalau kamu sungguh ingin 'pulang'. Aku akan mempercepatnya menjadi lusa?"
"Hari ini dan besok.. ayo habiskan waktu bersama."

Jaeyi seenaknya dengan caranya sendiri. Itu lah bagaimana Seulgi menilainya sekarang.

"Cepat mandi."





......






Setelah keduanya mandi dan bersiap-siap, mereka langsung menghabiskan sarapan dengan tenang di kamar, room service.

Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil Jaeyi, meninggalkan parkiran hotel untuk pergi keluar. Strolling around, kata Jaeyi.

"Ini LA.. kamu sudah 3 tahun disini, benar? Setidaknya itu yang ku tau dari ayahmu."

Jaeyi berucap sambil berfokus pada jalanan. Kaca mata hitam bertengger di hidungnya. Jaeyi mengendarai mobil nya dengan penuh gaya.

"Beritau aku dimana kamu biasa bersenang-senang." Lanjutnya.

Seulgi tertegun. Dia menggenggam erat sabuk pengaman yang melingkar di bagunya. Harusnya itu adakah pertanyaan sederhana untuk bisa Seulgi jawab. Tapi dia...

"Aku tidak tau." Jawab Seulgi singkat.

Mulanya Jaeyi kira itu adalah bentuk ketidakperduliannya.
"aku selalu pergi bekerja, lalu pulang ke rumah. Terus begitu selama 3 tahun belakangan."

Hening. Jawaban itu kemudian diikuti dengan keheningan. Jaeyi meremat setir nya kuat, sebelum akhirnya tangan kanannya meraih tangan kanan Seulgi.

Gadis ini..jadi pada dasarnya, dia .. tidak tau caranya bersenang-senang, bahkan dengan hal-hal sederhana sekalipun.

"Aku akan mengajarimu."
"Aku akan memberitahumu kalau ada begitu banyak cara untuk bersenang-senang."





Chained - JaeSeulgi (M)Where stories live. Discover now