[a yungi's bxb fanfic]
mingi dan yunho dijodohkan. masalahnya? mereka sama-sama dominan. alias dua kapten dalam satu kapal, dua singa dalam satu kandang, dua orang yang ga mau nyuci piring duluan.
mingi, pengusaha perfeksionis yang bahkan pakai stop...
▶︎ •၊၊||၊|။||||။၊|• 0:10 Mundur Perlahan - Nyoman Paul
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
malam ini sesuai jadwal, mereka bakal pergi ke villa untuk party sama rekan kerja mingi. mingi berdiri di depan cermin, menata rambutnya pake pomade. sementara yunho masih sibuk milih antara kemeja atau baju kaos yang masih jelas banget kalo dia belum selesai marah. sejak pertengkaran tadi pagi, yunho nyaris ga ngomong kecuali kalo ditanya. mingi ngeliatin yunho dari pantulan cermin dan mutusin untuk ngomong duluan.
"lo yakin mau pergi dengan muka sepet kayak gitu?" kata mingi. yunho ngelirik mingi sekilas, tapi tetap sibuk untuk milih mana yang bagus untuk dia pakai. mingi nyamperin yunho, "gue tau lo masih marah. udah pake baju kaos aja,". yunho nerima baju kaos yang dipilihin mingi, "gue ga marah,". mingi ketawa kecil matanya penuh pengertian, "lo duduk diem dari tadi pagi tanpa ngomong dan ngelipet tangan kayak anak kecil yang ga dikasi es krim. itu namanya marah yun,". yunho mengerucutkan bibirnya, "bukan anak kecil,". mingi senyum tipis dan mencondongkan badan sedikit lebih dekat, "oke, oke. cowok dewasa yang lagi manyun,". mingi berdeham lalu ngomong, "yun, gue ga suka kalo kita pergi dalam keadaan kayak gini. nanti gue beliin moge lagi sesuai permintaan lo, gimana? cepet siap-siap gih, gue udah cape daritadi ditanya kenapa gue belum dateng bawa tunangan gue,".
yunho orangnya ga ribet, jadi dalam 20 menit dia udah siap. mobil melaju dengan tenang dan setelah hampir satu jam, mereka akhirnya sampai di villa besar yang berdiri megah diatas bukit. suasana pesta di villa, musik yang mengalun santai, mingi langsung ngarahin yunho untuk ke meja bartender untuk ngambil wine setelah mingi ngenalin kalo yunho itu tunangannya sedangkan rekan kerja mingi ga ada berhentinya ngucap kata "cie" untuk mereka.
mingi nyodorin wine untuk yunho tapi yunho malah nanya, "wine buat lo?". mingi menggeleng, "lo lupa ya? nevermind. gue nanti minta coca cola aja. lo jangan kebanyakan alkohol nanti malah jadi kayak waktu itu,". yunho mengangguk, "gausah ngingetin gue mulu kalo gamau gue tampar,". mingi mendengar itu langsung menyeringai, "mau disini atau di kamar? lo diem disini dulu ya, ada yang mau gue bahas sama kolega. nanti gue suruh san kesini buat nemenin lo,".
suasana pesta makin ramai, mingi sibuk dengan koleganya sedangkan yunho terus duduk di meja bartender. yunho terus mengawasi mingi dari kejauhan. bagi yunho, sejak telfon misterius tadi pagi, ada yang terasa berbeda. ada sesuatu yang berputar di kepalanya. yunho memutar gelas winenya sambil berpikir. tanpa sadar, seseorang duduk di sebelahnya. yunho melirik sekilas, melihat seorang pria dengan rambut hitam dan senyum tipis. ada sesuatu yang familiar, tapi yunho yakin belum pernah ketemu orang ini sebelumnya.
"minumannya lumayan, kan? lo suka ga?" tanya orang itu. yunho menaikkan alisnya, sedikit kaget karena diajak ngobrol. tapi ngeliat ekspresi pria itu yang santai, yunho merasa ga perlu untuk bersikap defensif. yunho mengangkat gelasnya sedikit, "gue ga terlalu banyak komentar soal rasa. selama bisa diminum ya udah,". pria disampingnya ketawa kecil, "jadi lo bukan tipe yang picky kayak tunangan lo ya?". yunho mengangkat bahu, "bisa dibilang gitu,".