4. Truth Camera (Spin Off-Midquel)

16 3 0
                                        

(Dari novel Truffle Time, Wattpad)

 "Aku ini cowok sejati, nggak akan ingkar janji."

–Mansige–

💖

"FOTO aku, dong!"

Jantungku hampir copot ketika makhluk manis hadir tiba-tiba di hadapanku. Chika berpose dengan gaya yang sangat menggemaskan, membuat tanganku gemetaran. Hampir saja kamera besar dalam genggamanku ini meluncur dengan bebas.

Bagaimana tidak? Penyihir satu itu memang kelewat cantik dan manis. Sangat menggoda hatiku.

Aku berdeham sambil menyembunyikan kekakuan wajahku. "Ya-yakin? Ini bukan kamera biasa."

"Oh, ya?"

Aku bisa melihat Chika menatap kamera usang ini dengan mata berbinar. Hm. Aku tahu dia orangnya suka penasaran.

"Memangnya, kamera kayak gimana?"

Betul, kan! Pantaslah dia menjadi sosok perempuan yang cerdas. Aku mencari tempat duduk terdekat. Kulihat ada bangku panjang di taman ini.

Aku pergi ke sana, Chika mengikutiku. Lalu aku meletakkan kamera di ujung bangku. Kubuka tas, mengambil sekantong plastik.

"Mau ngapain, sih?"

Aku tak menyahut. Hanya melepaskan isi kantong ke bangku. Beberapa lembar foto yang sudah kucetak sebelumnya.

"Uwaaaah!"

Tampaknya Chika terpesona, dan aku hanya berdeham saja. Lalu dia memilah-milah foto itu. Anak rambut hitamnya yang panjang terjatuh. Aih, cantik sekali dia. Ingin kufoto, tetapi takut. Karena memang ini bukan kamera biasa.

"Ah!"

Aku melihat Chika menemukan satu potret yang membuatnya tertarik. Ia mengambilnya dan mengamatinya. Aku tahu foto itu.

Sebuah potret berisikan sekumpulan bayangan manusia yang terpantul di aspal, dan ada sebuah bayangan manusia lain—yang posisinya seolah tertimpa di bagian atas mereka.

Sebuah potret berisikan sekumpulan bayangan manusia yang terpantul di aspal, dan ada sebuah bayangan manusia lain—yang posisinya seolah tertimpa di bagian atas mereka

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

"Rusak?" komentar Chika, "atau ada orang di depan mereka?"

Aku tersenyum miring. "Kan, tadi aku bilang, ini bukan kamera biasa."

"Jelasin!"

Nada memerintah dari Chika membuatku sedikit sebal, seolah aku ini hanya anak buahnya yang harus menuruti perintah. Ini pikiran randomku saja. Kadang aku terlalu berlebihan dalam berpikir.

Aku mengambil kamera cokelat klasik itu. Model yang sangat kuno karena memang terbuat di jaman kuno. Aku menunjukkannya pada Chika.

"Truth Camera namanya. Sebuah kamera yang akan menunjukkan kebenaran dalam foto."

[Kumcer] ⚘️Shining Gateway✨️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt