[🍓] prolog; you are annoying

Start from the beginning
                                        

Setelah sesi perkenalan para kakak pembimbing, kini gantian sesi perkenalan para siswa-siswi peserta didik baru. Setelah mereka semua saling perkenalan akhirnya kegiatan MPLS pada hari pertama pun dimulai. Di hari pertama di isi dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah school tour. Dan kini jam sudah menunjukkan pukul 09.30.  Karena memang masih dalam rangka kegiatan MPLS, jam sekolah mereka tidak sampai sore atau full day, melainkan hanya sampai jam 13.30 saja.

Gemma dan Lula sibuk mengatur barisan siswa-siswi baru di ruang lima. Sementara itu Putih sedang ada urusan di ruang OSIS, jadi Putih meminta tolong kepada Gemma dan Lula untuk mengatur barisan terlebih dahulu, nanti setelah urusan Putih di ruang OSIS selesai, Putih akan kembali dan ikut membantu mereka berdua.

“Ayok semua, baris yang rapih ya! Kakak mau dari awal sampai akhir school tour barisan kalian tetep kayak gini, rapih di tempat masing-masing. Gak pindah-pindah dan—” Brak! Suara Lula yang sedang mengintrupsi adik-adik ruang lima itupun berhenti ketika ada suara pukulan dan dorongan. Itu adalah suara dari barisan cowok yang paling belakang.

“HEI KENAPA ITU?!” reflek Gemma berteriak. “Ada apa?!” tanyanya lagi saat tidak ada respon.

“I-itu, Kak. Barisan belakang yang cowok kayaknya lagi berantem.” ucap salah satu siswi baru yang berada di barisan paling depan.

Sontak saja Lula dan Gemma saling beradu tatap, sedikit bingung, apalagi tidak ada Putih disini. Kan yang biasanya mengurusi anak-anak bandel seperti ini adalah Putih, meskipun mereka satu circle dan bahkan satu ruangan saat menjadi kakak pembimbing. Tapi pada kenyataannya, mereka bertiga di OSIS tidak satu sekbid, melainkan berpencar ke masing-masing sekbid yang dipegang. Jadi Lula dan Gemma tidak tau harus melakukan apa.

“Gak usah cari masalah anjing!”

“Gua?? Hahaha... Lo yang cari masalah bangsat!” terdengar suara mereka bahkan sedang melemparkan kata-kata kasar untuk satu sama lain.

“Gem, Gem, gawat! Panggil Putih di ruang OSIS sekarang juga. Kalau dibiarin bisa makin jadi dua anak itu.” Lula panik, Gemma juga panik. Akhirnya tanpa menjawab Gemma langsung bergegas menuju ruang OSIS untuk memanggil Putih.

Sementara itu Lula masih berada di tempatnya, tepatnya di depan ruang lima. “Adik-adik semua, Kakak minta kalian jangan bubar barisan ya. Tetep pada barisannya, gak usah ditonton itu yang lagi berantem. Jangan sampai bubar barisannya!” kata Lula setelah melihat barisan mulai tidak kondusif seperti awal dikarenakan banyak dari mereka yang ingin menonton dua cowok yang sedang berantem di belakang.

Karena penasaran, Lula pun memilih mendekati dua orang yang sedang berantem itu. Saat sampai di barisan paling belakang, Lula melihat ada dua cowok tepatnya yang tadi bertengkar, yang satunya terkapar di lantai dan yang satunya lagi berdiri dengan tatapan marah.

“Dek! Kalian berdua nih ngapain?! Orang disuruh baris kok malah berantem?!” bentak Lula, dia pun mendekati cowok yang jatuh di lantai. Hendak menolongnya. “Dek, kamu gapapa kan? Ada yang sakit gak? Kenapa bisa kayak gini? Apa yang sebenernya kalian berdua ini ributin?” dia membanjiri begitu banyak pertanyaan sembari membantu cowok tersebut berdiri.

Kini Lula beralih menatap cowok yang sedang berdiri dengan ekspresi datar menatap mereka berdua. “Kamu juga apa-apaan sih? Kenapa kamu mukul dia? Salah apa dia sama kamu? Ini itu baru hari pertama MPLS, jangan bikin masalah, Dek.” Lula marah kepada cowok didepannya ini, yang hanya menatap datar ke arahnya dan cowok yang berada di sampingnya.

“Gua gak bikin masalah, tanya tuh sama dia. Yang duluan siapa, gak akan ada pukulan kalau gak ada perkara duluan.” akhirnya cowok didepannya ini bersuara, dan dia mengeluarkan pembelaan karena merasa tidak terima disalahkan sepihak.

“Tapi emang harus banget sampai mukul?”

“KENAPA INI?!” suara Putih menggema, dia baru saja sampai dengan keadaan yang ngos-ngosan, seperti habis berlari berkilo-kilo meter. “Mana yang berantem, huh? Ngapain kalian berantem?!” Putih menatap Lula yang dimana disampingnya ada siswa baru yang mulutnya sudah berdarah dan hidungnya mimisan.

“Astaga! Cepet bawa dia ke UKS!” perintah Putih. Kemudian Gemma dan Lula pun setuju untuk membawa siswa baru yang babak belur itu ke UKS, dan kini tinggallah dia dengan siswa yang satunya, Putih yakin dialah yang menang di pertengkaran kali ini, karena bahkan muka siswa baru itu tampak bersih tidak ada pukulan. Hanya saja Putih dapat menebak dari ekspresi cowok tersebut, kalau dia memang sedang marah.

“Kamu!” panggil Putih sembari menunjuk siswa baru didepannya ini. Jari telunjuknya sedikit keatas karena perbedaan tinggi, astaga! Putih ngebatin; ini adik kelas tapi tinggi banget ya udahan. Sembari menatap serius cowok tersebut.

"Ini baru hari pertama kamu jadi siswa baru di SMA Pelita Harapan. Udah cari masalah aja, masa iya MPLS gini udah mau nambah poin minus, sih? Apa coba yang kamu pikirin?” dan siswa baru itu tampak diam saja, namun dibalik diamnya itu. Entah kenapa Putih merasa kalau dari diamnya itu cowok tersebut tidak merasa bersalah, hanya malas menanggapi Putih saja.

“Nama kamu, Biru kan? Kavi Manggala Sabiru?” tebak Putih karena dia sedikit mengingat nama-nama adik-adiknya yang sedang dia bimbing. “Biru, jelasin coba ke Kakak. Kenapa kamu berantem tadi? Sampai kamu mukulin dia. Kamu bisa dapet poin minus yang gak sedikit lhoo.. Baru masuk kayak gini udah mau jadi jagoan? Gak disini tempatnya!”

Bukannya merasa bersalah, cowok itu malah terkekeh pelan. “Nama Kakak, Putih ya?”

“Huh?” Putih shock, tapi dia tetap mengiyakan.

“Harusnya nama itu gak cocok sih Kak, di lo. Harusnya nama lo tuh Merah, karena suka marah-marah.” celetuk Biru, dia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya. Kemudian melangkah mendekati Putih, Putih pun reflek mundur. Saat langkahnya berhenti, Biru berkata, “Tapi Putih juga cocok, kok. Soalnya kulit Kakak bening, cerah, dan—” Biru mendekatkan bibirnya ke telinga Putih. “Cantik.” bisiknya tepat ditelinga Putih, membuat bulu kuduk Putih terbangun semua.

Cup! Dan yang lebih membuat Putih semakin tidak bisa melakukan apapun adalah—Biru mencium pipi kirinya!

“Hey kamu!” setelah merasa sadar dengan apa yang barusan terjadi, Putih pun mendorong Biru. Dia melihat sekeliling yang sudah menatapnya dengan berbagai tatapan aneh yang membuat Putih tidak nyaman.

Putih merasa malu, marah, dan semuanya terasa campur aduk. Dia menatap Biru dengan tatapan marah, namun Biru tampak santai saja, tidak ada segan-segannya dengan dirinya. Dan semenjak saat itulah, kehidupan Putih berubah 180°. Semenjak kehadiran Biru di SMA Pelita Harapan dan hidupnya.

   🌷 ˑ ִֶ 𓂃

Hallo semua!! Aku hadir kembali membawakan cerita Jaesoo bagi para kalian penumpang kapal ini. Ini adalah cerita ke-8 aku uwowowowowowow>.<!! Senang sekali rasanya.
Makasih buat kalian semua yang udah setia nungguin cerita aku yaaa, ini aku buat cerita yang ringan-ringan aja, konflik anak SMA biasa. Hehe..

[21/04/25]
“Biru&Putih”
© bilaalovelya
on insta : bilaalovelya

Biru & Putih | JaesooWhere stories live. Discover now