🌕 Extra Part 5 - Shelton's POV 🌕

Start from the beginning
                                        

Tak menyangka bahwa sosok yang selalu membayanginya selama ini, yang masih menyisakan sedikit kewarasannya adalah sosok yang akan menjadi belahan jiwanya.

Shelton menatap nanar punggung yang berbalik itu. Menyentuh dada yang berdenyut nyeri.

"Maaf, maafkan aku." Gumamnya tertunduk sembari menatap tangannya yang gemetar hebat.

*

*

*

Shelton berdiri di hadapan jendela ruang kerjanya. Menatap bagaimana kapten guardnya melatih para pasukan. Menatap punggung Jayden dalam diam.

Tangannya terangkat seolah menyentuh punggung sang alpha. Matanya terpejam dengan nafas terhela.

"Maaf karena harus menjauhimu. Retakku hanya akan semakin menambah luka bagimu." Ucapnya pada kantor yang sepi.

Tangannya mengelus jendela seolah mengelus sang alpha secara nyata.

*

*

*

Kamar Shelton dipenuhi suara nafas yang memburu. Bagaimana rasanya jiwanya seolah melayang terbang. Terombang-ambing bak kapal di tengah badai tanpa pelabuhan.

Bayangan kejadian bertahun-tahun lalu semakin sering datang, membuat mata yang tak bisa lelap itu semakin menunjukan lingkaran. Mengoleskan kuyu di wajah rupawannya.

Diam-diam dia kembali menemui psikiater yang menanganinya. Meminta saran apa yang harus dia lakukan. Meskipun tahu itu tak akan berguna juga bagi werewolf sepertinya.

*

*

*

Bau samar cendana memenuhi penciuman Shelton saat sudah terbangun. Terakhir kali yang dia ingat adalah dirinya tiba-tiba memasuki rut dan dibawa kerumah rutnya.

Potongan kepingan-kepingan ingatan menelusuk Shelton menyadari kejadian apa yang setelahnya terjadi. Membuat dirinya terkejut bukan main.

Melihat sisi sebelahnya yang kosong meniggalkan bekas dingin dari orang yang menemaninya. Tubuhnya bergetar hebat.

Bayangan kejadian rutnya dan peristiwa itu tumpang tindih. Untung sisa kewarasannya masih ada sebab bau cendana membantu mempertahankan kesadarannya.

*

*

*

Shelton menghindari Jayden beberapa minggu belakangan. Katakan dia pengecut tetapi setiap kali melihat sang alpha. Tubuhnya akan gemetar.

Memori tubuhnya masih terjerat dengan kejadian bertahun lalu. Karena itu Shelton takut, takut jika berdekatan dengan Jayden malah semakin melukai alphanya itu.

Jadi Shelton menjauh, sebisa mungkin menghindari Jayden dari jangkauan radarnya. Berharap dengan begini tak lagi dia menambah luka di hadapan Jayden.

*

*

*

Semua usaha penghindaran Shelton nyatanya sia-sia. Sebab hal yang paling dia takutkan datang juga.

"Aku tidak bisa bertanggung jawab. Lagipula masih bisa untuk dilakukan-"

Nafas Shelton terkecekat begitu kata-kata keji itu hampir keluar dari mulutnya tanpa sadar. Beruntung tamparan keras dari ayahnya menyadarkan dirinya yang bak kerasukan.

Dengan berbagai cara, seberapa kuat Shelton ingin berlari menghindar. Dia tetap saja tak bisa kabur dari semua ini. Berakhir dirinya membuat syarat-syarat keterlaluan untuk memenuhi hal yang sudah sepantasnya menjadi tanggung jawabnya.

Alpha [Hoonjay] ✓Where stories live. Discover now