Dunia Sebelum Aetheria
📖 📖 📖
Safira Amara Lestari bukan siapa-siapa. Dia bukan gadis paling cantik di kampusnya. Bukan pula mahasiswa yang paling bersinar atau paling dikenal. Dia hanyalah seorang mahasiswi Sistem Informasi semester akhir, anak pertama dari tiga bersaudara, yang hidup dalam keluarga berkecukupan dan sederhana.
Safira pendiam. Bukan karena sombong, tapi memang dia terlalu sulit untuk membuka obrolan terlebih dahulu.
Jika tak disapa, ia akan tetap diam. Tapi jika kau berhasil membuatnya merasa nyaman ia bisa berubah menjadi seseorang yang cerewet dan hangat, penuh cerita dan tawa kecil yang jujur.
Namun, tidak banyak yang berhasil masuk ke lingkaran kecil itu.
Ia dikenal sebagai gadis yang santai. Terlalu santai, kata beberapa temannya. Tidak pernah terlihat marah, tidak pernah mengomel, bahkan ketika tugas kelompoknya berantakan.
Namun, mereka tidak tahu. Bahwa di balik ekspresi datarnya, Safira adalah seorang pemikir. Ia hanya menyimpan semuanya dalam kepala.
Mengulang-ulang kejadian dalam pikirannya saat malam tiba, bertanya-tanya apakah ia telah cukup baik, apakah semua akan berjalan sebagaimana mestinya.
Hari itu seharusnya jadi hari yang bahagia. Setelah berminggu-minggu bimbingan, revisi, dan begadang sampai dini hari, skripsinya akhirnya di-ACC.
Dia tersenyum saat berjalan keluar dari ruang dosen, menatap langit biru yang cerah, seolah semesta ikut merayakan keberhasilannya. Ia sempat berpikir akan membelikan donat untuk adik-adiknya di rumah sebagai perayaan kecil. Ia bahkan sempat membayangkan duduk di ruang tamu, dikelilingi keluarganya sambil tertawa, merasa lega karena akhirnya semua usahanya tidak sia-sia. Namun, takdir berkata lain.
Di sebuah perempatan kota yang sibuk, sebuah mobil hitam melaju kencang, menerobos lampu merah. Ada suara rem, suara jeritan, suara logam bertubrukan. Tubuhnya terpental beberapa meter dari motor matic kesayangannya. Dunia menjadi gelap bahkan sebelum rasa sakit sempat menyapa sepenuhnya.
Dari sekian korban dalam kecelakaan itu, hanya satu yang tidak sempat diselamatkan, Safira Amara Lestari.
Dia meninggal di tempat, dengan senyum yang belum sempat pudar sepenuhnya dari wajahnya. Atau mungkin, itu bukanlah akhir dari cerita Safira.
Karena saat ia membuka matanya kembali, yang ia lihat bukanlah rumah sakit, bukan jalan kota, dan bukan dunia yang dikenalnya, melainkan langit ungu keperakan dan dinding-dinding megah berukir,
Suara pelayan-pelayan bangsawan yang memanggilnya dengan nama asing, dan sebuah tubuh yang bukan miliknya.
“Nona Elowen Mireya Faerindel, Anda sudah bangun?”
ESTÁS LEYENDO
Aetheria The Hidden Flame
FantasíaSafira Amara Lestari bukan siapa-siapa. Bukan gadis tercantik, bukan mahasiswi paling populer. Ia hanya seorang mahasiswi Sistem Informasi yang pendiam dan terlalu santai, tapi penuh pikiran dan perasaan yang tak pernah diucap. Hari itu seharusnya m...
