Ting!
Aku menatap lorong di hadapanku ketika pintu lift ini terbuka dengan lebar. Kedua kaki kulangkahkan keluar bersama dengan tas besar dan sebuah koper yang ada ditangan yang lain. Hanya butuh beberapa langkah sampai aku tiba di sebuah unit yang akan menjadi rumah baruku.
Setelah memasukan pin di pintu, aku masuk ke dalam dan menghembuskan napas lega. Seiring dengan sebuah senyuman kecil yang terukir di wajah lelah ini, mengisyaratkan sebuah kesenangan sekaligus kebebasan.
Ruangan kosong yang masih belum diisi apapun ini sama seperti hidupku. Aku akan memulai semuanya dari awal. Ini adalah kehidupanku yang baru. Itulah hal yang ku rencanakan sejak awal.
"Pasti bisa," aku mencoba menyemangati diriku sendiri.
Seharian penuh aku menata seisi apartemen— sibuk menata sofa, meja, dan perabotan yang lain hingga tubuhku basah karena berkeringat.
Setelah merangkai sebuah rak, aku menyusunnya dengan beberapa kerajinan tembikar. Ketika sedang menyusun di bagian tengah, tiba-tiba saja rak itu bergoyang, sepertinya ada yang salah dengan kaki-kakinya. Benar saja, rak kayu itu ternyata tidak stabil. Saat mencoba mengganjal kakinya, namun sebuah vas jatuh dan menghantam lenganku. Untungnya vas itu tak pecah, meski lenganku terasa nyeri.
"Yaish.. sialan."
Karena tanganku yang berdenyut dan tubuhku yang terasa lelah, tentu saja aku butuh istirahat sejenak karena hari sudah memasuki malam hari. Aku bahkan tidak sadar dengan waktu karena terlalu asik menata ini dan itu.
Aku duduk di sofa dan menatap hasil kerja kerasku hari ini. Membiarkan rasa bangga ini membuatku tersenyum sendiri. Ini tidak terlalu buruk, mungkin hanya butuh beberapa furniture agar tidak terlalu kosong.
Suara dering ponsel yang tiba-tiba bergema membuat atensiku teralihkan. Sebenarnya aku sangat enggan untuk menjawab setelah melihat nama yang tertera dilayar, tapi hati kecil ini menjerit meminta untuk segera mengangkatnya.
"Eo?" tanyaku malas.
"Yha, kemana kau pergi? Kenapa kau tidak memberitahuku?"
Mendengar suaranya membuatku menghela napas sejenak, "Kau tidak perlu mencariku. Bukankah kau baru saja pulang kerja? Sebaiknya kau istirahat, bukan mengomeliku."
"Kau meninggalkan ku? Beraninya kau!"
"Aku yakin kau bisa menjaga dirimu sendiri. Aku sudah tidak ingin berada di sana, jadi jangan memaksaku."
"Aku tidak bisa sendirian di sini. Kenapa kau tega meninggalkanku? Jahat!"
"Kau tidak sendirian. Aku pergi karena aku percaya padamu."
"Tidak! Aku tidak memperbolehkanmu untuk pergi kecuali kau memberitahuku dimana kau tinggal sekarang."
"Baiklah, aku akan memberitahumu. Tapi jika waktunya sudah tepat, tidak sekarang."
"Yha! Tidak bisa begitu! Yha Kang Seulgi!"
Sangat malas rasanya mendengar suara itu lagi, jadi aku segera menutup panggilan dan memilih untuk mematikan ponsel untuk menghindari panggilan yang mungkin akan datang lagi. Aku butuh waktu untuk diriku sendiri.
Setelah istirahat ini terasa cukup dan keringatku sudah mereda, aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku, saat itulah aku menyadari lenganku sudah berubah warna menjadi kebiruan dan terasa sakit jika tersentuh.
Karena lebam di lenganku ini, aku memutuskan untuk pergi keluar. Lorong ini terasa sepi dan kosong. Penjaga apartemen juga mengatakan jika lantai ini hanya berisi tiga penghuni, dan mereka sering tidak berada disini. Wajar saja karena apartemen ini berada di pinggiran kota. Aku bahkan tidak tahu unit mana yang ada penghuninya.
YOU ARE READING
Broken Silence [SEULRENE]
FanfictionAku memutuskan untuk menyewa sebuah apartemen untuk memulai kisah hidupku. Tanpa ku sadari, aku membawa hidupku begitu jauh pada seseorang yang menjadi tetangga baruku. Joohyun datang ke dalam hidupku seperti badai sunyi, tetapi membawa kekacauan ya...
![Broken Silence [SEULRENE]](https://img.wattpad.com/cover/387570621-64-k868392.jpg)