Chapter 7 Dilema Troy

13.1K 796 5
                                    

Troy duduk termenung di Balkon rumahnya, dia benar-benar tidak mempercayai apa yang dikatakan Mamanya tadi, tentang permintaan Papanya Maya yang juga merupakan sahabat Mamanya yang memintanya untuk segera bertunangan dengan Maya karena Papa Maya terkena
kanker otak stadium akhir dan prediksi Dokter mengatakan Papa Maya hanya punya waktu 7 bulan. Dia terkejut sekali mendengar berita sedih itu.

Troy mengusap kasar wajahnya, tapi apa dia sanggup menjadi pria brengsek melukai wanita yang sangat dia cintai? Dan apa bisa dia melepaskan Clara yang begitu sangat dia cintai. Dia sungguh tidak mampu melakukannya. Kenapa dia harus diberi pilihan sesulit ini.

Troy tersentak dari lamunannya saat mendengar ponselnya berdering.

'Maya Calling..."

"Iya, May...," sahut Troy mengangkat teleponnya.

"Hik.., Troy...., Papa drop lagi, gue takut terjadi sesuatu yang buruk pada Papa," isak Maya dengan suara yang gemetar.

"Lo tenang ya, gue ke sana sekarang." Troy lalu menutup teleponnya. Dia lalu bangun dari duduknya mengambil kunci mobil dan segera beranjak keluar dari kamarnya.

~~~~~~

Sesampainya di depan kamar inap Papa Maya, dia lalu berjalan masuk ke dalam kamar inap, dilihatnya Maya duduk di samping Papanya yang berbaring lemas di tempat tidur pasien. dia sedih sekali melihat Maya down, kenapa Maya mengalami sesuatu yang memilukan seperti ini.

"May..., bagaimana keadaan Om Oscar?"

"Gue butuh keajaiban Troy," lirih Maya memegang erat tangan Papanya. Dunianya terasa runtuh saat mendengar dari Dokter penyakit kronis yang diderita Papanya.

Troy memegang pundak Maya yang lelah. "Lo harus optimis keajaiban itu pasti datang."

Oscar membuka matanya perlahan-lahan.

"Papa udah sadar," ucap Maya yang lega sekali melihat Papanya membuka matanya.

"Troy...," panggil Oscar dengan suara lemah.

"Iya Om.., ini Troy," sahut Troy seraya memegang tangan Om Oscar yang sudah dia anggap seperti Papa kandungnya sendiri.

"Om mohon kamu bertunangan dengan Maya," ucap Oscar lemah seraya melihat wajah anak sahabatnya.

Jantung Troy serasa mau lepas mendengar langsung permintaan Om Oscar.

"Om tau permintaan Om egois, tapi cuma kamu yang Om percaya bisa melindungi dan menjaga Maya kalau Om nggak bisa lagi berada di samping Maya," lirih Oscar.

"Om jangan ngomong seperti itu, Troy yakin Om akan tetap di sisi Maya."

"Om nggak mau terlalu berharap. Om mohon, Troy." Oscar menatap kedua mata Troy dengan penuh pengharapan.

Troy benar-benar tidak punya pilihan lain, dia tidak mau menambah penderitaan Om Oscar. "Baiklah Om, Troy mau bertunangan dengan Maya," ucap Troy pada akhirnya. "Maafin aku, Bae, aku nggak ada pilihan lagi," batin Troy yang teringat akan Clara. Dadanya terasa sesak sekali.

Oscar lega sekali mendengarnya. "Om bisa tenang, meninggalkan Maya nanti," ucap Oscar yang sangat percaya Putrinya akan bahagia bersama dengan Troy yang dia sudah anggap seperti anak sendiri.

Maya serasa mimpi mendengar apa yang dikatakan Troy, di satu sisi dia bahagia sekali karena sebentar lagi dia akan mengikat Troy tapi di sisi lain dia sedih dengan kondisi Papanya.

Maya tahu tindakannya sekarang ini sangat egois. Dia dulu hanya menganggap Troy seperti saudaranya sendiri bahkan ketika Troy pacaran dengan Clara, dia ikut bahagia bahkan merestui hubungan Troy dan Clara. Namun semua itu berubah ketika dia menolong Troy dari insiden tabrakan. Entah kenapa Maya takut sekali kehilangan Troy saat itu dan pada akhirnya dia menyadari perasaan yang dia rasakan pada Troy saat ini bukan perasaan sayang terhadap seorang saudara, tapi perasaan sayang terhadap seorang pria.

Love Felt Like a Cherry Blossoms Blooming In SpringWhere stories live. Discover now