Sekitar 15 menit Putih meninggalkan Teo sendirian di ruang tengah. Saat Putih kembali dengan pakaian santainya, dia melihat Teo yang sedang fokus menggarap tugas kelompok mereka, disitu Putih jadi merasa tertarik dengan Teo. Dia penasaran apakah Teo sebenarnya pintar hanya saja tertutup dengan sifat nakal dan malasnya itu?
Putih pun mendekati Teo dan duduk disamping cowok tersebut, Putih tidak ingin bersuara atau membuka obrolan. Dia malah fokus memperhatikan Teo yang sebenarnya sadar akan kedatangan Putih, tapi Teo memilih untuk menghiraukannya.
Sekitar lima menit Teo dan Putih saling diam, akhirnya Teo menggeser bukunya kearah Putih, Putih pun terkejut melihat Teo yang sudah menyelesaikan tugas kelompok mereka hanya dalam waktu kurang lebih 20 menit. Bukan apa-apa, Putih malah ragu dengan pekerjaan Teo barusan. Yakin cowok itu tidak ngasal ngerjain tugasnya?
“Udah tuh. Sekarang tugas gua udah selesai kan? Giliran lo yang ngetik sama nge-print.” ujar Teo dengan percaya dirinya, Putih mencoba memperhatikan wajah Teo, ingin mencari tanda-tanda ketidakseriusan cowok itu dalam mengerjakan tugas barusan. Namun Putih gagal, karena Teo terlihat serius dan percaya diri dengan pekerjaan yang barusan dia selesaikan.
“Kenapa malah ngelihatin gua? Harusnya lo lihat tugasnya anjir!” Teo geram sendiri, dia sadar kok kalau Putih pasti meragukan dirinya. Tapi tidak mengapa, memang siapa sih yang tidak ragu kalau dalam kelompok, tugasnya di-handle sama cowok? Iya aja kalau cowoknya terkenal memang pintar, masalahnya Teo aja baru masuk sudah kena masalah. Dia pindah ke SMA Pelita Harapan juga dari desas-desusnya karena di DO dari sekolahnya yang ada di Jakarta. Wajar saja kalau Putih ragu dengannya.
“Gua tau kok lo ragu sama kerjaan gua barusan. Tapi coba cek sendiri, kalau menurut lo salah atau gak sesuai, kerjain ulang aja. Yang penting disini gua udah berusaha berpartisipasi dalam kelompok, ya.” jelas Teo, dan baru kali ini juga Teo ngomong panjang lebar seperti ini dengan Putih.
“Bentar aku baca dulu, aku cuma speechless aja soalnya kamu ngerjain semua ini hanya dalam waktu kurang lebih 20 menit. Bukan gimana-gimana, kok.” ujar Putih. Yang mana cewek itu langsung mengecek kembali hasil kerjaan Teo, Putih pun mulai membacanya dengan fokus. Dan ketika sudah selesai membaca semuanya, Putih berdecak kagum dengan Teo.
Putih baru menyadari kalau selain isi dari teks eksposisi yang Teo buat sangat jelas dan rinci, dan ternyata tulisan Teo sangat rapih. Beda dengan tulisan cowok-cowok pada umumnya yang biasanya asal tulis saja, tidak dengan Teo. Penempatan titik, koma, semuanya benar. Meskipun Putih tidak tau nanti ini bakalan benar atau tidak di mata Bu Vanya, tapi menurut Putih sendiri semua ini sudah bagus dan lengkap. Putih pun sadar kalau sebenarnya Teo itu cukup pintar, hanya saja karena cowok itu agak nakal, mungkin(?) makanya banyak yang meragukannya.
“Wow! Keren banget sumpah! Ini seriusan kamu yang ngerjain semuanya? Gak lihat google atau apapun, kan? Soalnya Bu Vanya bakalan sadar kita copy dari internet atau hasil pemikiran sendiri.” Bu Vanya memang sangatlah teliti, tipe-tipe guru yang sulit sekali di bohongi. Dia bisa membedakan mana yang benar-benar pure dari pemikiran anak didiknya sama mana yang dari hasil copy paste di internet. Tentunya nilai untuk keduanya pasti akan berbeda bobotnya.
“Enggak lah. Coba lo cari aja di internet ada yang sama gak sama punya gua kalau emang lo gak percaya sama gua.” Teo membela diri, tidak mau kelihatan paling bodoh disini, mungkin iya? Karena Putih masuk tiga besar. Putih pasti termasuk siswi yang cukup pintar di SMA Pelita Harapan. Wajar saja kalau dia ragu dengan hasil kerja Teo yang mungkin dimata Putih tidak ada apa-apanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru & Putih | Jaesoo
Fiksi RemajaAnala Putih Cadudasa, Putih. Siswi SMA Pelita Harapan, sebagai anggota osis sekbid budi pekerti luhur atau akhlak mulia. Yang dimana tugasnya adalah melakukan satgas terhadap para siswa-siswi yang tidak taat terhadap peraturan sekolah, seperti tidak...
[🍉] doing group assignments with Teo
Mulai dari awal
