Prolog-

9 1 0
                                        


.
.
.

Dinginnya lantai batu membuat Lavielle menggigil saat kesadarannya perlahan kembali. Bau busuk memenuhi udara—paduan anyir logam, kelembapan, dan jerami yang membusuk. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya yang terasa berat, tapi setiap ototnya seolah menolak bekerja.

Ruangan sempit di sekelilingnya nyaris gelap gulita, hanya ada cahaya samar dari obor di luar sel yang menerangi jeruji besi berkarat. Di sekelilingnya, suara napas berat dan rintihan lirih terdengar.

"Odienna... Cherri..." suaranya nyaris tidak keluar.

Sosok di sebelahnya menggeliat. Odienna mengerjapkan mata, tangannya meraba kepalanya yang terasa berat. "Lavielle...? Apa yang terjadi?"

"Aku tidak tahu..."

Cherri duduk bersandar di dinding, matanya berkedip-kedip menyesuaikan diri dengan kegelapan. "Di mana ini...? Kenapa kita di sini?" suaranya gemetar.

Tak ada yang bisa menjawab. Ingatan mereka terasa kosong—kosong yang menakutkan.

Langkah kaki terdengar mendekat dari luar sel. Ketiganya menahan napas, merapat ke dinding saat sosok berjubah besi berhenti di depan jeruji. Dalam cahaya redup, mereka bisa melihat wajahnya yang tertutup helm, tanpa ekspresi, tanpa rasa penasaran.

Penjaga itu tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya membuka celah kecil di bawah jeruji dan menyodorkan nampan kayu berisi makanan sebelum berbalik dan pergi begitu saja.

Tanpa memeriksa mereka.

Tanpa sepatah kata pun.

Tanpa memastikan apakah mereka masih hidup atau tidak.

Cherri menelan ludah, jemarinya mencengkeram lengannya sendiri. "Ini... aneh," bisiknya.

Odienna menggigit bibirnya, matanya mengarah ke pintu sel yang dibiarkan begitu saja tanpa pemeriksaan. "Kenapa mereka tidak mengecek kita? Kan kita tahanan mereka sekarang..."

Lavielle merasakan jantungnya berdegup semakin cepat. Ini salah. Semua ini terasa salah.

Mereka tidak tahu kenapa mereka ada di sini. Mereka tidak tahu apa yang terjadi. Mereka tidak tahu siapa yang menjebak mereka.

Tapi satu hal yang pasti—mereka harus segera keluar dari sini.

Sebelum semuanya terlambat.

.
.
.

Labyrinth of Fate Where stories live. Discover now