Brak!
Prang!
"Dasar brengsek!"
"Diam jalang!"
Prakk~ Duk!
Ruka menelan ludah, tangannya pada gagang pintu kembali terlepas. langkahnya juga memilih kembali mundur ketika dia baru saja akan masuk ke dalam rumah, yang ternyata di dalam sana tengah terjadi keributan antara orangtuanya.
Tak ingin dan tak berminat terlibat dalam kekacauan orang dewasa, gadis pemilik mata sipit itu memilih pergi ke arah lain, dia akan menuju kamarnya lewat pintu belakang saja seolah menghindari medan perang.
Rasa lelahnya bahkan belum hilang, tapi kini malah di hadapkan dengan pertengkaran ayah dan ibunya yang cukup membuat Ruka tertekan. Padahal dia hanya ingin merasa tenang barang sehari pun tanpa adanya cekcok tidak berguna seperti itu, tapi sepertinya tidak akan terkabul, karena entah sampai kapan dua orang dewasa itu akan terus beradu argumen atau pun bertengkar setiap kali bertemu.
Dia lebih memilih memiliki kehidupan sederhana tapi dengan rumah yang hangat dan nyaman karena rasanya mungkin akan tentram. Jika saat ini, meskipun rumahnya begitu luas dan megah, jika di dalamnya menyeramkan, lebih terasa seperti di neraka.
Brugh~
Sesampainya di dalam kamar, Ruka segera mengunci pintu. Kakinya dengan cepat melangkah menuju ranjang favoritnya. Untuk ke kamar mandi sekedar mencuci wajah pun dia sudah tidak ada tenaga, dia ingin tidur saja.
"Fyuh~ ... Capeknya hari ini... "
Dalam posisi berbaring, perlahan-lahan kedua matanya terasa memberat, hingga pada akhirnya gadis itu terbuai ke alam mimpi.
Bermimpi adalah satu-satunya tempat pulang Ruka yang tak akan membuatnya lelah.
Klek~
Dan di lain tempat, gadis berambut hitam panjang tergerai indah nampak baru selesai berdandan.
Gadis itu tersenyum tipis saat keluar dari kamarnya dan hanya bisa pasrah ketika Sang Ibu mulai memutari tubuhnya, menilai penampilan dan pakaian yang ia kenakan saat ini.
"Cocok, cantik... " komentar wanita ber-dress putih tulang tersebut tampak puas.
Pharita menghela nafas pelan, masih mempertahankan senyuman tipisnya.
"... nanti jangan sampai malu-maluin di depan Client Mami Papi ya, mereka orang penting." lanjutnya di iringi tatapan intens pada sang putri.
"Hmm." Pharita mengangguk kecil, faham dengan apa yang di maksud, lalu ia mulai mengikuti langkah ibunya yang menuju keluar rumah.
Dua maid terlihat membungkuk sopan setelah membukakan pintu untuk mereka berdua, Pharita sedikit menganggukkan kepala pada dua wanita dengan seragam hitam putih itu.
Di depan, di samping mobil mewah berwarna putih ada ayahnya yang terlihat sibuk bicara lewat sambungan telepon entah dengan siapa, dan setelah menyadari kehadiran mereka, pria dengan jas putih itu mengakhiri pembicaraan lalu segera menampilkan senyuman pada istri dan anaknya.
Tak lupa pria itu juga melayangkan pujian untuk kedua wanitanya yang memang terlihat luar biasa malam ini.
"Istriku cantik sekali... "
"Terimakasih suamiku."
"Putriku juga, astaga... Sangat menawan sayang."
Biasanya Pharita akan sangat tersanjung dan senang sekali ketika Ayahnya puji, namun kali ini dia malah merasa sesak, teringat perkataan Minji yang mengatakan orangtuanya telah menghancurkan keluarga gadis itu.
YOU ARE READING
ALL OF THEIRS
Teen FictionMenceritakan tentang sebuah ikatan persahabatan yang di isi oleh para gadis-gadis istimewa. Mereka dipertemukan oleh takdir yang ingin semuanya bisa saling menguatkan satu sama lain agar tidak ada yang menyerah. Kehidupan mereka hanya indah kelihata...
