Di tengah reruntuhan perang, Kaisar Hunter Thorne Valerian, penguasa berdarah dingin dari Kekaisaran Virellia, menjatuhkan vonis mati kepada semua bangsawan pemberontak-kecuali satu: Princessa Veyra Aldebrant, putri satu-satunya dari Duke Aldebrant...
Langit berwarna darah ketika Princessa Veyra Aldebrant terakhir kali melihat ayahnya.
Ia berdiri di atas menara Kastil Aerwin, mengenakan gaun robek yang dulunya berwarna perak kebanggaan klannya—kini ternoda debu, darah, dan air mata. Di bawah sana, pasukan Kekaisaran Virellia menghantam pintu utama, menyeret satu per satu para bangsawan ke halaman. Termasuk sang Duke. Termasuk keluarganya. Termasuk dirinya.
Tapi dia tidak mati seperti yang lain.
“Yang ini,” suara itu terdengar dari balik helm perak dan jubah hitam. Dingin. Pasti. Menghakimi. “Bawa ke istana. Hidup.”
Mereka memanggilnya Kaisar Bayangan. The Sovereign of Silence. Tapi di balik gelar agung dan jubah kebesaran itu, matanya menatap Cessa seperti serigala yang akhirnya mendapatkan mangsanya.
Hunter Thorne Valerian.
Ia tidak tersenyum. Ia tidak menyentuh. Tapi Cessa merasa tubuhnya terbakar saat pria itu menunduk dan membisikkan kalimat pertamanya:
“Kamu tak akan mati di sini, Princessa Veyra. Kamu akan hidup. Untukku.”
Malam itu, Cessa dibawa jauh dari tanah kelahirannya. Dari kehormatan, dari kebebasan.
Ia bukan lagi putri seorang Duke. Ia adalah milik sang kaisar.
Dan malam-malam mendatang… bukan hanya akan mengikat tubuhnya. Tapi juga hatinya. Perlahan. Menyesakkan. Memabukkan.
---
“Kau boleh membenciku, Cessa... Tapi kau akan tetap memanggil namaku saat kutarik napasmu satu per satu.”
---
• visualisasi karakter •
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hunter Thorne Valerian
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.