*
*
*
Rasanya sakit bukan main. Memang tak ada luka fisik, tetapi sakitnya melebih puluhan luka yang pernah Jayden dapatkan.
Selama ini dirinya hanya mendengar cerita bagaimana mendapat penolakan dari sang mate tetapi begitu turut merasakannya, rasanya begitu tak tertahankan.
Setiap kalimat penolakan dari Shelton bagaikan belati yang di tusukkan tepat di jantungnya. Belum lagi rasa sakit fisik yang dia rasakan tepat setelah penolakan itu terucap.
Jayden bahkan tak sadar bagaimana dirinya bisa melewati malam paling buruk dalam hidupnya itu hingga pagi kembali menjelang.
*
*
*
Langkah Jayden lunglai saat memasuki kuil, tangannya bahkan sedikit gemetar saat meletakkan persembahan.
Matanya memang terpejam erat namun setetes air mata dari mata kirinya membuktikan seperti apa rasa sakit yang dia rasakan.
‘Dewi apa aku terlalu serakah meminta padamu? Kenapa kau berikan seteguk madu jika pahit racun menggerogoti setelahnya?’
‘Apa pintaku terlalu tak tahu malu selama ini? Kurang kah pengorbananku selama ini?’
‘Tapi kenapa aku tetap tak bisa marah padamu? Kenapa aku tetap memupuk keyakinan bahwa semua takdirmu pasti yang terbaik?’
Jayden membuka mata menatap nanar patung Dewi bulan di depannya. Segera menyudahi ritual berdoanya sebelum racauannya semakin melewati batas.
*
*
*
Sikap Shelton yang selalu menjauh darinya semakin menambah rasa sakit yang Jayden rasakan. Namun dirinya tak mampu berbuat apapun.
Hanya bisa menelan rasa sakitnya sendiri. Sebisa mungkin mengikuti kemauan sang Elder yang memintanya menjauh.
Namun tetap saja, sekeras apapun dirinya berusaha. Jayden tetap tak bisa menahan instingnya. Merasakan bagaimana Shelton kesakitan menjalani rut yang tentunya tak akan mereda tanpanya. Jayden tak bisa tinggal diam.
Naluri alphanya tunduk pada kuasa sang enigma.
Shelton berhasil membuatnya luluh lantah sekaligus juga hancur berantakan.
*
*
*
Kabur, meskipun menahan nyeri di sekujur tubuh, dengan bantuan Ni-ki, Jayden berhasil menuju rumah rutnya.
Tubuhnya dibawa meringkuk di ranjang besar miliknya. Memeluk dirinya sendiri, merasakan sisa-sisa kehangatan dari bekas gigitan sang Elder yang menjadi tanda seumur hidupnya.
Bau Musk milik Shelton terasa bercampur dengan Cendana miliknya. Suasanya yang harusnya membahagiakan malah menorah luka yang semakin menganga bagi Jayden.
Tubuhnya semakin meringkuk, berusaha melindungi sisa serpihan dirinya yang sudah hancur berkeping-keping.
*
*
*
Deburan ombak dan matahari yang mulai tenggelam menemani Jayden yang duduk memandang luasnya lautan.
Tempat ini, tempat dimana abu mendiang ibunya dilarung. Kadang kala Jayden sering kemari saat pikirannya kalut atau sedang merindukan ibunya.
Kali ini selepas menceritakan semuanya pada Joseph dan bertemu dokter Ariana, alpha muda itu berada disini, menikmati suasana sunset di atas karang yang didudukinya.
YOU ARE READING
Alpha [Hoonjay] ✓
FanfictionA REMAKE STORY This story is created by @seansagara113 Saya sudah mendapat izin dari authornya untuk remake cerita ini. Terima kasih banyak untuk author @seansagara113 Main pair : Sunghoon x Jay 18/11/24 🏅#1 - werewolf 22/11/24 🏅#1 - enhypen
🌕 Extra Part 4 - Jayden's POV 🌕
Start from the beginning
![Alpha [Hoonjay] ✓](https://img.wattpad.com/cover/382986434-64-k912341.jpg)