“Ini bagus! Bakalan aku ketik kok hasil kerja kamu, thanks ya Teo.” Putih pun segera membuka laptopnya dan siap untuk mengerjakan bagiannya.
“Karena ini udah malem, gua balik ya.. lo gapapa kan ngerjain sisanya sendiri?” tanya Teo memastikan.
Namun belum sempat Putih menjawab, sudah ada suara klakson dari dua mobil sekaligus didepan rumah yang mana suaranya terdengar sampai dalam rumah. Tak lama setelah itu, Bi Yuli pun bergegas menuju ruang tamu untuk membukakan pintu. Setelah pintu terbuka, ternyata yang pulang kerumah adalah Tomo, Sadira, dan Lana. Teo memperhatikan mereka semua, dan Teo bisa menebak kalau itu pasti keluarganya Putih. Mereka bertiga pun berjalan memasuki rumah.
“Kami pulang!” seru mereka yang mana itu langsung mengalihkan pandangan Putih.
Putih yang tadinya fokus pada pekerjaannya, lantas segera teralihkan ke keluarganya yang sudah pulang. Putih pun menutup laptopnya dan menghampiri mereka, Putih bersalaman dan menyambut ketiganya. Bahkan Putih pun dicium oleh Sadira.
“Bunda, Ayah, Kak Lana kenapa hari ini tumben pulangnya telat banget? Terutama Kak Lana. Gak biasanya.” celoteh Putih protes karena dia ditinggalkan dirumah sampai cukup larut begini oleh keluarganya.
“Dosen pembimbing Kakak ribet banget Dek hari ini. Semuanya direvisi hasil kerja Kakak, pusing!” keluh Lana sepertinya sudah muak sekali dengan perkara kuliahnya itu.
“Kalau Bunda hari ini lagi ramai banget pengunjung, mau cepet di tutup juga sayang.” jelas Sadira yang langsung ikut Bi Yuli menata meja makan dan siap-siap untuk makan malam mereka pada hari ini.
Sementara itu Tomo sudah lebih dulu langsung menuju kamarnya untuk bersih-bersih, ayahnya itu paling tidak bisa kalau habis dari luar rumah harus mengurus hal lain yang ada di rumah, Tomo pasti akan langsung menuju kamarnya untuk mandi dan bersih-bersih, baru dia pikirkan urusannya yang kemungkinan ada dirumah setelah dia bekerja.
Dan keberadaan Teo disini sudah seperti nyamuk, dia hanya diam saja dan menyimak keluarga tersebut berbincang. Dia memperhatikan Putih yang sangat akrab dengan keluarganya, sepertinya keluarga Putih ini adalah keluarga yang cemara. Bahkan Putih juga terlihat seperti anak kesayangan kedua orangtuanya, tapi tetap orangtua Putih tidak pernah membeda-bedakan antara Putih dan Lana.
“Eh! Siapa tuh?” orang pertama yang sadar akan keberadaan orang asing di rumah ini adalah Lana. Dia bahkan terang-terangan menunjuk Teo yang terciduk sudah seperti maling saja disini.
“Itu temen sekelas aku, Kak. Lagi ada tugas kelompok. Tapi udah selesai kok, dan dia mau pulang. Iyakan Teo? Kamu bisa pulang kok, sisanya biar aku aja yang ngerjain.” kata Putih yang langsung di-iyakan oleh Teo. Lah iya juga ya? Teo tadi kan sudah mau berpamitan, kenapa jadi tertunda hanya karena memperhatikan keluarga Putih?
“Adek masa kayak gitu sih, temennya disuruh pulang.” Sadira menegur Putih yang kurang sopan karena terkesan seperti mengusir Teo. Sadira pun menghampiri Teo yang sudah siap berpamitan pulang, tapi Sadira malah melepaskan tas Teo dari gendongan cowok itu. Teo pun bersalaman kepada Sadira. “Kamu makan malam dulu ya disini, soalnya udah siap juga makan malamnya. Jangan langsung pulang.” Sadira menawarkan.
“Gak usah repot-repot, Tante. Saya mau langsung pulang aja soalnya udah malem gini.” tolak Teo secara halus.
“Justru itu karena udah malem gini, kamu pasti ngerjain tugas dari pulang sekolah kan?” Sadira melirik meja yang memang dijadikan tempat mengerjakan tugas oleh Teo dan Putih, ada dua gelas yang berisi minuman namun salah satunya sudah kosong, dan ada bekas cemilan juga. “Kalian berdua juga cuma makan cemilan tadi sore, ayok makan dulu! Tante bakalan seneng banget kalau Teo mau makan malam sama kami malem ini.”
Karena dipaksa secara terus-menerus, Teo pun tidak bisa menolak ajakan Sadira. Akhirnya dia hanya bisa pasrah mengiyakan saja.
Bang Johan
Bang hari ini gua gak bisa dateng dulu ya..
Ada kerja kelompok sampai malem soalnya, sorry, Bang.
Besok gua datengnya.
Setelah mengirimkan pesan tersebut, Teo pun bergabung dengan Putih dan keluarganya untuk makan malam. Dia duduk tepat di samping Putih, disitu ada keluarga Putih yang terasa lengkap dan hangat. Teo sekilas langsung terpikirkan dengan keluarganya, kira-kira terakhir dia bisa makan malam bersama keluarganya ini adalah ketika Teo masih kecil, sebelum ada sesuatu yang menimpa keluarganya.
“Jadi kamu temen satu kelasnya Putih ya?” tanya Tomo membuka topik pembicaraan. Teo mengangguk dan tersenyum dengan sopan. “Kayaknya kamu cukup pendiam ya, tapi sopan.” puji Tomo terkesan dengan Teo. Yang mana membuat Putih langsung memutar bola matanya malas.
“Sopan apaan!” sarkas Putih.
“Kenapa emang?” tanya Tomo bingung. Namun Putih juga tidak bisa menjelaskan detailnya kepada Tomo, karena pasti Tomo akan hilang respect pada Teo. Dan Putih tidak mau kedua orangtuanya jadi tidak suka dengan Teo dan melarang Putih dekat-dekat dengan Teo. Bukan apa-apa, cuma kalau ada tugas kelompok lagi dan dia satu kelompok sama Teo kan jadi ribet urusannya kalau orangtuanya udah enggak suka sama Teo.
“Teo nyebelin, Yah. Jahil sama Putih.” celetuk Putih sambil cengengesan supaya tidak terlihat kalau tadi dia hampir saja mau keceplosan kalau Teo pernah bertengkar dan terkena masalah disekolahnya.
“Ohh.. Teo suka ya sama Putih?”
“Uhuk!” pertanyaan spontan dari Lana itu membuat Teo langsung tersedak, Putih pun dengan cepat mengulurkan gelas berisi air putih kepada Teo, yang langsung diminum sama Teo.
“Santai aja, Teo. Bukan apa-apa kok. Tadi aku cuma asal ngomong aja. Kok sampai kaget gitu? Hahaha!” Lana menertawakan Teo yang hanya diberi pertanyaan sepele saja malah langsung tersedak nasi.
“Iya, Kak. Gapapa, cuma agak kaget aja.” respon Teo jadi canggung sendiri.
Teo dan Putih pun saling menatap satu sama lain, untuk beberapa waktu mereka berdua mengabaikan keberadaan keluarga Putih disini. Putih memperhatikan Teo dan begitupun sebaliknya, sebenarnya Teo ini cukup tampan; pikir Putih. Dan Putih juga cukup cantik; pikir Teo. Namun rupanya ada yang sadar dengan kelakuan mereka berdua.
“Ekhmm ekhmm! Abisin dulu itu makannya, baru pandang-pandangan, Bocah kencur! Kalian berdua pikir ini FTV?” Lana menghancurkan suasana.
Dan pada malam itu, diakhiri dengan Teo yang ikut bergabung dengan keluarga Putih untuk makan malam bersama.
🌷 ˑ ִֶ 𓂃⊹
Kayaknya disini yang cemara cuma keluarganya Putih ya? Wkwkwk.
[12/05/25]
“Biru & Putih”
© bilaalovelya
on insta : bilaalovelya
YOU ARE READING
Biru & Putih | Jaesoo
Teen FictionAnala Putih Cadudasa, Putih. Siswi SMA Pelita Harapan, sebagai anggota osis sekbid budi pekerti luhur atau akhlak mulia. Yang dimana tugasnya adalah melakukan satgas terhadap para siswa-siswi yang tidak taat terhadap peraturan sekolah, seperti tidak...
[🍉] doing group assignments with Teo
Start from the beginning
