24. [Special Chapter] : Purple Carnation

Start from the beginning
                                    

Bunga menghela napas. "Udah deh. Kamu pulang gih."

"Ya udah," ucap Ray seraya menghidupkan mesin motor. "Hati-hati, ya."

"Kamu tuh yang hati-hati," protes Bunga tersenyum. Dia melambaikan tangan pada Ray yang telah menacap gas motor. Bunga masih di tempat, menatap Ray yang makin menjauh bersama motornya.

Tiba-tiba dia tersadar. Apa tadi Ray cemburu?

*

Bunga bangkit dari tempat duduknya dan hendak menuju kantin. Tapi seseorang mendorong bahunya hingga dia terduduk lagi di kursi. Bunga menatap tiga orang yang berdiri di sisi mejanya.

"Jadi... gimana kemaren?" tanya Andi seraya duduk di meja depan Bunga.

"Kemaren apanya?" tanya Bunga heran. "Sepatuku, ya? Ketemu kok."

"Bukan. Bukan sepatu. Tapi menyangkut sepatu juga sih," kata Mika. "Ray gimana?"

"Apanya gimana?" tanya Bunga tak mengerti.

"Ini anak," gerutu Jimmy menepuk dahinya. "Gimana Ray dan anak baru itu? Berantem gak?"

Bunga menatap ketiga temannya. "Kalian nguping kemaren, ya?"

"Nggak nguping kok," bantah Mika. "Ngintip doang. Lagian kan kita lagi bantuin nyari sepatu lo. Eh ada kalian, ya jadi ngintip deh."

Bunga mendengus. "Gak ngapa-ngapain. Ray cuma ngancem Harri aja."

"Oh. Namanya Harri." Ketiganya manggut-manggut.

"Ngancem gimana?" tanya Mika.

"Hah? Ya semacam 'jangan ganggu cewek gue' gitu," jawab Bunga enteng.

"Mantap!" ucap Andi terkekeh.

"Emang ada apaan?" tanya Bunga memicingkan matanya.

"Nggak. Kita gak mau hubungan lo dan Ray diganggu sama anak baru itu. Baru masuk hari pertama udah cari masalah. Mau mati ya tuh anak. Kita ngedukung lo dan Ray. Karena kami pendukung Bung-Ray," jelas Mika tersenyum lebar.

Kening Bunga mengerut. "Bung-Ray? Apaan tuh?"

"Bunga dan Ray. Nama fans club kalian. Jangan bilang lo gak tau," ujar Jimmy tertawa. Lalu tawanya terhenti melihat wajah polos Bunga. "Sumpah demi apa lo gak tau? Kenapa gue kaget kalau lo gak tau?"

"Biasa aja kali," ucap Andi menoyot kepala Jimmy. "Gini, Nga, pas kalian pacaran, anak satu sekolah bikin klub Bung-Ray buat mendukung hubungan kalian. Kebanyakan sih pendukung kalian, ya anak kelas X."

Bung-Ray? Nama macam apa itu? Aneh banget, pikir Bunga.

Bunga bangkit. "Aku mau ke kantin," ucapnya seraya melenggang keluar dari kelas dan menuju kantin.

Kantin sangat ramai. Mata Bunga menyapu kantin, mencari seseorang. Ketika sudah menemukan, dia tersenyum dan melangkah menuju meja yang ditempati orang itu. Ray menyambut Bunga dengan senyuman.

"Tumben mau makan bareng pas istirahat," kata Bunga setelah dia duduk di hadapan Ray.

"Pengin aja," jawab Ray mengedikkan bahu. Dia mendorong mangkuk bakso. "Suka bakso, 'kan?"

Bunga mengangguk. "Suka. Kamu gak makan?" tanya Bunga melihat tak ada piring atau pun mangkuk di dekat Ray. Hanya ada segelas es teh.

"Kenyang." Jawaban itu membuat Bunga manggut-manggut dan melahap pelan baksonya.

Ketika mereka sibuk mengobrol, seseorang menghampiri meja mereka. "Boleh gak duduk di sini?" Orang itu sudah duduk di sebuah kursi sebelum menyelesaikan pertanyaannya.

Blossom EffectWhere stories live. Discover now