Prolog

37 17 56
                                        

HAPPY READING BEST! 📖

KALAU SUDAH FOLLOW BISA LANGSUNG BACA YA, JANGAN LUPA NINGGALIN JEJAK BERUPA VOTE DAN KOMEN🤌🏻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


KALAU SUDAH FOLLOW BISA LANGSUNG BACA YA, JANGAN LUPA NINGGALIN JEJAK BERUPA VOTE DAN KOMEN🤌🏻

*******

"Orang yang tepat datang diwaktu yang tepat, bukan diwaktu yang cepat"

⏰⏰⏰

Suara ketikan keyboard bercampur dering telepon memenuhi ruangan. Lampu putih kantor terasa menusuk mata, membuat Feysa sesekali memejamkan kelopak matanya yang lelah. Segelas Cokelat dingin di meja sudah sejak tadi kehilangan rasanya, tapi tetap ia teguk sekadar untuk menipu kantuk yang datang bertubi-tubi.

"Deadline, lagi-lagi deadline," gumamnya pelan sambil menghela napas.

Meski kepalanya penuh dengan jadwal konten dan revisi, ada satu nama yang tak bisa ia hentikan dari pikirannya, yaitu Kian. Setiap kali menatap layar komputer, pikirannya selalu melayang pada pesan singkat yang belum di balas oleh Kian.

Bagi Feysa, kantor bukan hanya tempat kerja. Ia seperti ruang antara: tempat di mana ia harus menyeimbangkan mimpinya, ambisinya, dan seseorang yang diam-diam selalu menjadi alasannya untuk bertahan.

Walaupun status posisi Feysa menjadi Social Media Internship, semangat perempuan itu tak pernah kalah dari karyawan tetap.

"Udah tiga tahun masih aja HTS"

Feysa menoleh ke samping, mendapati Chessy melontarkan celetukan yang membuatnya terkekeh pelan. Perempuan berkacamata itu menjadi teman semeja kantor dengan Feysa, walaupun mereka berdua berbeda divisi.

Sudah biasa, teman-teman kantornya memang gemar meledek dengan cara seperti itu.

Di mata mereka, Feysa adalah sosok perempuan yang ekspresif, tak pernah ragu menunjukkan perasaan dan selalu ringan berbagi cerita. Namun, tak banyak yang benar-benar tahu kisah cinta yang disimpannya rapat-rapat. Ada bagian dari dirinya yang ia biarkan menjadi rahasia, bahkan di tengah tawa dan canda sehari-hari di kantor.

"Cari cowok lain aja kalo kata gua teh" ucapan dari Puji, si cewek Bandung, membuat Chessy menganggukan kepalanya, bahwa Chessy juga menyetujui apa yang Puji katakan.

Ting!

Bunyi notifikasi dari Ponsel Feysa, membuat Ketiga perempuan tersebut menoleh ke arah meja

"Kiky," ucap Vanya membaca nama yang tertera di layar Ponsel Feysa. Kiandra kelak di panggil Kiky oleh teman kantornya Feysa, karena Feysa kalau bercerita tentang Kiandra, menyebut Kiandra dengan nama 'Kiky'.

"Pangerannya udah bales gess" lanjut Vanya sambil melirik Feysa. Perempuan tomboy itu yang paling gencar sekali untuk meledeki Feysa dan Kian.

"Bales dulu tuh kebucinan lu, habis itu siap-siap pulang" celetuk Fifi. Perempuan yang selalu memakai aksesoris di kepala itu sepertinya mulai muak setiap kali Feysa bercerita tentang Kiandra yang tak ada ujungnya.

FINDING OUR ALWAYS Where stories live. Discover now