Problem Solving

2.2K 78 4
                                        

Tak ada orangtua di dunia yang tidak mau memberikan yang terbaik untuk anaknya, bahkan tak jarang beberapa dari mereka rela tak makan enak demi menunjang kehidupan anaknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tak ada orangtua di dunia yang tidak mau memberikan yang terbaik untuk anaknya, bahkan tak jarang beberapa dari mereka rela tak makan enak demi menunjang kehidupan anaknya. Meskipun memang ada beberapa yang tidak sepeduli itu terhadap anaknya sendiri.

Sean lahir dari orangtua yang baik, mereka memberikan yang terbaik dan selalu mengusahakan semuanya untuk dirinya. Sewaktu kecil, Sean merasa sedikit sedih karena orang tuanya tak memberikan banyak perhatian untuk dirinya. Mereka selalu memfokuskan diri untuk pekerjaan, hingga membuat keduanya jarang di rumah.

Namun setelah cukup dewasa untuk mengerti, Sean sadar bahwa semua itu dia lakukan demi dirinya. Semua perhatian yang tak mereka berikan, dibalas dengan semua fasilitas yang dia dapatkan. Sean tak pernah kekurangan, tak pernah menunggu saat meminta sesuatu, dan tentunya dapat mengenyam pendidikan yang baik di tempat yang baik.

Dia menyayangi kedua orang tuanya, terutama sang mama. Perempuan itu benar-benar hebat, dia merelakan segalanya untuk Sean. Maka tak aneh kalau dia akan jatuh cinta pada Aliska, sebab perempuan itu punya beberapa kemiripan dengan mamanya.

Sayangnya, pernikahan Sean dengan Aliska tak disambut baik oleh mamanya. Perempuan itu tak begitu menyukai Aliska, dengan beberapa alasan yang sebenarnya tak begitu Sean mengerti. Namun dengan semua usahanya, Sean akhirnya bisa menikah dengan sang pujaan hati.

Dia pikir, setelah menikah dan hidup berpisah dengan orang tuanya, hubungan mereka akan baik-baik saja. Toh, dia akan bahagia dan yang menjalani semuanya adalah dirinya. Namun sayang, cobaan dalam sebuah pernikahan bukan hanya sekedar sebuah restu dari orangtua, tetapi banyak.

Maka hari ini, setelah kemarin Aliska pulang, Sean memberanikan diri untuk datang ke rumah orang tuanya. Dia ingin memperbaiki semua yang sudah rusak karena dirinya, dia ingin menyelesaikan semua masalah yang dimulai dari dirinya, dan dia ingin mempertahankan Aliska di sisinya serta menjelaskan pada semua orang bahwa dia mencintai perempuan ini.

Gelas berisi kopi dan teh di atas meja sudah mendingin—tak ada lagi uap panas yang terlihat—tetapi belum ada konversasi yang dimulai. Sean sejak tadi hanya menatap pada gelas kopi miliknya, sedangkan Aliska hanya diam dengan sesekali melirik ke arah suaminya yang masih mengunci bibir.

Tuan Wicaksono sudah mulai tak nyaman di tempatnya, sedangkan Nyonya Wicaksono masih bergeming dengan tatapan menghujam ke arah anaknya. Perempuan ini benar-benar kaget saat melihat anaknya dan sang menantu datang ke rumah mereka dengan tangan yang saling bertautan. Rasanya seperti mengalami de javu.

Benar, adegan itu persis saat Sean datang ke rumah dan meminta izin untuk menikahi Aliska.

"Mama, Sean mau ngomong serius ke Mama. Sean berharap, Mama menjadi pendengar yang baik, tanpa menyela, tanpa marah-marah, dan bisa menahan semua makian yang mungkin udah siap Mama lontarin buat Sean."

Tuan Wicaksono berdeham setelah anaknya memulai konversasi dan memecah hening yang tadi nyaris mencekik dirinya, sedangkan sang istri yang duduk di sebelahnya terlihat semakin memancarkan aura marah.

How Do We End Us?Where stories live. Discover now