20. Empty Room Empty Heart

45 6 0
                                        

Zio tersenyum remeh mendengar Cora kaget dengan pertanyaan nya, “Gue tau hubungan lo sama Kian,” Katanya, Zio menoleh ke arah Cora yang sedang mati - matian untuk tidak menatap mata Zio, “Gue gak bilang ke anak - anak di cafe, tenang aja.”

“Gimana bisa tau? M-maksudnya gimana lo bisa tau gue sama Kian?”

Lelaki yang memiliki kulit seputih salju itu menghela nafasnya kemudian kembali menatap sang tunangan, “Gue nemu foto lo sama Kian waktu nginep apartemen nya.”

Cora tidak menjawab, hanya mengangguk. Tidak lama kemudian Alika menghampiri Cora dan Zio dengan senyum nya bermekar cerah di wajah nya, “Hai,” Sapa Alika ke Cora, kemudian tatapan nya langsung beralih ke Zio. Cora tidak merasa harus canggung dengan Alika karena urusan nya perempuan itu adalah dengan Flo, Namun entah kenapa sejak pertama kali melihat Coda di parkiran tadi rasanya Alika mati - matian menghindarinya. Walaupun Cora tidak mengambil pusing tapi tetap saja tiba - tiba banyak pertanyaan di dalam kepala nya, “Kakak sama yang lain mau pindah tempat, kamu mau ikut?” tanya Alika ke Zio, “atau kamu ada janji setelah ini?”

Zio menggeleng, “Kamu kecapean gak?” Alika menggeleng, “oke ikut.” Zio kemudian membalas senyum Alika, si perempuan langsung kembali bergabung dengan Malika dan yang lain setelah mendengar jawaban dari Zio.

“Everything looks great between you and her.”

Zio menoleh sekilas, “We're trying.”

“You're good at pretending.”

Lelaki yang duduk di sebelah Cora hanya melirik nya kemudian tertawa, “She’s not stranger after all,” Jelas Zio, “He’s fine,” Zio kemudian menatap Cora selama beberapa detik kemudian mengalihkan kembali pandangan nya ke Alika, “Kian, he’s fine but he’s need a time.”

“Time? Did I hurt him or what?”

“No.”

Cora yang menolak untuk menatap Zio selama mereka berbicara akhirnya mendaratkan netra nya ke lelaki itu. Dia mengerutkan alis nya bingung dengan arah pembicaraan Zio, “Waktu buat apa?”

“You ask him when he’s back.” Zio berdiri, merapikan kemeja nya.

“Kapan? kapan Kian balik?” Tanya Cora, walaupun rasanya aneh menyebut nama Kian.

Zio menatap Cora kemudian tersenyum, “Just wait.”

Cora ikut berdiri dan membalas tatapan mata Kain, “I’m not gonna wait forever.”

“Kian ada di samping lo waktu lo lagi nangis dan ngelewatin masa sedih lo nangis karena mantan pacar lo itu, nunggu Kian gak akan bikin lo ubanan.”

“Dia kasih tau lo tentang masalah itu?”

Lelaki jangkung itu tertawa miris mendengar pertanyaan Cora, “He is my friend, Cora. Is it a crime to tell your friend about your condition? Lo tau masalah gue sama Flo—“

“I’M NOT SAYING THAT’S A PROBLEM!” Jawab Cora, suara nya meninggi sebab dia tidak bisa menahan semua rasa kesal yang berputar di dada nya. Selama ini gak ada yang menyebut nama Kian, bahkan saat Cora menanyakan keadaan Kian ke Vion teman nya itu tetap tidak menjawab dengan alasan tidak tahu keberadaan Kian.

Then wait for him, dia cuma butuh waktu Cora.”

“Butuh waktu buat apa?” Zio hanya menatap Cora tanpa berniat menjawab pertanyaan perempuan di hadapan nya.

Mata Cora sudah memerah dan berair. Tangannya gemetar dan jantung nya sudah berdegup tidak beraturan, Cora berkali - kali harus menarik nafas dan mengatur nafas nya, “Just tell me, Zio, dia butuh waktu buat apa?”

Zio menggeleng, “Gue gak bisa kasih tau.”

Tangan Cora menahan Zio sebelum lelaki itu melangkahkan kaki nya menjauh. Cora menghela nafas nya, “Please…” Gumam Cora, dia menunduk agar Zio tidak bisa melihat air matanya yang mulai berjatuhan, “Please Zio, Please, JUST TELL ME!” Dia mendongakkan kepalanya dan menatap mata Zio.

Grace yang berada tidak jauh dari Cora dan Zio berdiri langsung berlari memeriksa keadaan Cora begitu mendengar sahabat nya berteriak, “Hey.” Grace menatap Zio meminta penjelasan namun dia hanya berdiri diam, membuang pandangannya ke arah pepohonan di sekitar restaurant, “What’s wrong?” Grace membawa Cora ke pelukannya sedangkan Alika membawa Zio pergi dari hadapan Cora.

“I’m here, I’m here, It’s okay keluarin semua sedih nya,” Kata Grace, sambil memeluk dan mengusap kepala Cora. Lalu dia menyuruh Malika untuk membawakan air putih.

Setelah dua puluh menit menenangkan Cora akhirnya si perempuan berhenti menangis, Grace masih di sebelah nya merangkul Cora dan tidak berhenti mengelus lengan Cora untuk membantu sahabatnya lebih tenang, “Udah oke?”

Cora mengangguk.

“Ada apa lo sama Zio?”

“Dia temen nya Kian.”

“What?!”

“Gue mau pulang Grace, I’m sorry for—“

Grace mengangguk, “Oke, kita pulang.”

Cora menatap bingung ke arah Grace dan Malika bergantian, “No, gue bisa sendiri. Lo ada Malika disini dan lo udah ambil cuti juga, gue gak masalah sendiri, gue bisa.”

Malika tersenyum ke arah Cora kemudian memberikan Cora satu botol bir sambil tersenyum, “Lo butuh ini sendirian, gue butuh Grace buat nemenin nyetir dan support sistem, dan gue jadi free driver kalian pulang,” Jelas Malika, dia kemudian berjongkok di depan Cora, “I know we don’t know each other well, yet, tapi Grace peduli sama lo and I care about her. So it makes me care for you too Cora.”

Cora dan Grace tersenyum kemudian Grace menaruh kepalanya di pundak Cora, “See? he is a good boy, gue gak salah pilih kali ini.” setelah mendengar ucapan Grace, Cora dan Malika kompak tertawa.

“Thank you guys.”

——

Grace dan Malika sedang mengantri di rest area. Mereka memutuskan untuk membeli beberapa cemilan karena sejak sejam yang lalu Malika mulai mengomel tentang rasa lapar nya. Dari dalam toko Grace dan Malika sama - sama memperhatikan Cora yang tengah duduk di kursi belakang mobil dengan botol bir di tangannya, kepala yang bersandar pada kaca mobil, mata nya yang memerah seperti memberi tanda kalau sudah lelah untuk mengeluarkan air mata, “Kamu yakin dia baik - baik aja?”

Grace tidak menjawab pertanyaan Malika, dia hanya diam menatap sahabat nya yang seperti kehilangan jiwa nya. Selama perjalanan pulang Cora hanya diam di kursi belakang tanpa bicara sama sekali, walaupun beberapa kali Grace dan Malika berusaha mengajak Cora bicara namun dia tetap diam dengan headset yang terpasang di telinga nya.

“Ce?”

Grace langsung menoleh “Ya?”

“Boleh titip koper gue di lo dulu gak? gue turun disini aja.”

“hah? ngapain disini?”

Cora menepuk pundak Malika, “Please stop.”

“Lo mau ngapain turun disini?”

Cora menghela nafasnya sambil menatap mata Grace dan memaksa dirinya untuk tersenyum, “Apartemen Kian.”

•••••

Invisible StringWhere stories live. Discover now