Awan malam disertai kilat tengah sibuk melaksanakan tugasnya. Susulan guntur dengan suara membahana, tidak mampu menutupi bayangan seorang anak lelaki yang sedang berdiri di balik pintu kamar. Tubuh kurus nan ringkih tampak bersandar pasrah pada daun pintu besar yang berdiri kokoh di belakangnya. Beberapa kali ia bergidik takut setiap mendengar teriakan dari arah lorong lantai dua. Rasa sakit dan sedih secara beruntun memasuki relung hati kecilnya. Rumah besar nan megah sama sekali tak memberikan balasan yang setimpal, justru rasa takut yang berperan besar di dalam benak.
Srek!
Perlahan tubuh anak lelaki itu merosot jatuh dan terduduk di lantai yang dingin, seakan siap untuk menyambutnya. Dua tangan yang membeku mulai menghiasi sepasang telinga sebagai pelindung indra. Pejaman mata yang erat, menandakan bahwa sang empu tak ingin menikmati siksaan ini lebih lama.
Suara tangisan mulai menyusul, hingga terdengar begitu memilukan. Jeritan demi jeritan memenuhi rumah raksasa yang bernuansa gelap gulita. Anak lelaki itu kembali merinding. Ia memeluk tubuhnya dengan tangan bergetar. Tanpa sadar air mata lolos dari dua manik hitamnya dan membasahi wajah pucat sang anak.
Klek!
Suara pintu kamar yang terbuka sontak membuat anak lelaki itu menahan napas. Seolah takut ketahuan oleh sang pelaku, ia langsung membungkam mulutnya dengan kedua tangan. Rambut hitam yang basah akibat peluh, semakin bertambah di setiap bunyi langkah yang tertangkap. Semakin lama, terdengar semakin jelas. Seraya menelan saliva, anak berkulit putih itu merapatkan bibir sebagai usahanya menenangkan detak jantung.
Keheningan mulai menyapa. Begitu hening, hingga suara angin terdengar merdu menembus telinga. Merasa tak ada suara susulan, anak itu pun membungkuk dengan sangat hati-hati dan mengintip dari celah bawah pintu. Seketika napasnya tercekat. Mata kecil sang anak membeliak lebar kala melihat sepasang kaki yang tengah mematung di depan pintu kamar.
"Jangan lupa untuk selalu mengunci pintu kamarmu, Nak."
Suara tenang dari pelaku hanya membuat anak lelaki itu terisak dalam diam. Tangan yang masih setia membungkus mulutnya pun bergetar hebat. Darah yang mulai naik tak mampu melawan dinginnya malam. Tetesan air mata dan keringat yang mengucur, ia biarkan begitu saja.
Perlahan pelaku beranjak meninggalkan posisinya. Samar-samar suara gerak kaki yang menuruni tangga memenuhi indra pendengaran sang anak. Merasa keheningan kembali menyerang, ia pun bangkit dengan napas tersendat-sendat. Tubuh kurus yang menopang sedari tadi dalam sekejap bersandar lemah tak berdaya. Pandangan kosong yang mengarah ke jendela kamar tersirat membutuhkan pertolongan. Derasnya hujan seakan mengejek takdir yang ia dapat. Pikirannya tenggelam pada pilihan yang berat. Ada konsekuensi tinggi jika ia nekat mengunjungi kamar di ujung lorong, walau hanya sekadar mengetahui nasib sang korban.
Semakin jauh anak lelaki itu tenggelam, semakin menggelitik hatinya yang mulai terguncang. Ia sempat memejamkan mata sejenak demi menormalkan deru napas. Beberapa detik kemudian atensinya kembali sadar dan jatuh pada bayangan seorang anak lelaki lain yang sedang duduk di salah satu sudut kamar. Sungguh mengenaskan. Bahkan, memeluk lutut dengan kepala tenggelam di antaranya pun tak mampu menutupi isakan tangis yang sengaja ditahan. Melihat kondisi anak malang tersebut membuat anak pertama semakin frustasi. Suara tawa kecil mulai terdengar menyedihkan darinya, seolah rasa emosi tengah berperang dengan logika.
Semakin kencang anak kedua menangis, vokal tawa sang anak pertama terdengar semakin keras, hingga memenuhi kamar yang hanya ditemani oleh cahaya malam. Seraya menjambak rambut hitamnya, ia terus tertawa dan membiarkan kegelapan menguasai tanpa ada niatan untuk melawan.
Hanya untuk malam ini saja.
Kumohon, izinkan.
Setidaknya untuk malam ini saja.
Aku melakukan yang kuinginkan.
-Bersambung-
YOU ARE READING
MANIAK [On Going] • 7 • 12 • 24 •
Mystery / ThrillerSelain menjadi seorang penulis novel terkenal, kepulangan Fathan ke Indonesia ternyata membawa malapetaka. Tanpa sadar, ia telah menguak fakta gelap keluarga besarnya yang disembunyikan sejak tahun 1997 silam. 'Ayo, bermain' adalah sebuah kata kunci...
![MANIAK [On Going] • 7 • 12 • 24 •](https://img.wattpad.com/cover/386129249-64-k535244.jpg)