and you call me up again just to break me like a promise
so casually cruel in the name of being honest
I'm a crumpled-up piece of paper lying here
‧₊˚♪ 𝄞₊˚⊹
Author letter's:
Dear readers, selamat membaca cerita "Eclipsed". Aku merekomendasikan kalian membaca part ini sembari mendengarkan lagu di atas. Selesai membaca, jangan lupa vote sebagai bentuk apresiasi. Hope you like it 🤗
with luv, A ♡
♡♡
Satu bulan sebelum liburan semester ganjil.
Selama tujuh hari berturut-turut, Ayyara mencoba menenangkan dirinya sendiri. Meyakinkan hatinya bahwa mungkin Radeva hanya lelah atau sibuk atau mungkin sedang ada masalah keluarga. Ayyara mencari-cari alasan yang bisa membenarkan sikap dingin Radeva yang tiba tiba ini. Seperti chat yang mulai jarang, sapaan yang terasa canggung, dan tatapan yang sudah tak lagi hangat bahkan saat Radeva tiba tiba memblokir semua nomor Ayyara beberapa hari lalu tanpa alasan jelas lalu membukanya kembali seolah tidak terjadi apapun.
Tapi semuanya hanya membuat Ayyara makin gelisah.
Radeva berubah. Begitu cepat. Begitu aneh.
Dan yang lebih menyakitkan, Ayyara tidak tahu kenapa. Selalu seperti itu, Ayyara seolah tak pernah diizinkan untuk mendengar penjelasan Radeva.
Hari itu sebelum akhir pekan, sepulang sekolah, Sagara akhirnya mengajak Ayyara bicara. Di kelasnya sendiri, yang sudah sepi dan kosong. Matahari sore menyelinap lewat jendela, memantulkan siluet Ayyara yang tengah menunggu kehadiran Radeva.
"Ra," panggil Radeva dari ambang pintu.
Ayyara menoleh. Jantungnya berdebar kencang, seperti tahu ini bukan sekadar percakapan biasa.
"Hai, Dev!" gumam Ayyara, berusaha terdengar biasa. "Akhir-akhir ini kamu sibuk ya kayanya? Kenapa ngga aku aja sih yang nyamperin ke kelas kamu? Kalau kamu masih sibuk atau ada urusan aku masih bisa nunggu kok."
Radeva tidak menjawab. Ia hanya masuk, duduk di bangku depan Ayyara, dan menunduk lama. Terlalu lama.
"Ra, aku pikir kita cukup sampai sini aja ya," ucap Radeva datar.
Ayyara mengerutkan kening, menatap Radeva tak percaya. "Hah? Apa yang sampai disini? Maksud kamu apa?"
Radeva menghela napas berat. "Aku udah mikir. Kita nggak bisa kayak gini terus. Aku nggak mau kamu makin sakit nantinya."
Ayyara menggeleng, napasnya pendek. "Tapi kita baik-baik aja, Dev... Aku salah apa? Kamu bisa bilang kok, aku dengerin..."
"Engga, Ra!" jawab Radeva cepat. "Nggak gitu Ra. Kamu nggak salah apa-apa."
"Kalau aku nggak salah, kenapa? Kenapa kamu ninggalin aku, tiba-tiba?" suaranya pecah. "Aku harus tahu, Deva. Aku berhak tahu, kan?"
Radeva diam.
Ayyara mendekat sedikit ke arah sang kekasih, suaranya menurun. "Apa aku terlalu bergantung sama kamu? Apa aku manja? Apa aku selalu minta penjelasan di saat kamu ngilang tiba-tiba? pilih. Kamu bisa bilang. Aku bisa berubah."
"Bukan itu, Ra..." Radeva menarik napas dalam. "Kita masih bisa kok jadi teman baik."
"Teman?" Ayyara menatapnya, kecewa. "Kamu sadar nggak sih keputusan kamu tuh tiba-tiba dan alasan kamu sama sekali nggak menjawab pertanyaan aku?"
Radeva mengalihkan pandangannya. Seolah tak sanggup menatap mata indah Ayyara yang mulai berkaca-kaca.
"Aku nggak mau kamu makin sakit setiap harinya," katanya pelan. "Ini yang terbaik."
"For who? For me, or for you?" suara Ayyara nyaris tak terdengar. "This is not the best for us! Nggak gini caranya, Dev!"
Radeva tidak menjawab.
Dan sebelum Ayyara sempat mengeluarkan air mata pertamanya, Radeva sudah berdiri. "Thank you, Ra! Don't cry." Ujar Radeva lalu pergi begitu saja.
Tanpa penjelasan atau bahkan sebuah "pamit" yang layak. Radeva meninggalkan Ayyara yang mulai menangis terisak dengan berbagai macam pertanyaan dipikirannya tanpa jawaban atau bahkan penjelasan.
Sejak hari itu, Ayyara tak berhenti bertanya-tanya dan menebak-nebak mengapa Radeva meninggalkannya tanpa memberi Ayyara ruang untuk menjelaskan atau bahkan mengutarakan perasaannya dari sudut pandang Ayyara.
Jawaban yang tak pernah datang itu membekas. Seperti luka yang tak terlihat, namun terus meninggalkan rasa sakit.
Dan sejak hari itu, Ayyara tak lagi benar-benar percaya bahwa seseorang akan selalu jadi tempat pulang. Tak ada tempat pulang yang lebih baik untuk Ayyara selain dirinya sendiri.
Sejak hari itu juga Ayyara berpikir satu hal baru bahwa dirinya tidak cukup atau mungkin tidak akan pernah cukup.
to be continue
♡♡
Author letter's:
Dear readers, terima kasih telah membaca cerita "Eclipsed". Jangan lupa vote sebagai bentuk apresiasi dan comment jika ada saran untuk author. Nantikan kelanjutan "Eclipsed" di part selanjutnya ya.
with luv, A ♡
BINABASA MO ANG
ECLIPSED
Teen FictionAyyara hanya ingin semua masalahnya menghilang, bukan hidupnya. Tapi kejadian di tepi jembatan mengubah segalanya. Sebuah kecelakaan membuat Ayyara terbangun di tempat asing. Ayyara tidak ingat apapun, bahkan ia saja lupa dengan identitas dirinya se...
