6 ; The Questions

Start from the beginning
                                        

"Empat puluh delapan..."




Seulgi menatap tajam pada Jaeyi. Wanita itu. Bukankah dia bilang akan menutup matanya tadi?



"Itu dia, Seulgi..."

"Tatapan tajam itu yang membuatmu menjadi lebih menarik." Ujar Jaeyi sambil menyeringai.


"Kalau kau ingin marah, marah saja."
"Kamu tidak perlu menahan diri dan pasrah. Aku lebih suka melihatmu yang seperti ini." Lanjutnya.

Seulgi mendengus. Baru pertama kalinya Seulgi bertemu dengan seseorang seperti Jaeyi. Apa dia harus mulai membiasakan diri?

Jaeyi bangun dari tempat duduknya, lalu berjalan mendekat pada Seulgi. Dia tersenyum. Seulgi rasa Jaeyi menyukai ini, menyukai saat dimana dia membantu Seulgi merapikan rambutnya, membantu Seulgi menyampirkan rambut di belakang telinganya. Seulgi tidak tau, tapi gesture ini, membuat kakinya lemas beberapa kali. Seperti Jaeyi sedang mendominasinya.

"Ayo makan." Jaeyi berbisik di depan wajahnya.


Wanita itu kemudian menuntun Seulgi menuju sofa yang ada di ruangan. Di depannya sudah tersaji banyak sekali makanan.

"Aku tidak tau makanan apa yang kau suka, jadi aku memesan banyak. Pilih saja." Ucap Jaeyi.

Seulgi bukan orang yang pilih-pilih makanan. Dulu mungkin ini adalah hal remeh, tapi sejak kabur dan tinggal sendirian, Seulgi tau bagaimana sulitnya mencari makan.

Tapi kalau boleh memilih. Sebuah steak daging setengah matang di ujung meja, terlihat menggiurkan.

Jaeyi tersenyum saat melihat Seulgi menjatuhkan pandangannya ke sebuah hidangan. Wanita itu mengangkat piring yang sejak tadi Seulgi tatap, lalu menaruhnya tepat di hadapan Seulgi. Hal itu membuat Seulgi menyadari sesuatu. Sudah beberapa kali Jaeyi melakukannya.

Jaeyi bisa membaca pikirannya. Jaeyi ternyata bisa mengerti dirinya tanpa Seulgi harus berbicara.


Sesuatu yang tidak pernah Seulgi temukan di orang lain sebelumnya.



Jaeyi mengiris daging di piring itu menjadi potongan yang lebih kecil, lalu kembali mendorong piringnya lebih dekat pada Seulgi.

"Makan.." ucap Jaeyi lembut sambil tersenyum padanya.

Aku bisa lakukan itu sendiri. Batin Seulgi.


Pelan-pelan Seulgi meraih peralatan makan. Garpu di tangan kiri dan pisau di tangan kanan. Dia tidak menolak, tidak keberatan menerima daging yang sudah Jaeyi potongkan untuknya. Seulgi memutuskan untuk menyuap makanan karena perutnya memang sedang lapar.

Enak. Seulgi mengunyah dagingnya perlahan.

Jaeyi tidak kuasa. Dia tidak bisa menahan senyumnya. Tangannya terulur, mengambil rambut Seulgi yang jatuh ke bahunya untuk disampirkan ke belakang, tidak mau rambut Seulgi mengganggu acara makan nya.

Wanita itu merogoh tas nya yang tergeletak di ujung sofa. Jaeyi mengeluarkan sebuah karet rambut dari dalam sana. Jaeyi bangun dari duduknya, lalu bergerak ke belakang Seulgi dan membantunya mengikat rambut.

Chained - JaeSeulgi (M)Where stories live. Discover now