Prolog

13.9K 595 27
                                    

Boom! Ledakan besar terjadi di tengah hutan. Kepulan asap dari hasil ledakan itu membuat suasana di sekitarnya tertutupi asap.

Di antara kepulan asap itu terlihat dua orang yang saling berdiri berhadapan. Salah seorang dari kedua orang itu adalah gadis kecil dan salah seorangnya lagi adalah laki-laki yang memakai jubah hitam.

Gadis kecil itu terlihat kelelahan, nafasnya sudah tak beraturan lagi. Pakaiannya sudah sobek di sana-sini. Beberapa luka kecil juga terdapat pada tubuhnya. Kondisi gadis kecil itu berbanding terbalik dengan laki-laki berjubah yang masih berdiri dengan angkuhnya.

"Bagaimana? Apa kau sudah menyerah?"

Laki-laki berjubah itu bertanya dengan nada mengejeknya. Sementara gadis kecil itu hanya menatapnya dengan tajam.

"Tidak perlu menatapku seperti itu... menyerahlah dan aku akan mengampunimu."

"Grrr..."

Gadis kecil itu begitu geram dengan laki-laki berjubah yang merendahkan dirinya. Dia menggertakkan giginya karena menahan kemarahannya.

"Apa kau mulai marah, penyihir?"

"Diamlah brengsek!"

Gadis kecil itu melesat ke arah laki-laki berjubah. Dia megarahkan tinjunya ke arah wajah laki-laki berjubah.

Tapi serangan itu dapat di antisipasi oleh laki-laki berjubah itu. Dia menangkap tinju dari gadis kecil itu lalu membanting tubuh gadis kecil itu ke tanah.

"Haha... apa hanya seperti ini saja kemampuanmu? Kau yang disebut-sebut sebagai penyihir terkuat tidak dapat berbuat apa-apa di hadapanku."

Laki-laki berjubah itu menampilkan wajah mengejeknya. Dia tertawa terbahak-bahak setelah melihat gadis kecil yang disebut sebagai penyihir terkuat itu tak berkutik di hadapannya.

"Jangan meremehkanku...!"

Gadis kecil itu kembali berdiri disertai dengan cahaya terang yang bersinar dari bawah kakinya. Matanya mulai terpejam dan dia terlihat seperti sedang berkonsentrasi.

Angin berhembus kencang di sekitar gadis kecil itu. Gumpalan-gumpalan awan hitam mulai berkumpul di atas langit. Beberapa kilatan kecil mulai menyambar ke sekitarnya.

"Kelihatannya kau sudah mulai serius."

Gadis kecil itu tidak menghiraukan kata-kata laki-laki berjubah itu. Dia hanya mengabaikannya saja dan tetap berkonsentrasi.

Laki-laki berjubah itu mengangkat tangan kirinya. Cahaya terang bersinar dari tangan kirinya. Senyum mulai menghiasi wajah laki-laki berjubah itu.

"Haha... sebaiknya kita akhiri permainan kecil ini sekarang."

Cahaya dari tangan kiri laki-laki berjubah itu semakin bersinar terang.

"GHOOORRR...!!"

Raungan keras terdengar setelah cahaya dari tangan kiri laki-laki itu meredup. Siluet monster besar terlihat berdiri di belakang laki-laki itu.

"Haha... matilah kau penyihir!"

Mata gadis itu mulai terbuka secara perlahan. Tatapannya begitu tajam ke arah laki-laki berjubah itu.

"Aku tidak akan mati semudah itu!"

Petir mulai menyambar ke segala arah. Angin bertiup semakin kencang.

Kedua orang itu saling melesat ke atas langit.

Boom! Ledakan besar terjadi di atas langit. Tapi kini skala ledakanya lebih besar dibandingkan dengan ledakan sebelumnya.

Boom! Disertai dengan beberapa ledakan lainnya pertarungan masih terus berlanjut hingga salah satu di antara mereka mati.

Monster TamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang